PULANG PISAU-Ketinggian air yang menggenangi ruas Bukit Rawi mulai menurun. Meski demikian, lalu lintas belum normal. Petugas masih melakukan buka tutup jalur bagi pengendara dari arah Palangka Raya maupun sebaliknya. Kondisi ini membuat lalu lintas di dekat jalur pembangunan jembatan layang atau pile slab tersebut masih padat.
Berdasarkan pantauan lapangan, debit air yang awalnya setinggi 58 cm, sudah turun sekitar 11 cm. Meskipun mengalami penurunan, kendaraan roda dua belum diizinkan untuk melintas, karena genangan air pada beberapa titik masih dalam dan banyak terdapat lubang. Pengendara roda dua tetap dianjurkan memakai jasa kelotok melewati area banjir.
Camat Kahayan Hilir Siswo mengakui, hingga kemarin ruas jalan Bukit Rawi masih ramai dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat. “Karena kondisi jalan sangat parah dan rusak, sehingga dilakukan sistem buka tutup oleh pihak kepolisian, sementara untuk mobil penumpang dilarang melintas, hanya kendaraan berat yang sudah diizinkan melintas,” ujar Siswo.
Selain itu, armada penyeberangan kelotok dan feri tradisional diimbau untuk memprioritaskan keselamatan penumpang. Tidak diperkenankan membawa penumpang terlalu banyak demi mencegah terjadinya kecelakaan.
“Kami bersama tim gabungan hanya mengimbau supaya para motoris mempertimbangkan juga keselamatan penumpang, supaya tidak terjadi kecelakaan saat mengangkut penumpang,” ucapnya sembari mengingatkan para penyedia jasa penyeberangan soal aturan dan tarif yang sudah disepakati tiga desa yang terdampak banjir.
Sementara itu, penurunan debit air juga terjadi di Palangka Raya. Berdasarkan pemantauan terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya pada Kamis (23/9), rata-rata debit air pada sejumlah wilayah di Kota Cantik mulai menurun. Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin melalui Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani menerangkan, terdapat tujuh kelurahan yang terpantau mengalami penurunan ketinggian genangan air.
Tujuh kelurahan itu mencakup Kelurahan Palangka (turun sekitar 9 cm), Kalampangan (2 cm), Bereng Bengkel (3 cm), Marang (5 cm), Kelurahan Kameloh Baru (5 cm), dan Tanjung Pinang (25 cm). “Sehingga bisa disimpulkan saat ini kondisi debit air di Kota Palangka Raya sedang mengalami penurunan. Meskipun debit air menurun, kita tetap siaga, karena di wilayah hulu debit airnya masih cukup tinggi,” ucapnya.
Selain itu, banjir di Kota Palangka Raya juga memakan korban jiwa. Seorang balita berumur empat tahun ditemukan meninggal dunia dalam kondisi mengambang di belakang dapur rumahnya, Gang Sari, Jalan Dr Murdjani, Kamis pagi (23/9). Jasad korban ditemukan oleh ibunya.
Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Sandi Alfiden Mustofa membenarkan kejadian tersebut. Dia menjelaskan, menurut keterangan saksi Nur Halisa, sekitar pukul 06.45 WIB dirinya keluar rumah untuk belanja. Saat itu korban masih tidur. Sekitar pukul 07.00 WIB, saat saksi pulang, korban sudah tak ada lagi di kamar.
“Saat mengetahui anaknya tidak ada di kamar, saksi Nur Halisa panik, lalu mencari keberadaan korban. Ia melihat pintu belakang rumah terbuka dan ada pancingan, tapi tak terlihat korban. Setelah dicari-cari, akhirnya korban ditemukan dalam kondisi mengambang. Saksi pun segera melompat ke air untuk menyelamatkan anaknya,” ujar Kombes Pol Sandi A Mustofa.
Saksi langsung membawa korban ke RS TNI-AD dibantu para tetangga. Namun, nyawa korban tak tertolong lagi. “Kedua orang tua tidak keberatan atas kejadian tersebut dan sudah merelakan kematian buah hati mereka, menurut pengakuan mereka, korban memang suka membuka pintu dapur, dan juga tidak bisa berenang,” tutupnya.
Lokasi Food Estate Aman dari Banjir
Bencana banjir yang terjadi di Kalteng dalam beberapa waktu terakhir ini telah berdampak pada kondisi pertanian dan peternakan. Beruntung tidak sampai melanda lokasi food estate di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) maupun di Kapuas.
Kepala Dinas Pertanian, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng Sunarti mengatakan, daerah yang terdampak bencana banjir yakni daerah Barito Selatan dan Katingan. Barito Selatan memang menjadi langganan banjir karena luapan air sungai. Sedangkan di Katingan, ada beberapa wilayah pertanian yang aman dari banjir, tapi ada juga yang terendam air.
“Ada di salah satu wilayah, sekitar 500 KK terdampak, tanaman pertanian berupa sayuran dan cabai di lahan seluas seribu hektare terendam banjir,” katanya, kemarin.
Ia menyebut bahwa kondisi tersebut dilihat langsung saat melakukan kunjungan kerja dan mengecek lokasi banjir di Katingan. Selain hortikultura, banjir di Katingan juga berdampak pada sektor peternakan.
“Sebetulnya untuk sapi aman, karena masih bisa bertahan di dalam air, tapi yang menjadi persoalan adalah ketersediaan pakan sapi, karena rumput sebagai sumber makanan terendam banjir,” tuturnya.
Sementara itu, kawasan pengembangan food estate di Pulpis maupun Kapuas sejauh ini tidak tersentuh banjir. “Keberadaan saluran irigasi yang sudah direhabilitasi oleh dinas terkait (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)) sangat membantu mengantisipasi terjadinya banjir,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, keberadaan irigasi ini dinilai cukup membantu dalam mengatur air di wilayah food estate. “Dengan adanya saluran irigasi ini, pergerakan air di wilayah food estate bisa diatur,” pungkasnya. (ena/uni/ahm/abw/ce/ala)