Sabtu, November 23, 2024
24.3 C
Palangkaraya

Minat ke Posyandu Turun Selama Pandemi Covid-19

PANDEMI Covid-19 membuat semua kehidupan berubah. Selain membuat orang takut ke rumah sakit, Covid-19 juga menurunkan minat masyarakat mengajak anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini membuat Kementerian Kesehatan mengubah tagline Posyandu baru yaitu ‘Posyandu Sahabat Masyarakat’.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Imran Agus Nurali berharap perubahan tagline itu diharapkan dapat menggambarkan Posyandu yang diinginkan oleh masyarakat yaitu menjadi wadah berinteraksi, belajar, mengedukasi dan memberdayakan masyarakat itu sendiri.
Menurutnya kondisi ini semakin sulit lagi karena pandemi Covid-19 yang menurunkan angka cakupan nasional pelayanan Posyandu menjadi 21 persen sesuai data Ditjen Kesmas tahun 2020.
Nurali mengatakan bahwa banyak Posyandu yang tidak aktif selama pandemi Covid-19. Saat ini terdata ada 292 ribu lebih Posyandu. “Yang aktif itu hanya 21 persen dan kita harapkan tahun ini bisa meningkat sesuai dengan jumlahnya,” kata Imran dalam webinar Posyandu Sahabat Masyarakat baru-baru ini.
Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa penting untuk bisa kembali mengaktifkan Posyandu. Imran mengatakan bahwa kehadiran Posyandu penting untuk memastikan balita mendapatkan vaksinasi dasar lengkap, memantau tumbuh kembang anak, hingga pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil.
Menurutnya rebranding Posyandu bertujuan untuk melakukan perubahan terhadap kualitas pelayanan Posyandu agar ke depan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan semakin diminati oleh masyarakat. Menurutnya pemerintah juga menginginkan perubahan terhadap Posyandu yaitu Posyandu menjadi one stop health services, memanfaatkan teknologi, dan menjadi wadah dalam melakukan pemantauan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Sejak dicanangkan pada 1986, jumlah Posyandu di Indonesia meningkat pesat dari 25 ribu menjadi 296.777 sesuai data Profil Kesehatan Indonesia, 2019. Peningkatan jumlah ini belum diikuti dengan peningkatan kualitas, hanya 63,6 persen yang merupakan Posyandu Aktif.
Berdasarkan hasil Riset Rebranding dan Evaluasi Posyandu Aktif, beberapa faktor yang masih menjadi penghambat dalam optimalisasi pelayanan posyandu adalah keterbatasan sumber dana, rigid-nya Sistem Informasi Posyandu, rekrutmen kader baru, kapasitas kader yang masih perlu ditingkatkan, motivasi masyarakat yang masih kurang untuk mengakses layanan Posyandu secara rutin dan minimnya pembinaan Pokjanal dan Pokja Posyandu terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan aktivitas Posyandu.
“Selama pandemi kami buatkan pedomannya. Disesuaikan dengan wilayahnya apakah zona merah atau zona hijau. Bisa online atau janjian kunjungan ke rumah, nanti kader akan datang. Sehingga masyarakat bisa dapatkan pelayanan,” tutupnya. (jpc)

Baca Juga :  Riyo Pungki Irawan, Dokter di Balik Layanan Konsultasi Covid-19 Gratis, Ada Saja Yang Bertanya, ”Sudah Punya Pacar, Dok?”

PANDEMI Covid-19 membuat semua kehidupan berubah. Selain membuat orang takut ke rumah sakit, Covid-19 juga menurunkan minat masyarakat mengajak anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini membuat Kementerian Kesehatan mengubah tagline Posyandu baru yaitu ‘Posyandu Sahabat Masyarakat’.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Imran Agus Nurali berharap perubahan tagline itu diharapkan dapat menggambarkan Posyandu yang diinginkan oleh masyarakat yaitu menjadi wadah berinteraksi, belajar, mengedukasi dan memberdayakan masyarakat itu sendiri.
Menurutnya kondisi ini semakin sulit lagi karena pandemi Covid-19 yang menurunkan angka cakupan nasional pelayanan Posyandu menjadi 21 persen sesuai data Ditjen Kesmas tahun 2020.
Nurali mengatakan bahwa banyak Posyandu yang tidak aktif selama pandemi Covid-19. Saat ini terdata ada 292 ribu lebih Posyandu. “Yang aktif itu hanya 21 persen dan kita harapkan tahun ini bisa meningkat sesuai dengan jumlahnya,” kata Imran dalam webinar Posyandu Sahabat Masyarakat baru-baru ini.
Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa penting untuk bisa kembali mengaktifkan Posyandu. Imran mengatakan bahwa kehadiran Posyandu penting untuk memastikan balita mendapatkan vaksinasi dasar lengkap, memantau tumbuh kembang anak, hingga pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil.
Menurutnya rebranding Posyandu bertujuan untuk melakukan perubahan terhadap kualitas pelayanan Posyandu agar ke depan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan semakin diminati oleh masyarakat. Menurutnya pemerintah juga menginginkan perubahan terhadap Posyandu yaitu Posyandu menjadi one stop health services, memanfaatkan teknologi, dan menjadi wadah dalam melakukan pemantauan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Sejak dicanangkan pada 1986, jumlah Posyandu di Indonesia meningkat pesat dari 25 ribu menjadi 296.777 sesuai data Profil Kesehatan Indonesia, 2019. Peningkatan jumlah ini belum diikuti dengan peningkatan kualitas, hanya 63,6 persen yang merupakan Posyandu Aktif.
Berdasarkan hasil Riset Rebranding dan Evaluasi Posyandu Aktif, beberapa faktor yang masih menjadi penghambat dalam optimalisasi pelayanan posyandu adalah keterbatasan sumber dana, rigid-nya Sistem Informasi Posyandu, rekrutmen kader baru, kapasitas kader yang masih perlu ditingkatkan, motivasi masyarakat yang masih kurang untuk mengakses layanan Posyandu secara rutin dan minimnya pembinaan Pokjanal dan Pokja Posyandu terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan aktivitas Posyandu.
“Selama pandemi kami buatkan pedomannya. Disesuaikan dengan wilayahnya apakah zona merah atau zona hijau. Bisa online atau janjian kunjungan ke rumah, nanti kader akan datang. Sehingga masyarakat bisa dapatkan pelayanan,” tutupnya. (jpc)

Baca Juga :  Riyo Pungki Irawan, Dokter di Balik Layanan Konsultasi Covid-19 Gratis, Ada Saja Yang Bertanya, ”Sudah Punya Pacar, Dok?”
Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/