Jumat, September 20, 2024
36.3 C
Palangkaraya

Jemaah Tak Bisa Langsung Melaksanakan Tawaf dan Sai

PUKUL 14.40 waktu Arab Saudi atau 18.40 waktu Indonesia barat, unit bus membawa 165 rombongan jemaah umrah PT Raihan Alya Tour menuju Kota Makkah. Keluar dari Hayah Golden Hotel, kami sudah mengenakan kain ihram. Kemudian masuk ke dalam bus masing-masing.

Saya bersama 45 jemaah berada di bus 3. Dipandu oleh mutawif Yasir Habibi. Pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu memandu jemaah umrah maupun haji sejak 2016. Orangnya begitu supel. Tak heran jika mudah akrab dengan para jemaah. Cepat dalam memberikan pelayanan semua keperluan jemaah selama menjalani karantina hingga mengunjungi tempat suci dan bersejarah di Kota Madinah.

Lantunan selawat dan salam kepada Rasulullah saw mulai berkumandang di dalam bus, sesaat setelah kendaraan yang kami tumpangi mulai bergerak menuju Makkah.

 “Sebelum meninggalkan Kota Madinah, ayo kita berselawat dahulu. Semoga berikutnya bapak ibu bisa kembali lagi ke Madinah, salat di Masjid Nabawi, ziarah ke makam Rasulullah saw, rezekinya makin berkah sehingga bisa datang lagi ke sini,” ujar Yasir Habibi yang langsung diamini seluruh jemaah.

Sembari melantunkan salawat dan salam, rombongan tiba Masjid Bir Ali tempat mengambil miqat. Sekitar 15 menit dari Kota Madinah. Konstruksi bangunan seperti benteng berbentuk persegi. Ada menara menjulang.

Konon, belum sah umrah kalau belum menginjakkan kaki di masjid yang menghadap ke bukit berbatu itu. Dahulunya masjid ini merupakan tempat Rasulullah saw melaksanakan miqat dan berihram untuk umrah. Dan sampai saat ini diteladani oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia.

Rombongan langsung bersuci dengan mengambil air wudu dan masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan salat sunnah Ihram.

Selesai itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kota Makkah. Perjalanan menempuh jarak 450 kilometer. Kurang lebih sama seperti jarak Palangka Raya menuju Pangkalan Bun.

“Perjalanan kita akan memakan waktu kurang lebih 5-6 jam, jadi bapak ibu silakan istirahat. Bisa sambil baca talbiah maupun berzikir,” seru Yasir Habibi lagi kepada jemaah. Beberapa kilometer beranjak dari Masjid Bir Ali, Yasir Habibi membagikan roti dan minuman kepada jemaah.

Baca Juga :  Anggaran Konsumsi dan Akomodasi Disdik Di-Mark Up

Sepanjang perjalanan, kanan kiri disuguhi pemandangan bukit berbatu. Sesekali terlihat unta dan kebun kurma serta permukiman penduduk.

Lalu lintas sangat lancar. Aspalnya mulus. Pada layar digital di bagian atas sang sopir, tertera kecepatan bus kami bisa mencapai 102 km/jam. Seiring berjalannya waktu, matahari mulai tenggelam. Cahayanya tampak kemerah-merahan. Hari pun beranjak malam. Di layar ponsel saya, waktu sudah menunjukkan pukul 18.50 waktu Arab Saudi.

“Kita salat Magrib dan Isya langsung di Makkah saja ya bapak dan ibu jemaah. Setelah itu baru kita menjalankan rukun umrah tawaf, sai, dan tahalul,” kata Yasir Habibi.

Kiri kanan jalan mulai gelap. Saya pun memilih beristirahat, sebelum akhirnya terbangun ketika memasuki Kota Makkah. Dari kejauhan menara-menara Masjidilharam makin jelas terlihat. Ketika itu waktu menunjukan pukul 20.45 waktu Arab Saudi. Kami menginap di Hotel Anjum. Di hotel dengan 26 lantai tersebut rombongan menginap. Jemaah mendapat kamar di lantai 18 dan 19.

“Kita sudah sampai di Kota Makkah bapak ibu. Sebelum melaksanakan rukun umrah, kita singgah di hotel sebentar, makan, lalu salat Magrib dan Isya dijamak ya bapak ibu. Kemudian kita berkumpul di lobi persiapan tawaf,” katanya.

Jemaah pun berkumpul di lobi sekira pukul 23.00 waktu Arab Saudi. Di lobi bisa melihat siaran langsung pelaksanaan tawaf dan sai yang disiarkan selama 24 jam. “Seperti itu kondisi tawaf dan sai. Sangat padat, jadi kita harus sama-sama saling menjaga nantinya,” kata Ustaz HM Al-Ghifari sembari menunjuk televisi 45inci.

Sebelum memasuki Masjidilharam untuk melaksanakan rangkaian umrah, kami harus menunggu tasyrik atau surat izin. Surat yang dikeluarkan oleh bagian Kementerian Haji dan Umrah kerajaan Arab Saudi. Setelah mendapat izin, barulah rombongan bisa masuk dengan penjagaan super ketat petugas demi mencegah agar tidak terlalu lama terjadi kerumunan.

Baca Juga :  Agustiar Sabran Ajak Masyarakat Bijak Bermedsos

“Aturan memang makin ketat. Kalau dahulu kita bisa langsung masuk saja, tapi karena sekarang kondisi pandemi, harus dapat izin dahulu. Jadi mari kita taati aturan ini. Pastikan tanda pengenal, gelang khusus harus selalu terpasang, dan jangan lupa pakai masker,” pinta Al-Ghifari saat memberikan pengarahan sebelum bergerak berjalan kaki memasuki Masjidilharam.

“Labbaik allahumma labbaik. Labbaik la syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk laa syarika lak.” Demikian lantunan talbiyah yang dikumandangkan jemaah sembari menuju Masjidilharam.

Memasuki pintu pertama, kami diminta berbaris berbanjar menjadi dua baris. Melewati dua empat penjagaan petugas. Terlebih dahulu kami meminum air zamzam sembari memanjatkan doa. Kemudian rombongan yang dipimpin langsung oleh Ustaz HM Al-Ghifari bergerak menuju Ka’bah. Sekitar pukul 23.46 waktu Arab Saudi, kami akhirnya bisa melihat Ka’bah dari dekat. Lautan manusia dari berbagai negara tampak melaksanakan tawaf. 

Sebelum melaksanakan tawaf, kami membaca doa melihat Ka’bah. Melihat rombongan kami yang berkumpul, langsung didatangi petugas, meminta kami segera masuk. Selesai memanjatkan doa, kami pun memulai tawaf.

Pelaksanaan tawaf berjalan lancar. Tidak ada jemaah yang terpisah hingga tujuh putaran berakhir. Kami pun menepi menjalani salat sunah Tawaf sebelum bergerak melaksanakan sai atau berjalan dari Bukit Safa ke Marwah. Lalu melaksanakan tahalul. Mencukur rambut. Untuk jemaah laki-laki, langsung Ustaz HM Al-Ghifari yang mengguntingnya. Ketika rangkaian tawaf hingga tahalul selesai, jarum jam telah menunjukkan pukul 03.00 waktu Arab Saudi. Tak terasa sudah berganti hari. Selesai semua rangkaian rukun umrah, kami pun pulang ke Anjum Hotel untuk istirahat. (ce/ram/ko)

PUKUL 14.40 waktu Arab Saudi atau 18.40 waktu Indonesia barat, unit bus membawa 165 rombongan jemaah umrah PT Raihan Alya Tour menuju Kota Makkah. Keluar dari Hayah Golden Hotel, kami sudah mengenakan kain ihram. Kemudian masuk ke dalam bus masing-masing.

Saya bersama 45 jemaah berada di bus 3. Dipandu oleh mutawif Yasir Habibi. Pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu memandu jemaah umrah maupun haji sejak 2016. Orangnya begitu supel. Tak heran jika mudah akrab dengan para jemaah. Cepat dalam memberikan pelayanan semua keperluan jemaah selama menjalani karantina hingga mengunjungi tempat suci dan bersejarah di Kota Madinah.

Lantunan selawat dan salam kepada Rasulullah saw mulai berkumandang di dalam bus, sesaat setelah kendaraan yang kami tumpangi mulai bergerak menuju Makkah.

 “Sebelum meninggalkan Kota Madinah, ayo kita berselawat dahulu. Semoga berikutnya bapak ibu bisa kembali lagi ke Madinah, salat di Masjid Nabawi, ziarah ke makam Rasulullah saw, rezekinya makin berkah sehingga bisa datang lagi ke sini,” ujar Yasir Habibi yang langsung diamini seluruh jemaah.

Sembari melantunkan salawat dan salam, rombongan tiba Masjid Bir Ali tempat mengambil miqat. Sekitar 15 menit dari Kota Madinah. Konstruksi bangunan seperti benteng berbentuk persegi. Ada menara menjulang.

Konon, belum sah umrah kalau belum menginjakkan kaki di masjid yang menghadap ke bukit berbatu itu. Dahulunya masjid ini merupakan tempat Rasulullah saw melaksanakan miqat dan berihram untuk umrah. Dan sampai saat ini diteladani oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia.

Rombongan langsung bersuci dengan mengambil air wudu dan masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan salat sunnah Ihram.

Selesai itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kota Makkah. Perjalanan menempuh jarak 450 kilometer. Kurang lebih sama seperti jarak Palangka Raya menuju Pangkalan Bun.

“Perjalanan kita akan memakan waktu kurang lebih 5-6 jam, jadi bapak ibu silakan istirahat. Bisa sambil baca talbiah maupun berzikir,” seru Yasir Habibi lagi kepada jemaah. Beberapa kilometer beranjak dari Masjid Bir Ali, Yasir Habibi membagikan roti dan minuman kepada jemaah.

Baca Juga :  Anggaran Konsumsi dan Akomodasi Disdik Di-Mark Up

Sepanjang perjalanan, kanan kiri disuguhi pemandangan bukit berbatu. Sesekali terlihat unta dan kebun kurma serta permukiman penduduk.

Lalu lintas sangat lancar. Aspalnya mulus. Pada layar digital di bagian atas sang sopir, tertera kecepatan bus kami bisa mencapai 102 km/jam. Seiring berjalannya waktu, matahari mulai tenggelam. Cahayanya tampak kemerah-merahan. Hari pun beranjak malam. Di layar ponsel saya, waktu sudah menunjukkan pukul 18.50 waktu Arab Saudi.

“Kita salat Magrib dan Isya langsung di Makkah saja ya bapak dan ibu jemaah. Setelah itu baru kita menjalankan rukun umrah tawaf, sai, dan tahalul,” kata Yasir Habibi.

Kiri kanan jalan mulai gelap. Saya pun memilih beristirahat, sebelum akhirnya terbangun ketika memasuki Kota Makkah. Dari kejauhan menara-menara Masjidilharam makin jelas terlihat. Ketika itu waktu menunjukan pukul 20.45 waktu Arab Saudi. Kami menginap di Hotel Anjum. Di hotel dengan 26 lantai tersebut rombongan menginap. Jemaah mendapat kamar di lantai 18 dan 19.

“Kita sudah sampai di Kota Makkah bapak ibu. Sebelum melaksanakan rukun umrah, kita singgah di hotel sebentar, makan, lalu salat Magrib dan Isya dijamak ya bapak ibu. Kemudian kita berkumpul di lobi persiapan tawaf,” katanya.

Jemaah pun berkumpul di lobi sekira pukul 23.00 waktu Arab Saudi. Di lobi bisa melihat siaran langsung pelaksanaan tawaf dan sai yang disiarkan selama 24 jam. “Seperti itu kondisi tawaf dan sai. Sangat padat, jadi kita harus sama-sama saling menjaga nantinya,” kata Ustaz HM Al-Ghifari sembari menunjuk televisi 45inci.

Sebelum memasuki Masjidilharam untuk melaksanakan rangkaian umrah, kami harus menunggu tasyrik atau surat izin. Surat yang dikeluarkan oleh bagian Kementerian Haji dan Umrah kerajaan Arab Saudi. Setelah mendapat izin, barulah rombongan bisa masuk dengan penjagaan super ketat petugas demi mencegah agar tidak terlalu lama terjadi kerumunan.

Baca Juga :  Agustiar Sabran Ajak Masyarakat Bijak Bermedsos

“Aturan memang makin ketat. Kalau dahulu kita bisa langsung masuk saja, tapi karena sekarang kondisi pandemi, harus dapat izin dahulu. Jadi mari kita taati aturan ini. Pastikan tanda pengenal, gelang khusus harus selalu terpasang, dan jangan lupa pakai masker,” pinta Al-Ghifari saat memberikan pengarahan sebelum bergerak berjalan kaki memasuki Masjidilharam.

“Labbaik allahumma labbaik. Labbaik la syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk laa syarika lak.” Demikian lantunan talbiyah yang dikumandangkan jemaah sembari menuju Masjidilharam.

Memasuki pintu pertama, kami diminta berbaris berbanjar menjadi dua baris. Melewati dua empat penjagaan petugas. Terlebih dahulu kami meminum air zamzam sembari memanjatkan doa. Kemudian rombongan yang dipimpin langsung oleh Ustaz HM Al-Ghifari bergerak menuju Ka’bah. Sekitar pukul 23.46 waktu Arab Saudi, kami akhirnya bisa melihat Ka’bah dari dekat. Lautan manusia dari berbagai negara tampak melaksanakan tawaf. 

Sebelum melaksanakan tawaf, kami membaca doa melihat Ka’bah. Melihat rombongan kami yang berkumpul, langsung didatangi petugas, meminta kami segera masuk. Selesai memanjatkan doa, kami pun memulai tawaf.

Pelaksanaan tawaf berjalan lancar. Tidak ada jemaah yang terpisah hingga tujuh putaran berakhir. Kami pun menepi menjalani salat sunah Tawaf sebelum bergerak melaksanakan sai atau berjalan dari Bukit Safa ke Marwah. Lalu melaksanakan tahalul. Mencukur rambut. Untuk jemaah laki-laki, langsung Ustaz HM Al-Ghifari yang mengguntingnya. Ketika rangkaian tawaf hingga tahalul selesai, jarum jam telah menunjukkan pukul 03.00 waktu Arab Saudi. Tak terasa sudah berganti hari. Selesai semua rangkaian rukun umrah, kami pun pulang ke Anjum Hotel untuk istirahat. (ce/ram/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/