Sabtu, September 28, 2024
25.8 C
Palangkaraya

Pasien Covid-19 di RSDS Sisa 10 Orang

PALANGKA RAYA-Sejak Agustus hingga pertengahan Oktober terjadi penurunan jumlah pasien Covid-19. Termasuk pasien yang dirawat di RSUD dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya. Grafiknya melandai. Hampir sama dengan awal 2021. Meski demikian, masyarakat tetap diingatkan untuk tidak lalai dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur RSDS Palangka Raya dr Yayu Indriaty SpKGA, Kamis (21/10).

“Sampai hari ini (kemarin, red) kami sudah membuat berbagai skema untuk menyikapi penurunan kasus Covid-19. Hari ini (Kamis) pasien yang dirawat di sini (RSDS) hanya 10 orang saja. Meski begitu, kita tetap diminta untuk waspada dan taat protokol kesehatan,” ujar drg Yayu.

Rata-rata pasien yang dirawat adalah orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Ada yang dirawat di ruang isolasi ICU, isolasi HCU, dan ruang isolasi umum. Para pasien yang dirujuk ke RSDS rata-rata merupakan pasien dengan gelaja menengah, berat, sampai yang kondisinya kritis.

Sering terus menurunnya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSDS, enam ruang isolasi ditutup dan dikembalikan ke fungsi semula sebagai ruang perawatan untuk pasien bukan penderita Covid-19. Hanya ada empat ruang isolasi yang disiapkan untuk merawat pasien Covid-19, mulai dari kriteria sedang, berat, hingga kritis. Dengan berkurangannya ruangan isolasi, maka jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 juga berkurang. Dari semula berjumlah 200 tempat tidur, kini hanya tersisa 34, tersebar di empat ruangan isolasi. “Empat ini tidak bisa ditutup, karena menyangkut kriteria. Ada yang harus dirawat di ICU, di HCU, di ruang bersalin, dan ruang biasa. Jadi pelayanan diberikan sesuai kriteria penyakitnya,” ujar drg Yayu.

Disinggung soal pemeriksaan sampel di laboratorium, Yayu menyebut, saat ini jumlahnya menurun. Pada saat kasus Covid-19 sedang tinggi, rata-rata 400 sampel diperiksa dalam sehari. Namun saat ini hanya berkisar 240-250 sampel per hari. Sampel-sampel yang diperiksa tersebut merupakan sampel pasien di RSDS, dari rumah sakit yang ada di kabupaten-kabupaten, maupun sampel dari pemeriksaan mandiri untuk kepentingan perjalanan udara.“Dari angka 250 itu, terbanyak berasal dari pemeriksaan mandiri untuk keperluan syarat perjalanan atau penerbangan. Permintaan pemeriksaan untuk kepentingan penerbangan berkisar 150 hingga 160 orang per hari,” beber Yayu.Seiring menurunnya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat, pihak RSDS memutuskan untuk mengurangi tenaga relawan. Saat ini lebih memaksimalkan tenaga organik RSDS sendiri. Meski kondisi pandemi saat ini mulai terkendali, lanjut Yayu, masyarakat tidak boleh lengah. Setiap dua pekan sekali RSDS akan melakukan evaluasi terkait status kesehatan masyarakat. Setiap pergerakan grafik akan dipantau.

“Di beberapa negara sempat terjadi lonjakan. Jangan sampai kita lengah. Prediksi terjadi gelombang ketiga pada bulan Desember, semoga itu tidak terjadi di Kalteng,” ujarnya.Yayu menegaskan bahwa pihaknya bakal terus memantau status kesehatan masyarakat. Juga memantau jumlah sampel yang masuk setiap hari. Apabila terdapat kabupaten yang mengalami lonjakan kasus, otomatis berdampak pula terhadap RSDS sebagai rumah sakit rujukan.“Kami tetap pantau setiap hari, termasuk ketersediaan logistik. Mulai dari stok obat-obatan, oksigen, dan lainnya. Juga menyangkut tenaga relawan,” ujarnya. (sma/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Sejak Agustus hingga pertengahan Oktober terjadi penurunan jumlah pasien Covid-19. Termasuk pasien yang dirawat di RSUD dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya. Grafiknya melandai. Hampir sama dengan awal 2021. Meski demikian, masyarakat tetap diingatkan untuk tidak lalai dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur RSDS Palangka Raya dr Yayu Indriaty SpKGA, Kamis (21/10).

“Sampai hari ini (kemarin, red) kami sudah membuat berbagai skema untuk menyikapi penurunan kasus Covid-19. Hari ini (Kamis) pasien yang dirawat di sini (RSDS) hanya 10 orang saja. Meski begitu, kita tetap diminta untuk waspada dan taat protokol kesehatan,” ujar drg Yayu.

Rata-rata pasien yang dirawat adalah orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Ada yang dirawat di ruang isolasi ICU, isolasi HCU, dan ruang isolasi umum. Para pasien yang dirujuk ke RSDS rata-rata merupakan pasien dengan gelaja menengah, berat, sampai yang kondisinya kritis.

Sering terus menurunnya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSDS, enam ruang isolasi ditutup dan dikembalikan ke fungsi semula sebagai ruang perawatan untuk pasien bukan penderita Covid-19. Hanya ada empat ruang isolasi yang disiapkan untuk merawat pasien Covid-19, mulai dari kriteria sedang, berat, hingga kritis. Dengan berkurangannya ruangan isolasi, maka jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 juga berkurang. Dari semula berjumlah 200 tempat tidur, kini hanya tersisa 34, tersebar di empat ruangan isolasi. “Empat ini tidak bisa ditutup, karena menyangkut kriteria. Ada yang harus dirawat di ICU, di HCU, di ruang bersalin, dan ruang biasa. Jadi pelayanan diberikan sesuai kriteria penyakitnya,” ujar drg Yayu.

Disinggung soal pemeriksaan sampel di laboratorium, Yayu menyebut, saat ini jumlahnya menurun. Pada saat kasus Covid-19 sedang tinggi, rata-rata 400 sampel diperiksa dalam sehari. Namun saat ini hanya berkisar 240-250 sampel per hari. Sampel-sampel yang diperiksa tersebut merupakan sampel pasien di RSDS, dari rumah sakit yang ada di kabupaten-kabupaten, maupun sampel dari pemeriksaan mandiri untuk kepentingan perjalanan udara.“Dari angka 250 itu, terbanyak berasal dari pemeriksaan mandiri untuk keperluan syarat perjalanan atau penerbangan. Permintaan pemeriksaan untuk kepentingan penerbangan berkisar 150 hingga 160 orang per hari,” beber Yayu.Seiring menurunnya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat, pihak RSDS memutuskan untuk mengurangi tenaga relawan. Saat ini lebih memaksimalkan tenaga organik RSDS sendiri. Meski kondisi pandemi saat ini mulai terkendali, lanjut Yayu, masyarakat tidak boleh lengah. Setiap dua pekan sekali RSDS akan melakukan evaluasi terkait status kesehatan masyarakat. Setiap pergerakan grafik akan dipantau.

“Di beberapa negara sempat terjadi lonjakan. Jangan sampai kita lengah. Prediksi terjadi gelombang ketiga pada bulan Desember, semoga itu tidak terjadi di Kalteng,” ujarnya.Yayu menegaskan bahwa pihaknya bakal terus memantau status kesehatan masyarakat. Juga memantau jumlah sampel yang masuk setiap hari. Apabila terdapat kabupaten yang mengalami lonjakan kasus, otomatis berdampak pula terhadap RSDS sebagai rumah sakit rujukan.“Kami tetap pantau setiap hari, termasuk ketersediaan logistik. Mulai dari stok obat-obatan, oksigen, dan lainnya. Juga menyangkut tenaga relawan,” ujarnya. (sma/ce/ala)

Artikel Terkait