Senin, November 25, 2024
30.4 C
Palangkaraya

Sayangi Hati Kita:Cegah dan Kendalikan Penyakit Hepatitis

dr Didin Endah Palupi Sp.PD – Dokter dari RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya

HEPATITIS adalah suatu istilah yang dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih (fatty liver), dan penyakit autoimun. Beberapa waktu yang lalu kita dibuat resah dengan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada 5 April 2022. Sejak saat itu dilaporkan terjadi peningkatan kasus di Eropa, Asia, dan Amerika.

Secara umum penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A sering muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB). Ditularkan secara fecal oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sedangkan virus hepatitis B, C, dan D (jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis, lalu kanker hati.

Virus hepatitis B telah menginfeksi sebanyak 2 milar orang di dunia. Sekitar 240 juta orang di antaranya menjadi pengidap hepatitis B kronik. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal tiap tahun karena hepatitis.

Hepatitis B kronik juga merupakan masalah kesehatan besar di Asia, di mana terdapat sedikitnya 75% dari 300 juta individu HBsAg positif menetap di seluruh dunia. Di Asia, sebagian besar pasien hepatitis B kronik mendapat infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan pasien ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala, sampai akhirnya menjadi penyakit hati kronik. Sebelum ditemukannya virus hepatitis C (VHC), dunia medis mengenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B. Namun terdapat juga peradangan hati yang tidak disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat dikenal saat itu, sehingga dinamakan hepatitis Non A, Non B (hepatitis NANB).

Baca Juga :  Operasi Patuh Telabang Dimulai, Kapolda Kalteng: Jaga Sikap Saat Bertugas

Hepatitis C mempunyai sifat yang menyerupai hepatitis B, yaitu didapatkan umumnya usai transfusi darah. Infeksi VHC merupakan masalah yang besar, karena pada sebagian besar kasus menjadi hepatitis kronik yang dapat membawa pasien pada sirosis dan kanker hati. Di negara maju, VHC merupakan salah satu indikasi utama transplantasi hati.

Penderita hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B. Terbesar kedua di negara South East Asian Region, setelah Myanmar. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas), studi, dan uji saring darah donor PMI, diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, 10 di antaranya telah terinfeksi hepatitis B atau C.

Melihat kenyataan bahwa hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, baik di tingkat nasional maupun global, maka pada tahun 2010 pada sidang ke-63 WHO (World Health Assembly) di Geneva, 20 Mei 2010, Indonesia bersama Brazil dan Colombia menjadi sponsor utama untuk keluarnya resolusi tentang virus hepatitis sebagai global public health concern. Usulan ini diterima, sehingga keluarlah resolusi tentang hepatitis nomor 63.18, yang menyatakan bahwa virus hepatitis merupakan salah satu agenda prioritas dunia dan tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Sedunia.

Baca Juga :  Ulang Tahun ke-61, Bupati Sakariyas Dapat Kejutan dari Kalteng Pos

Mengingat hepatitis virus merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, maka diperlukan upaya penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan agar kesakitan, kematian, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dapat ditekan serendah-rendahnya. Diperlukan kesadaran dan peran aktif masyarakat untuk melakukan deteksi dini virus hepatitis, terutama ibu hamil. Tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan secara vertikal yang merupakan penyebab transmisi terbesar pada negara dengan endemisitas tinggi. Deteksi dini pada petugas untuk mencegah transmisi secara horizontal dan mengetahui penderita yang tidak bergejala, sehingga bisa menurunkan angka komplikasi yang dapat timbul karena hepatitis kronis. Mari sayangi liver kita. Cegah dan kendalikan penyakit hepatitis. (*/ko)

dr Didin Endah Palupi Sp.PD – Dokter dari RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya

HEPATITIS adalah suatu istilah yang dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih (fatty liver), dan penyakit autoimun. Beberapa waktu yang lalu kita dibuat resah dengan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada 5 April 2022. Sejak saat itu dilaporkan terjadi peningkatan kasus di Eropa, Asia, dan Amerika.

Secara umum penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A sering muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB). Ditularkan secara fecal oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sedangkan virus hepatitis B, C, dan D (jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis, lalu kanker hati.

Virus hepatitis B telah menginfeksi sebanyak 2 milar orang di dunia. Sekitar 240 juta orang di antaranya menjadi pengidap hepatitis B kronik. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal tiap tahun karena hepatitis.

Hepatitis B kronik juga merupakan masalah kesehatan besar di Asia, di mana terdapat sedikitnya 75% dari 300 juta individu HBsAg positif menetap di seluruh dunia. Di Asia, sebagian besar pasien hepatitis B kronik mendapat infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan pasien ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala, sampai akhirnya menjadi penyakit hati kronik. Sebelum ditemukannya virus hepatitis C (VHC), dunia medis mengenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B. Namun terdapat juga peradangan hati yang tidak disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat dikenal saat itu, sehingga dinamakan hepatitis Non A, Non B (hepatitis NANB).

Baca Juga :  Operasi Patuh Telabang Dimulai, Kapolda Kalteng: Jaga Sikap Saat Bertugas

Hepatitis C mempunyai sifat yang menyerupai hepatitis B, yaitu didapatkan umumnya usai transfusi darah. Infeksi VHC merupakan masalah yang besar, karena pada sebagian besar kasus menjadi hepatitis kronik yang dapat membawa pasien pada sirosis dan kanker hati. Di negara maju, VHC merupakan salah satu indikasi utama transplantasi hati.

Penderita hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B. Terbesar kedua di negara South East Asian Region, setelah Myanmar. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas), studi, dan uji saring darah donor PMI, diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, 10 di antaranya telah terinfeksi hepatitis B atau C.

Melihat kenyataan bahwa hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, baik di tingkat nasional maupun global, maka pada tahun 2010 pada sidang ke-63 WHO (World Health Assembly) di Geneva, 20 Mei 2010, Indonesia bersama Brazil dan Colombia menjadi sponsor utama untuk keluarnya resolusi tentang virus hepatitis sebagai global public health concern. Usulan ini diterima, sehingga keluarlah resolusi tentang hepatitis nomor 63.18, yang menyatakan bahwa virus hepatitis merupakan salah satu agenda prioritas dunia dan tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Sedunia.

Baca Juga :  Ulang Tahun ke-61, Bupati Sakariyas Dapat Kejutan dari Kalteng Pos

Mengingat hepatitis virus merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, maka diperlukan upaya penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan agar kesakitan, kematian, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dapat ditekan serendah-rendahnya. Diperlukan kesadaran dan peran aktif masyarakat untuk melakukan deteksi dini virus hepatitis, terutama ibu hamil. Tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan secara vertikal yang merupakan penyebab transmisi terbesar pada negara dengan endemisitas tinggi. Deteksi dini pada petugas untuk mencegah transmisi secara horizontal dan mengetahui penderita yang tidak bergejala, sehingga bisa menurunkan angka komplikasi yang dapat timbul karena hepatitis kronis. Mari sayangi liver kita. Cegah dan kendalikan penyakit hepatitis. (*/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/