Senin, November 25, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Angka Stunting Mengalami Penurunan

SAMPIT – Angka stunting atau kekerdilan pada anak di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengalami penurunan sekitar 23 persen dalam setahun terakhir.

“Terjadi penurunan jumlah balita stunting dari Tahun 2020, dari 12.727 balita, yang dinyatakan terjadi pertumbuhan pendek ada 3.499 atau sekitaran 27 persen. Sedangkan tahun 2021, dari 14.035 balita, yang dinyatakan terjadi pertumbuhan pendek ada 3.203 atau sekitar 23 persen,” kata Plt Kepala Dinkes Kotim, Umar Kaderi (17/10).

Dikatakannya, penurunan angka kekerdilan pada bayi dibawah lima tahun akibat gizi buruk merupakan hasil kolaborasi bersama dan bukan cuma kerja dinas kesehatan saja.

Umar Kaderi menuturkan, wilayah yang cukup tinggi terdapat kasus stunting yaitu Kecamatan Teluk Sampit. Dimana pada tahun 2020 ada 45 persen, sedangkan pada tahun 2021 ini turun menjadi 28 persen.  Sementara diwilayah Kecamatan Mentaya Hilir Utara, dari 40 persen menjadi 37 persen. Pulau Hanaut dari kasus 38 persen menjadi 34 persen. Cempaga Hulu dari 27 persen turun menjadi 16 persen. Dan untuk Kecamatan Cempaga semula 23 persen kasus stunting terjadi kenaikan menjadi 25 persen.

Baca Juga :  Dorong Perkembangan UMKM Kotim melalui UMKM Expo

“Kita tetap berkomitmen untuk pencegahan dan penurunan stunting. Tahun ini ada anggaran Rp 71 miliar untuk penanganan penyakit tersebut,” tukasnya.

Umar menambahkan, penanganan stunting membutuhkan waktu lama dan perlu dukungan lintas program atau sektoral. Adapun intervensi bidang kesehatan yang telah dilakukan yakni intervensi gizi spesifik di antaranya pemberian tablet tambah darah, suplementasi vitamin A, promosi asi eksekutif.

Dia menjelaskan, kendala yang dihadapi salah satunya saat ini situasi pandemi covid-19 sehingga posyandu belum aktif secara optimal dan menghambat pemantauan pertumbuhan. Meski begitu, Dinkes Kotim terus memaksimalkan upaya penanganan stunting.

“Stunting merupakan permasalahan kesehatan nasional yang harus segera ditangani, mengingat dampak yang ditimbulkan sangat luas dan permanen,” tegas Umar Kaderi.

Baca Juga :  Sat Lantas Polres Kotim Sediakan Ambulance dan Pengawalan Jenazah

Dijelaskannya, terganggunya perkembangan jaringan otak anak yang stunting berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia kedepan.

Diketahui, Pemkab Kotawaringin Timur (Kotim) telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai salah satu Kabupaten dengan lokus stunting cukup tinggi. Dalam penanganan permasalahan pertumbuhan akibat kekurangan gizi tersebut, Pemkab menyediakan beberapa program kerja yang memakan dana hingga puluhan miliar rupiah di tahun ini. (sli/ans)

SAMPIT – Angka stunting atau kekerdilan pada anak di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengalami penurunan sekitar 23 persen dalam setahun terakhir.

“Terjadi penurunan jumlah balita stunting dari Tahun 2020, dari 12.727 balita, yang dinyatakan terjadi pertumbuhan pendek ada 3.499 atau sekitaran 27 persen. Sedangkan tahun 2021, dari 14.035 balita, yang dinyatakan terjadi pertumbuhan pendek ada 3.203 atau sekitar 23 persen,” kata Plt Kepala Dinkes Kotim, Umar Kaderi (17/10).

Dikatakannya, penurunan angka kekerdilan pada bayi dibawah lima tahun akibat gizi buruk merupakan hasil kolaborasi bersama dan bukan cuma kerja dinas kesehatan saja.

Umar Kaderi menuturkan, wilayah yang cukup tinggi terdapat kasus stunting yaitu Kecamatan Teluk Sampit. Dimana pada tahun 2020 ada 45 persen, sedangkan pada tahun 2021 ini turun menjadi 28 persen.  Sementara diwilayah Kecamatan Mentaya Hilir Utara, dari 40 persen menjadi 37 persen. Pulau Hanaut dari kasus 38 persen menjadi 34 persen. Cempaga Hulu dari 27 persen turun menjadi 16 persen. Dan untuk Kecamatan Cempaga semula 23 persen kasus stunting terjadi kenaikan menjadi 25 persen.

Baca Juga :  Dorong Perkembangan UMKM Kotim melalui UMKM Expo

“Kita tetap berkomitmen untuk pencegahan dan penurunan stunting. Tahun ini ada anggaran Rp 71 miliar untuk penanganan penyakit tersebut,” tukasnya.

Umar menambahkan, penanganan stunting membutuhkan waktu lama dan perlu dukungan lintas program atau sektoral. Adapun intervensi bidang kesehatan yang telah dilakukan yakni intervensi gizi spesifik di antaranya pemberian tablet tambah darah, suplementasi vitamin A, promosi asi eksekutif.

Dia menjelaskan, kendala yang dihadapi salah satunya saat ini situasi pandemi covid-19 sehingga posyandu belum aktif secara optimal dan menghambat pemantauan pertumbuhan. Meski begitu, Dinkes Kotim terus memaksimalkan upaya penanganan stunting.

“Stunting merupakan permasalahan kesehatan nasional yang harus segera ditangani, mengingat dampak yang ditimbulkan sangat luas dan permanen,” tegas Umar Kaderi.

Baca Juga :  Sat Lantas Polres Kotim Sediakan Ambulance dan Pengawalan Jenazah

Dijelaskannya, terganggunya perkembangan jaringan otak anak yang stunting berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia kedepan.

Diketahui, Pemkab Kotawaringin Timur (Kotim) telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai salah satu Kabupaten dengan lokus stunting cukup tinggi. Dalam penanganan permasalahan pertumbuhan akibat kekurangan gizi tersebut, Pemkab menyediakan beberapa program kerja yang memakan dana hingga puluhan miliar rupiah di tahun ini. (sli/ans)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/