Sabtu, Juli 5, 2025
29.7 C
Palangkaraya

Jejak Syekh Abu Hamid (2): Pernah Diziarahi Guru Sekumpul, Perlihatkan Karomah

SAMPIT,KALTENG POS-Makam Syekh Abu Hamid di Ujung Pandaran, Kalimantan Tengah, menjadi sorotan utama, khususnya setelah kunjungan fenomenal ulama karismatik KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang dikenal dengan nama Abah Guru Sekumpul pada 9 November 1993. Kunjungan yang penuh makna ini mengukuhkan tempat makam keramat ini sebagai salah satu destinasi ziarah penting di Kalimantan.

Abah Guru Sekumpul bersama rombongan tiba di Ujung Pandaran menggunakan speed boat dari Sampit. Kedatangan beliau disambut antusias oleh para ulama dan masyarakat setempat. Salah seorang saksi mata, yang saat itu mengikuti rombongan, menuturkan bahwa Abah Guru Sekumpul tampak terburu-buru untuk segera sampai ke makam Syekh Abu Hamid.

“Saya waktu itu mendengar kabar bahwa Guru Sekumpul hendak ke Ujung Pandaran. Saya bersama Guru Kaspul Anwar, Gusti Haji Muchdar, dan Arip motoris dari Samuda langsung menyusul ke sana,” katanya.

Setibanya di lokasi, Abah Guru Sekumpul beserta rombongan dan masyarakat yang hadir langsung memanjatkan tawasul dan maulid di makam tersebut. “Begitu sampai beliau langsung ke makam. Beliau seperti sudah ditunggu oleh ahlil kubur itu,” sebutnya, menggambarkan aura spiritual yang kuat saat itu.

Kejadian luar biasa terjadi usai ziarah. Abah Guru Sekumpul segera mengajak rombongan kembali ke Sampit. Tak lama setelah mereka kembali, wilayah laut Ujung Pandaran dilanda gelombang besar. “Beliau langsung menyuruh dan memberikan isyarat untuk segera kembali ke kota. Ternyata setelah sampai kota tidak lama di laut itu ada gelombang besar. Memang itu luar biasa karomah beliau,” bebernya, menyoroti karomah Abah Guru Sekumpul dalam merasakan bahaya.

Baca Juga :  Basah-basahan di Ujung Pandaran,  Wisata Air yang Bikin Ketagihan


Makam Syekh Abu Hamid yang dulunya berada di lokasi awal terpaksa dipindahkan ke bagian tepi pantai yang lebih dekat dengan perkampungan warga. Keputusan ini diambil oleh perkumpulan zuriat Datuk Kelampayan karena abrasi air laut yang mengancam lokasi makam asli.

Proses relokasi makam dilakukan dengan sangat hati-hati oleh tim yang mengenakan seragam khusus, menandakan mereka adalah keturunan dari Datuk Kelampayan. “Proses pemindahan itu telah disetujui oleh zuriat Syekh Abu Hamid sendiri yang diwakilkan oleh keluarga kami juga dari Martapura untuk dipindahkan,” sebutnya.

Tim dibagi menjadi beberapa tugas, ada yang membongkar di makam pertama dan ada pula yang mengamankan lokasi baru. Namun, cerita detail tentang kejadian saat pembongkaran makam disepakati untuk tidak diceritakan secara luas demi menghindari fitnah dan kesalahpahaman di masyarakat.

Uniknya, proses pemindahan ini turut dihadiri oleh Tuan Guru kondang, Guru Sairaji asal Kandangan, pemimpin pondok pesantren Dalam Pagar, yang juga merupakan salah satu zuriat Syekh Ahmad Balimau, saudara dari Syekh Abu Hamid Ujung Pandaran. “Di situ beliau langsung menangis dan berkeringat. Namun, beliau tidak ingin menceritakan hal itu kenapa bisa beliau menangis,” kisahnya, menambah misteri seputar pemindahan makam ini.

Baca Juga :  Dandim 1016/Plk Komentari Makan Bergizi Gratis di Palangka Raya, Ini Katanya

Kisah menarik lain muncul saat proses pembuatan bangunan makam Syekh Abu Hamid yang baru. Salah seorang tukang dari Pulau Jawa yang mengerjakan bangunan tersebut mengaku sempat didatangi oleh Syekh Abu Hamid dalam kondisi setengah sadar di malam hari.

Tukang itu menceritakan bahwa seorang lelaki datang berpesan agar bagian makam diberikan keramik berwarna kuning atau hijau. Cerita ini kemudian disampaikan kepada seluruh zuriat dan keluarga Bani Arsyadi atau zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. “Tukang itu ditemui Syekh Abu Hamid saat dia antara tidur dan tidak. Di situ beliau minta agar memasang keramik berwarna hijau atau kuning,” jelasnya, menguatkan keyakinan akan keberadaan spiritual Syekh Abu Hamid.

Makam Syekh Abu Hamid terus menjadi tempat yang disakralkan dan dikunjungi oleh para peziarah, menjaga kisah dan karomah yang menyertainya tetap hidup di tengah masyarakat. (bersambung/mif/ala)

SAMPIT,KALTENG POS-Makam Syekh Abu Hamid di Ujung Pandaran, Kalimantan Tengah, menjadi sorotan utama, khususnya setelah kunjungan fenomenal ulama karismatik KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang dikenal dengan nama Abah Guru Sekumpul pada 9 November 1993. Kunjungan yang penuh makna ini mengukuhkan tempat makam keramat ini sebagai salah satu destinasi ziarah penting di Kalimantan.

Abah Guru Sekumpul bersama rombongan tiba di Ujung Pandaran menggunakan speed boat dari Sampit. Kedatangan beliau disambut antusias oleh para ulama dan masyarakat setempat. Salah seorang saksi mata, yang saat itu mengikuti rombongan, menuturkan bahwa Abah Guru Sekumpul tampak terburu-buru untuk segera sampai ke makam Syekh Abu Hamid.

“Saya waktu itu mendengar kabar bahwa Guru Sekumpul hendak ke Ujung Pandaran. Saya bersama Guru Kaspul Anwar, Gusti Haji Muchdar, dan Arip motoris dari Samuda langsung menyusul ke sana,” katanya.

Setibanya di lokasi, Abah Guru Sekumpul beserta rombongan dan masyarakat yang hadir langsung memanjatkan tawasul dan maulid di makam tersebut. “Begitu sampai beliau langsung ke makam. Beliau seperti sudah ditunggu oleh ahlil kubur itu,” sebutnya, menggambarkan aura spiritual yang kuat saat itu.

Kejadian luar biasa terjadi usai ziarah. Abah Guru Sekumpul segera mengajak rombongan kembali ke Sampit. Tak lama setelah mereka kembali, wilayah laut Ujung Pandaran dilanda gelombang besar. “Beliau langsung menyuruh dan memberikan isyarat untuk segera kembali ke kota. Ternyata setelah sampai kota tidak lama di laut itu ada gelombang besar. Memang itu luar biasa karomah beliau,” bebernya, menyoroti karomah Abah Guru Sekumpul dalam merasakan bahaya.

Baca Juga :  Basah-basahan di Ujung Pandaran,  Wisata Air yang Bikin Ketagihan


Makam Syekh Abu Hamid yang dulunya berada di lokasi awal terpaksa dipindahkan ke bagian tepi pantai yang lebih dekat dengan perkampungan warga. Keputusan ini diambil oleh perkumpulan zuriat Datuk Kelampayan karena abrasi air laut yang mengancam lokasi makam asli.

Proses relokasi makam dilakukan dengan sangat hati-hati oleh tim yang mengenakan seragam khusus, menandakan mereka adalah keturunan dari Datuk Kelampayan. “Proses pemindahan itu telah disetujui oleh zuriat Syekh Abu Hamid sendiri yang diwakilkan oleh keluarga kami juga dari Martapura untuk dipindahkan,” sebutnya.

Tim dibagi menjadi beberapa tugas, ada yang membongkar di makam pertama dan ada pula yang mengamankan lokasi baru. Namun, cerita detail tentang kejadian saat pembongkaran makam disepakati untuk tidak diceritakan secara luas demi menghindari fitnah dan kesalahpahaman di masyarakat.

Uniknya, proses pemindahan ini turut dihadiri oleh Tuan Guru kondang, Guru Sairaji asal Kandangan, pemimpin pondok pesantren Dalam Pagar, yang juga merupakan salah satu zuriat Syekh Ahmad Balimau, saudara dari Syekh Abu Hamid Ujung Pandaran. “Di situ beliau langsung menangis dan berkeringat. Namun, beliau tidak ingin menceritakan hal itu kenapa bisa beliau menangis,” kisahnya, menambah misteri seputar pemindahan makam ini.

Baca Juga :  Dandim 1016/Plk Komentari Makan Bergizi Gratis di Palangka Raya, Ini Katanya

Kisah menarik lain muncul saat proses pembuatan bangunan makam Syekh Abu Hamid yang baru. Salah seorang tukang dari Pulau Jawa yang mengerjakan bangunan tersebut mengaku sempat didatangi oleh Syekh Abu Hamid dalam kondisi setengah sadar di malam hari.

Tukang itu menceritakan bahwa seorang lelaki datang berpesan agar bagian makam diberikan keramik berwarna kuning atau hijau. Cerita ini kemudian disampaikan kepada seluruh zuriat dan keluarga Bani Arsyadi atau zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. “Tukang itu ditemui Syekh Abu Hamid saat dia antara tidur dan tidak. Di situ beliau minta agar memasang keramik berwarna hijau atau kuning,” jelasnya, menguatkan keyakinan akan keberadaan spiritual Syekh Abu Hamid.

Makam Syekh Abu Hamid terus menjadi tempat yang disakralkan dan dikunjungi oleh para peziarah, menjaga kisah dan karomah yang menyertainya tetap hidup di tengah masyarakat. (bersambung/mif/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/