Jumat, September 20, 2024
22.8 C
Palangkaraya

Menu yang Disajikan Diolah dari Dapur Tetangga

Back to nature, itulah konsep Kedai Itah. Nuansa pedesaan begitu terasa. Menyeruput kelapa muda dan menyantap nasi jagung. Rempeyek yang renyah melengkapi santapan akhir pekan.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

MENIKMATI menu hidangan khas pedesaan terkadang menjadi kerinduan para perantau yang jauh dari kampung halaman. Kedai Itah yang beralamat di Jalan Bukit Tunggal, Suka Mulia, Tangkiling, Bukit Batu, Kota Palangka Raya ini memberikan nuansa pedesaan lengkap dengan menu hidangan.Nasi jagung, nasi tiwul, gado-gado, dan pecel. Makanan yang masih lestari ini disajikan oleh Kedai Itah yang diolah dari dapur tetangga. Iya, makanan itu tidak tersedia di Kedai Itah, tapi diolah dari beberapa dapur rumah warga di sekitar.

Kedai ini tak hanya berkonsep menyatukan alam dengan aktivitas manusia, tapi juga menyatunya sosial masyarakat.Sesuai konsepnya, kedai ini mengolah hasil kebun ke meja makan dan kembali ke kebun lagi, sekaligus mengurangi sampah plastik.

Baca Juga :  SMKN 1 Seruyan Tengah Minim Tenaga Pengajar

Lebih banyak menggunakan bahan yang bisa didaur ulang dan kembali ke kebun. Seperti daun pisang yang digunakan untuk bungkus makanan, bisa didaur ulang dan menjadi pupuk.Salah satu volunter Kedai Itah, Ashadi Ragil mengatakan, sebelum kedai tersebut didirikan, ia yang bernaung di Yayasan Permakultur Kaliamnyan memang sudah sejak lama mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik. Menggantikannya dengan bahan-bahan yang bisa kembali ke alam.

.“Makanan di sini dibungkus dengan daun pisang, sedotan dari purun, kelapa langsung dengan batoknya, memang ada sampah dari kotak susu yang tidak bisa didaur ulang menjadi pupuk, tapi tetap kami manfaatkan dengan cara dipres jadi bata,” katanya saat diwawancarai di Kedai Itah, belum lama ini.Diungkapkannya, dengan konsep ini secara tak langsung pihaknya ingin menyampaikan pesan kepada pengunjung agar mengurangi penggunaan sampah plastik

Melalui Kedai Itah dapat memberikan contoh kepada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.“Dengan konsep kami ini, minimal kami tidak lagi menambah jumlah limbah, seperti diketahui saat ini Indonesia darurat sampah plastik,” ungkapnya.Ide berdirnya kedai ini berawal dari kumpulnya para komunitas yang belajar bersama dan sharing di Yayasan Permakultur Kalimantan.

Baca Juga :  Vaksinasi Tahap II Dilaksanakan Akhir Bulan Ini

Untuk menyediakan wadah bagi para komunitas, akhirnya didirikanlah kedai ini. Tak disangka, setelah kedai yang berdiri pada awal 2020 lalu ini akhirnya banyak dikunjungi masyarakat.“Awalnya kedai ini sebagai wadah bagi para komunitas, tapi lama-lama banyak dikunjungi masyarakat secara umum,” katanya.Semula menu yang disajikan hanya beberapa.

Yang disajikan berasal dari kebun yang dikelola oleh Permakukultur, seperti singkong, kepala, jamur, dan beberapa lainnya. Namun seiring menjamurnya pengunjung, menu pun makin bervariasi.“Untuk menambah varian menu, kami menggandeng masyarakat sekitar, kami juga memberi kesempatan bagi siapapun yang mau menjual produknya di kedai ini,” ucap pria 23 tahun ini.

Back to nature, itulah konsep Kedai Itah. Nuansa pedesaan begitu terasa. Menyeruput kelapa muda dan menyantap nasi jagung. Rempeyek yang renyah melengkapi santapan akhir pekan.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

MENIKMATI menu hidangan khas pedesaan terkadang menjadi kerinduan para perantau yang jauh dari kampung halaman. Kedai Itah yang beralamat di Jalan Bukit Tunggal, Suka Mulia, Tangkiling, Bukit Batu, Kota Palangka Raya ini memberikan nuansa pedesaan lengkap dengan menu hidangan.Nasi jagung, nasi tiwul, gado-gado, dan pecel. Makanan yang masih lestari ini disajikan oleh Kedai Itah yang diolah dari dapur tetangga. Iya, makanan itu tidak tersedia di Kedai Itah, tapi diolah dari beberapa dapur rumah warga di sekitar.

Kedai ini tak hanya berkonsep menyatukan alam dengan aktivitas manusia, tapi juga menyatunya sosial masyarakat.Sesuai konsepnya, kedai ini mengolah hasil kebun ke meja makan dan kembali ke kebun lagi, sekaligus mengurangi sampah plastik.

Baca Juga :  SMKN 1 Seruyan Tengah Minim Tenaga Pengajar

Lebih banyak menggunakan bahan yang bisa didaur ulang dan kembali ke kebun. Seperti daun pisang yang digunakan untuk bungkus makanan, bisa didaur ulang dan menjadi pupuk.Salah satu volunter Kedai Itah, Ashadi Ragil mengatakan, sebelum kedai tersebut didirikan, ia yang bernaung di Yayasan Permakultur Kaliamnyan memang sudah sejak lama mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik. Menggantikannya dengan bahan-bahan yang bisa kembali ke alam.

.“Makanan di sini dibungkus dengan daun pisang, sedotan dari purun, kelapa langsung dengan batoknya, memang ada sampah dari kotak susu yang tidak bisa didaur ulang menjadi pupuk, tapi tetap kami manfaatkan dengan cara dipres jadi bata,” katanya saat diwawancarai di Kedai Itah, belum lama ini.Diungkapkannya, dengan konsep ini secara tak langsung pihaknya ingin menyampaikan pesan kepada pengunjung agar mengurangi penggunaan sampah plastik

Melalui Kedai Itah dapat memberikan contoh kepada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.“Dengan konsep kami ini, minimal kami tidak lagi menambah jumlah limbah, seperti diketahui saat ini Indonesia darurat sampah plastik,” ungkapnya.Ide berdirnya kedai ini berawal dari kumpulnya para komunitas yang belajar bersama dan sharing di Yayasan Permakultur Kalimantan.

Baca Juga :  Vaksinasi Tahap II Dilaksanakan Akhir Bulan Ini

Untuk menyediakan wadah bagi para komunitas, akhirnya didirikanlah kedai ini. Tak disangka, setelah kedai yang berdiri pada awal 2020 lalu ini akhirnya banyak dikunjungi masyarakat.“Awalnya kedai ini sebagai wadah bagi para komunitas, tapi lama-lama banyak dikunjungi masyarakat secara umum,” katanya.Semula menu yang disajikan hanya beberapa.

Yang disajikan berasal dari kebun yang dikelola oleh Permakukultur, seperti singkong, kepala, jamur, dan beberapa lainnya. Namun seiring menjamurnya pengunjung, menu pun makin bervariasi.“Untuk menambah varian menu, kami menggandeng masyarakat sekitar, kami juga memberi kesempatan bagi siapapun yang mau menjual produknya di kedai ini,” ucap pria 23 tahun ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/