PALANGKA RAYA-Drainase utama pengendalian banjir di Kota Palangka Raya yang terletak di kawasan Pasar Kahayan Kota Palangka Raya ambruk/runtuh. Padahal, proyek tersebut baru selesai dikerjakan akhir Tahun 2020.
Ketua RT 002/05 Hj Trisnawati membenarkan keterangan warganya terkait rubuhnya dinding drainase utama tersebut. “Kejadiannya Sabtu malam sekitar jam sebelas pak,” terangnya saat dijumpai awak media.
Dirinya memperkirakan bangunan tersebut ambruk karena tak kuat menahan beban dorongan air yang mengalir dari samping menuju pengaringan.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan II Ir Dwi Cahyo Handono membenarkan kejadian tersebut. Didampingi Kasatker SNVT PJSA WS. Mentaya-Katingan, WS. Barito, WS. Jelai-Kendawangan Provinsi Kalteng Muhammad Barani dan pejabat lainnya, ia membeberkan kronologi terjadinya longsoran di hadapan awak media, di Jalan Tjilik Riwut Km 3,5, Palangka Raya, Senin (8/2).
“Pada hari Sabtu (6/2) terjadi hujan sejak sore hingga subuh. Hujan yang lebat diperkirakan pukul 21.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB, sehingga mengakibatkan terjadi genangan air di Mendawai 1 sampai Mendawai IV,” ungkapnya.
Karena tidak ada drainase tersier di Mendawai, air pun langsung mengalir menuju drainase utama. Alirannya pun tak terarah. Sementara saluran yang ada merupakan saluran tanah biasa. Otomatis tak dapat menampung air dengan debit besar.
“Sehingga mengakibatkan tekanan air yang cukup besar dan menggerus dinding drai-nase,” bebernya.
Ditambahkannya, saat ini sejumlah wilayah di Indonesia terjadi banjir ekstrem. Dwi juga menegaskan bahwa tidak ada pihak yang disalahkan karena peristiwa ini.
“Tidak ada lubang besar yang memadai, hanya ada pralon kecil, kejadian ini di luar dugaan, tapi kami pastikan akan segera diperbaiki,” tegasnya.
Kejadian ini menjadi bahan introspeksi bagi pihak yang terlibat dalam pengerjaan proyek yang menalan dana APBN sekita Rp17 miliar itu. “Harus dipikirkan untuk membuat kemasan gorong-gorong pada dinding drainase. Ini akan segera kami perbaiki agar saluran tersebut bisa kembali seperti semula, karena masih dalam masa pemeliharaan, pihak rekanan siap untuk melakukan perbaikan,” tuturnya.
Ditambahkan Dwi, pengerjaan proyek itu sebelumnya dilakukan oleh kontraktor PT Karya Nusa Mandiri. Kerugian yang diakibatkan oleh longsoran tersebut diperkirakan mencapai Rp200-300 juta. Pihaknya pun sudah menyampaikan kepada Polda Kalteng dan Kejaksaan Tinggi atas insiden tersebut, memberikan keterangan teknis di lapangan. (sja/nue/ce/ala/bud)