Jumat, September 20, 2024
38.1 C
Palangkaraya

Pulang Pisau Sapu Bersih Lawang Sekepeng

PALANGKA RAYA-Kabupaten Pulang Pisau berhasil mengawinkan gelar dalam lomba Lawang Sakepeng. Pada kategori putra, berhasil menyisihkan delapan pasangan. Sedangkan untuk kategori putri, menyisihkan empat pasangan dari kabupaten/kota.

Lawang Sakepeng memiliki arti lawang yang artinya pintu dan sekepeng yang artinya serpihan. Lawang Sekepeng bi­asanya ditampilkan pada setiap hajatan perkawinan dan juga menyambut tamu terhormat.

Pada perlombaan ini peserta diwajibkan menggunakan baju atau pakaian adat-adat dari masing-masing daerah. Pada saat penampilannya pun peser­ta diiringi dengan musik khas­nya. Pada saat atraksi, setiap sisi lapangan dipenuhi penonton dengan teriakan pendukung dari masing-masing peserta

Ada empat kriteria penilaian dalam lomba ini. Pertama keaslian gerakan, variasi gerakan, keberani­an, pakaian dan waktu penampilan.

Baca Juga :  Tali Asih untuk Kaum Masjid

Dalam kesempatan yang sama ia juga menyampaikan pesan­nya kepada masyarakat Kalteng khususnya untuk ikut menjaga kelestarian budaya ini.

“Untuk masyarakat Kalteng khusus suku dayak untuk bisa ikut melestarikan seni bela diri kita dan berharap bisa diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya,”ucap pria 64 tahun tersebut.

Kalteng Pos sempat berbincang dengan pasangan Wanto dan Er­manto dari Pulang Pisau. Wanto berasal dari daerah Pangkoh dan merupakan siswa Kelas XII di SMAN 1 Pandih Batu, sedang­kan Ermanto berasal dari daerah Mentaren 1 yang juga siswa kelas XII di SMKN 1 Pulang Pisau.

Ermanto mengatakan, persiapan dilakukan selama 40 hari. Berlatih dua kali sehari siang dan malam. Dalam sekali latihan bisa me­makan waktu sekitar dua jam. Adapun yang pihaknya latih selama 40 hari adalah latihan koreografi, pernapasan dan juga latihan daya tahan tubuh.

Baca Juga :  DPW ALFI/ ILFA Kalteng Siap Bersinergi Bersama Pemerintah

“Lawang sekepeng sejatinya adalah merupakan budaya masyarakat Dayak yang biasa digunakan dalam acar nikahan adat, sehingga saat berlatih diperlukan fokus dan hati yang tenang,” ungkap Ermanto.

Pria memiliki hobi bela diri ini mengungkapkan, adapun hal yang paling sulit selama lati­han adalah mempertahankan kuda-kuda, mengatur napas dan menyesuaikan gerakan sesuai dengan durasi maksimal. (*pwn/*irj/*isb/ram)

PALANGKA RAYA-Kabupaten Pulang Pisau berhasil mengawinkan gelar dalam lomba Lawang Sakepeng. Pada kategori putra, berhasil menyisihkan delapan pasangan. Sedangkan untuk kategori putri, menyisihkan empat pasangan dari kabupaten/kota.

Lawang Sakepeng memiliki arti lawang yang artinya pintu dan sekepeng yang artinya serpihan. Lawang Sekepeng bi­asanya ditampilkan pada setiap hajatan perkawinan dan juga menyambut tamu terhormat.

Pada perlombaan ini peserta diwajibkan menggunakan baju atau pakaian adat-adat dari masing-masing daerah. Pada saat penampilannya pun peser­ta diiringi dengan musik khas­nya. Pada saat atraksi, setiap sisi lapangan dipenuhi penonton dengan teriakan pendukung dari masing-masing peserta

Ada empat kriteria penilaian dalam lomba ini. Pertama keaslian gerakan, variasi gerakan, keberani­an, pakaian dan waktu penampilan.

Baca Juga :  Tali Asih untuk Kaum Masjid

Dalam kesempatan yang sama ia juga menyampaikan pesan­nya kepada masyarakat Kalteng khususnya untuk ikut menjaga kelestarian budaya ini.

“Untuk masyarakat Kalteng khusus suku dayak untuk bisa ikut melestarikan seni bela diri kita dan berharap bisa diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya,”ucap pria 64 tahun tersebut.

Kalteng Pos sempat berbincang dengan pasangan Wanto dan Er­manto dari Pulang Pisau. Wanto berasal dari daerah Pangkoh dan merupakan siswa Kelas XII di SMAN 1 Pandih Batu, sedang­kan Ermanto berasal dari daerah Mentaren 1 yang juga siswa kelas XII di SMKN 1 Pulang Pisau.

Ermanto mengatakan, persiapan dilakukan selama 40 hari. Berlatih dua kali sehari siang dan malam. Dalam sekali latihan bisa me­makan waktu sekitar dua jam. Adapun yang pihaknya latih selama 40 hari adalah latihan koreografi, pernapasan dan juga latihan daya tahan tubuh.

Baca Juga :  DPW ALFI/ ILFA Kalteng Siap Bersinergi Bersama Pemerintah

“Lawang sekepeng sejatinya adalah merupakan budaya masyarakat Dayak yang biasa digunakan dalam acar nikahan adat, sehingga saat berlatih diperlukan fokus dan hati yang tenang,” ungkap Ermanto.

Pria memiliki hobi bela diri ini mengungkapkan, adapun hal yang paling sulit selama lati­han adalah mempertahankan kuda-kuda, mengatur napas dan menyesuaikan gerakan sesuai dengan durasi maksimal. (*pwn/*irj/*isb/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/