Sabtu, November 23, 2024
24.3 C
Palangkaraya

Kusbini, Misteri Judul Bagimu Negeri, dan Geliat Sekolah Seni

Tanda apostrof di atas huruf itu menyembunyikan sesuatu. Begitu pula dua huruf terakhir di judul lagu, RI. Seharusnya kapital, tapi ditulis dengan huruf kecil. Jadi, seharusnya judul lagu itu: Bagimoe Neg’RI. RI jelas mengacu kepada Republik Indonesia yang ketika lagu itu ditulis pada 1942 masih berada dalam ”kandungan.”

“JUDUL sebenarnya disembunyikan karena waktu itu masih dalam penjajahan Jepang,” tutur Adira Hesti Ksvara sembari menunjukkan notasi tulisan tangan asli Kusbini kepada Jawa Pos (Grup Kalteng Pos).

Adira adalah cucu Kusbini, penulis lagu yang di kemudian hari dikenal dengan judul Bagimu Negeri tersebut. Itulah salah satu lagu perjuangan yang demikian patriotik dan maknanya mendalam sampai sejumlah kalangan menyebutnya ”lagu kebangsaan kedua.”

Baca Juga :  Peduli Korban Banjir, Polda Kalteng Kembali Distribusikan 250 Paket Sembako ke Katingan

Begitu populernya lagu tersebut, tapi tak banyak yang tahu bahwa Kusbini harus menyiasati ketatnya pengawasan Jepang demi menuliskan judul. Dan, berkat strategi penjudulan tersebut, dia lolos saat diinterogasi pasukan Jepang. Padahal, Jepang menginterogasinya dengan menghadirkan ahli sastra asal negeri mereka sendiri. Namun, tutur Adira, sang ahli pun angkat tangan saat berusaha membongkar sesuatu di balik judul itu.

”Ahli sastra ini tidak bisa membuktikan apa pun,” jelas pria 27 tahun tersebut kepada Jawa Pos (Grup Kalteng Pos) saat ditemui di rumahnya di Perumahan Wonolelo Indah, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/8).

Kusbini lahir di Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, pada 1 Januari 1910. Mengutip situs Arti Definisi Pengertian, dia mengenyam pendidikan di HIS Jombang, lalu melanjutkannya ke MULO Surabaya. Di Surabaya inilah dia sering bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Selanjutnya, dia menempuh pendidikan di Sekolah Musik Apollo, Malang.

Baca Juga :  PMK Mewabah, DPHP Jamin Ketersediaan Kurban

Pada 1937–1942, dia banyak bermain keroncong bersama Annie Landouw, Abdoellah, dan Gesang. Memasuki masa penjajahan Jepang, dia memimpin orkes sekaligus menjadi pemain biola pada Hoso Kanri Kyoku yang kelak menjadi RRI.

Pada 1950, Kusbini bekerja di P&K Jogjakarta. Di masa tuanya, dia menulis sejumlah buku. Di antaranya, Kumpulan Lagu-Lagu Keroncong Indonesia dan Sejarah Seni Musik Keroncong Indonesia. Di Jogjakarta pula, Kusbini mengembuskan napas terakhir pada 28 Februari 1991.

Tanda apostrof di atas huruf itu menyembunyikan sesuatu. Begitu pula dua huruf terakhir di judul lagu, RI. Seharusnya kapital, tapi ditulis dengan huruf kecil. Jadi, seharusnya judul lagu itu: Bagimoe Neg’RI. RI jelas mengacu kepada Republik Indonesia yang ketika lagu itu ditulis pada 1942 masih berada dalam ”kandungan.”

“JUDUL sebenarnya disembunyikan karena waktu itu masih dalam penjajahan Jepang,” tutur Adira Hesti Ksvara sembari menunjukkan notasi tulisan tangan asli Kusbini kepada Jawa Pos (Grup Kalteng Pos).

Adira adalah cucu Kusbini, penulis lagu yang di kemudian hari dikenal dengan judul Bagimu Negeri tersebut. Itulah salah satu lagu perjuangan yang demikian patriotik dan maknanya mendalam sampai sejumlah kalangan menyebutnya ”lagu kebangsaan kedua.”

Baca Juga :  Peduli Korban Banjir, Polda Kalteng Kembali Distribusikan 250 Paket Sembako ke Katingan

Begitu populernya lagu tersebut, tapi tak banyak yang tahu bahwa Kusbini harus menyiasati ketatnya pengawasan Jepang demi menuliskan judul. Dan, berkat strategi penjudulan tersebut, dia lolos saat diinterogasi pasukan Jepang. Padahal, Jepang menginterogasinya dengan menghadirkan ahli sastra asal negeri mereka sendiri. Namun, tutur Adira, sang ahli pun angkat tangan saat berusaha membongkar sesuatu di balik judul itu.

”Ahli sastra ini tidak bisa membuktikan apa pun,” jelas pria 27 tahun tersebut kepada Jawa Pos (Grup Kalteng Pos) saat ditemui di rumahnya di Perumahan Wonolelo Indah, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/8).

Kusbini lahir di Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, pada 1 Januari 1910. Mengutip situs Arti Definisi Pengertian, dia mengenyam pendidikan di HIS Jombang, lalu melanjutkannya ke MULO Surabaya. Di Surabaya inilah dia sering bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Selanjutnya, dia menempuh pendidikan di Sekolah Musik Apollo, Malang.

Baca Juga :  PMK Mewabah, DPHP Jamin Ketersediaan Kurban

Pada 1937–1942, dia banyak bermain keroncong bersama Annie Landouw, Abdoellah, dan Gesang. Memasuki masa penjajahan Jepang, dia memimpin orkes sekaligus menjadi pemain biola pada Hoso Kanri Kyoku yang kelak menjadi RRI.

Pada 1950, Kusbini bekerja di P&K Jogjakarta. Di masa tuanya, dia menulis sejumlah buku. Di antaranya, Kumpulan Lagu-Lagu Keroncong Indonesia dan Sejarah Seni Musik Keroncong Indonesia. Di Jogjakarta pula, Kusbini mengembuskan napas terakhir pada 28 Februari 1991.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/