Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Mengenal Slamet Riyadi, Petani yang Sukses Menyulap Lahan Gambut Jadi Lokasi Agrowisata

Tak mudah bercocok tanam di lahan gambut. Sebab, tidak semua jenis tanaman bisa tumbuh dengan subur. Namun, Slamet Riyadi merupakan satu dari sebagian petani yang berhasil mengubah hamparan gambut menjadi lahan produktif. Bahkan kebun buah yang dikelolanya itu kini menjadi destinasi agrowisata.

AGUS JAYA, Palangka Raya

PENJUAL buah-buahan di Kota Palangka Raya sebagian besar masih mengandalkan suplai dari luar Kalteng. Di Kota Cantik ini tidak ada sentra perkebunan skala sedang hingga besar yang fokus mengembangkan perkebunan buah-buahan.

Karena itu, buah-buahan seperti jeruk, lengkeng, apel, buah naga, jambu, anggur, semangka, melon, alpukat, dan lainnya masih mengandalkan suplai dari luar daerah.Salah satu petani di Palangka Raya, Slamet Riyadi, mengaku prihatin.

Kakek 72 tahun itupun mencoba memanfaatkan lahan gambut untuk menaman berbagai jenis buah yang biasa dijual di pasaran. 2011 lalu ia memulainya. Tak disangka percobaan yang dilakukannya berhasil. Tanaman buah yang ditanamnya bisa tumbuh subur walau di lahan gambut. Kemudian muncul ide untuk menjadikan lahan gambut yang dikelolanya itu sebagai lokasi agrowisata.

Kini ide itu terealisasi. Buah-buah segar sudah siap dipetik di tempat wisata kebun buah-buahan Cipta Rasa yang berlokasi di kawasan Jalan Manduhara, Kelurahan Kereng Bangkirai.Slamet Riyadi pun menceritakan awal mula niatnya membangun kebun buah tersebut. Pria yang sehari-hari disapa Pak Slamet itu bercerita bahwa mulanya lahan itu merupakan tempat keluarganya menanam sayur untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari.“Pertamanya lokasi ini adalah tempat menanam sayur-mayur untuk menyambung hidup,” katanya saat berbincang dengan Kalteng Pos. Pria yang mengaku berasal dari Kota Tulung Agung, Jawa Timur itu mengatakan, niatnya mengubah lahan yang dibelinya 2011 itu menjadi kebun buah karena ia sering melihat berbagai buah yang dijual di pasar kebanyakan dalam kondisi rusak dan tidak segar karena merupakan barang suplai dari luar Palangka Raya.

“Buah-buahan yang didatangkan dari luar Palangka Raya atau Kalteng, seperti dari Jawa, Sulawesi, atau Kalimantan Barat pada umumnya sudah mulai membusuk,” kata pria yang pernah ikut program tranmigrasi tahun 1982 ke Desa Pangkoh.

Baca Juga :  MUI Gandeng LDII Wujudkan Tiga Rukun Bernegara

Tak mudah bercocok tanam di lahan gambut. Sebab, tidak semua jenis tanaman bisa tumbuh dengan subur. Namun, Slamet Riyadi merupakan satu dari sebagian petani yang berhasil mengubah hamparan gambut menjadi lahan produktif. Bahkan kebun buah yang dikelolanya itu kini menjadi destinasi agrowisata.

AGUS JAYA, Palangka Raya

PENJUAL buah-buahan di Kota Palangka Raya sebagian besar masih mengandalkan suplai dari luar Kalteng. Di Kota Cantik ini tidak ada sentra perkebunan skala sedang hingga besar yang fokus mengembangkan perkebunan buah-buahan.

Karena itu, buah-buahan seperti jeruk, lengkeng, apel, buah naga, jambu, anggur, semangka, melon, alpukat, dan lainnya masih mengandalkan suplai dari luar daerah.Salah satu petani di Palangka Raya, Slamet Riyadi, mengaku prihatin.

Kakek 72 tahun itupun mencoba memanfaatkan lahan gambut untuk menaman berbagai jenis buah yang biasa dijual di pasaran. 2011 lalu ia memulainya. Tak disangka percobaan yang dilakukannya berhasil. Tanaman buah yang ditanamnya bisa tumbuh subur walau di lahan gambut. Kemudian muncul ide untuk menjadikan lahan gambut yang dikelolanya itu sebagai lokasi agrowisata.

Kini ide itu terealisasi. Buah-buah segar sudah siap dipetik di tempat wisata kebun buah-buahan Cipta Rasa yang berlokasi di kawasan Jalan Manduhara, Kelurahan Kereng Bangkirai.Slamet Riyadi pun menceritakan awal mula niatnya membangun kebun buah tersebut. Pria yang sehari-hari disapa Pak Slamet itu bercerita bahwa mulanya lahan itu merupakan tempat keluarganya menanam sayur untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari.“Pertamanya lokasi ini adalah tempat menanam sayur-mayur untuk menyambung hidup,” katanya saat berbincang dengan Kalteng Pos. Pria yang mengaku berasal dari Kota Tulung Agung, Jawa Timur itu mengatakan, niatnya mengubah lahan yang dibelinya 2011 itu menjadi kebun buah karena ia sering melihat berbagai buah yang dijual di pasar kebanyakan dalam kondisi rusak dan tidak segar karena merupakan barang suplai dari luar Palangka Raya.

“Buah-buahan yang didatangkan dari luar Palangka Raya atau Kalteng, seperti dari Jawa, Sulawesi, atau Kalimantan Barat pada umumnya sudah mulai membusuk,” kata pria yang pernah ikut program tranmigrasi tahun 1982 ke Desa Pangkoh.

Baca Juga :  MUI Gandeng LDII Wujudkan Tiga Rukun Bernegara

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/