Jumat, November 22, 2024
30.8 C
Palangkaraya

Afiliasi ISIS Sekarang Seperti K-pop

PROSPEK penanganan terorisme di Indonesia sebenarnya sulit dalam beberapa tahun ini. Sejak pengaruh ISIS melemah di banyak negara, organisasi mereka tidak lagi melakukan perekrutan secara prosedural dan besar-besaran.

Apa yang terjadi biasanya adalah orang -orang yang berusaha mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari ISIS. Mudahnya akses kepada internet dan media sosial mendukung hal ini.

“Jihad Internet” ini membuat siapa saja bisa mendaku dirinya sebagai bagian dari ISIS. Ini seperti  K-Pop dalam budaya populer. Siapa saja bisa mengaku Army (sebutan untuk fans BTS) tanpa perlu terhubung dengan fansbase resmi.

Tidak seperti Jemaah Islamiyah yang bergerak secara terorganisir dalam struktur yang rapi, Afiliasi ISIS bisa sangat luwes. Misalnya orang ngaji sepuluh orang dalam lingkaran tertentu, atau bahkan sendiri-sendiri, mereka bisa berbaiat dengan ISIS lewat internet.

Inilah susahnya mengungkap jaringan terorisme sekarang, secara khusus di Indonesia. Orang-orang bisa bergerak secara individu dalam sel-sel kecil.

Baca Juga :  Dishub Aktifkan Posko di Tiga Titik

Lalu apa tujuannya? Bisa banyak hal sesuai dengan ideologi dan visi ISIS. Misalnya hanya untuk menggentarkan musuh atau lebih jauh lagi penguasaan teritorial. Banyak kasus di mana sel-sel kecil ini melakukan serangan sporadis dan kecil-kecilan demi upayanya untuk berkompetisi menarik perhatian ISIS.

Apakah mungkin ada salah tangkap dalam kasus di Kalimantan?

Berbicara dari pengalaman saya dalam bidang terorisme di Indonesia, Densus sebenarnya gak pernah salah tangkap. Jika mereka menangkap seseorang terduga teroris, itu pastilah sudah melewati prosedur pengawasan yang ketat.

Saya pernah memiliki seorang teman pecinta alam di Bima yang adiknya ditangkap karena dituduh terlibat dalam terorisme. Dia bilang adiknya ini gak mungkin bisa terlibat dalam aksi terorisme. Tidak fanatik dalam pandangan agama dan ibadahnya juga biasa-biasa aja.

Waktu itu, saya konfirmasi ke sumber saya di Densus. Mereka memperlihatkan bukti-bukti yang menunjukan sebaliknya. Ada foto -foto yang menunjukkan adiknya terlibat dalam rencana penyerangan untuk amaliah tertentu.

Baca Juga :  Pemandu Lagu Dites Urine

Jadi, Densus pasti telah memiliki alasan yang mendesak mengapa seseorang ditangkap. Tidak mungkin hanya karena tergabung dalam media sosial, seseorang bisa ditangkap.  Densus mungkin menemukan bahwa ada kecenderungan yang sudah mengarah ke sebuah plot.

Kalau ditanya apakah penangkapan di Kalsel memiliki hubungan dengan penangkapan di Kalteng, saya jawab iya. Biasanya begitu. Densus bekerja dalam satu operasi yang saling berkaitan. Satu sel digulung sekaligus.

Jika sejauh ini belum ada keterangan dari Densus, itu menunjukkan ini hanya kasus kecil. Jika kasus besar, pasti sudah ada rilis resmi dari Mabes Polri.

Apapun itu, mari kita awasi bersama. Secara prosedur, kepastian dari kasus ini bisa diketahui dalam 7 hari. tetap ada kemungkinan dibebaskan, meski kemungkinan itu setahu saya, kecil.  (*)

PROSPEK penanganan terorisme di Indonesia sebenarnya sulit dalam beberapa tahun ini. Sejak pengaruh ISIS melemah di banyak negara, organisasi mereka tidak lagi melakukan perekrutan secara prosedural dan besar-besaran.

Apa yang terjadi biasanya adalah orang -orang yang berusaha mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari ISIS. Mudahnya akses kepada internet dan media sosial mendukung hal ini.

“Jihad Internet” ini membuat siapa saja bisa mendaku dirinya sebagai bagian dari ISIS. Ini seperti  K-Pop dalam budaya populer. Siapa saja bisa mengaku Army (sebutan untuk fans BTS) tanpa perlu terhubung dengan fansbase resmi.

Tidak seperti Jemaah Islamiyah yang bergerak secara terorganisir dalam struktur yang rapi, Afiliasi ISIS bisa sangat luwes. Misalnya orang ngaji sepuluh orang dalam lingkaran tertentu, atau bahkan sendiri-sendiri, mereka bisa berbaiat dengan ISIS lewat internet.

Inilah susahnya mengungkap jaringan terorisme sekarang, secara khusus di Indonesia. Orang-orang bisa bergerak secara individu dalam sel-sel kecil.

Baca Juga :  Dishub Aktifkan Posko di Tiga Titik

Lalu apa tujuannya? Bisa banyak hal sesuai dengan ideologi dan visi ISIS. Misalnya hanya untuk menggentarkan musuh atau lebih jauh lagi penguasaan teritorial. Banyak kasus di mana sel-sel kecil ini melakukan serangan sporadis dan kecil-kecilan demi upayanya untuk berkompetisi menarik perhatian ISIS.

Apakah mungkin ada salah tangkap dalam kasus di Kalimantan?

Berbicara dari pengalaman saya dalam bidang terorisme di Indonesia, Densus sebenarnya gak pernah salah tangkap. Jika mereka menangkap seseorang terduga teroris, itu pastilah sudah melewati prosedur pengawasan yang ketat.

Saya pernah memiliki seorang teman pecinta alam di Bima yang adiknya ditangkap karena dituduh terlibat dalam terorisme. Dia bilang adiknya ini gak mungkin bisa terlibat dalam aksi terorisme. Tidak fanatik dalam pandangan agama dan ibadahnya juga biasa-biasa aja.

Waktu itu, saya konfirmasi ke sumber saya di Densus. Mereka memperlihatkan bukti-bukti yang menunjukan sebaliknya. Ada foto -foto yang menunjukkan adiknya terlibat dalam rencana penyerangan untuk amaliah tertentu.

Baca Juga :  Pemandu Lagu Dites Urine

Jadi, Densus pasti telah memiliki alasan yang mendesak mengapa seseorang ditangkap. Tidak mungkin hanya karena tergabung dalam media sosial, seseorang bisa ditangkap.  Densus mungkin menemukan bahwa ada kecenderungan yang sudah mengarah ke sebuah plot.

Kalau ditanya apakah penangkapan di Kalsel memiliki hubungan dengan penangkapan di Kalteng, saya jawab iya. Biasanya begitu. Densus bekerja dalam satu operasi yang saling berkaitan. Satu sel digulung sekaligus.

Jika sejauh ini belum ada keterangan dari Densus, itu menunjukkan ini hanya kasus kecil. Jika kasus besar, pasti sudah ada rilis resmi dari Mabes Polri.

Apapun itu, mari kita awasi bersama. Secara prosedur, kepastian dari kasus ini bisa diketahui dalam 7 hari. tetap ada kemungkinan dibebaskan, meski kemungkinan itu setahu saya, kecil.  (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/