BUNTOK – Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Barito Selatan (Barsel) Mario SE MAP menargetkan Buntok bisa meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPA) pada tahun 2023.
Menurut Mario, ada banyak kriteria menjadi kategori penilaian KLA. Seperti penguatan kelembagaan, hak sipil dan kebebasan, hak lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, hak kesehatan dasar dan kesejahteraan, hak pendidikan dan kegiatan seni budaya, serta hak perlindungan khusus yang akan dilakukan bertahap.
“Tentu harus melakukan beberapa persiapan. Seperti fasilitas umum yang ramah terhadap anak dan lainnya yang kemungkinan akan kita penuhi secara bertahap, agar tahun depan, Barsel dapat lolos menjadi kabupaten layak anak,” kata Mario di ruang kerjanya, Selasa (8/11/2022).
Mario menambahkan, untuk mendapatkan penghargaan KLA dari Kemen PPA, perlu kerja sama antar perangkat daerah (PD) di Barsel yang harus bersinergi dan membantu mensukseskan semua program yang ada.
“Penetapan kota layak anak memang tidak tergantung hanya pada satu perangkat daerah saja. Namun ada beberapa perangkat daerah yang wajib terlibat dalam penetapan kota layak anak,” tambahnya.
Dinas PPKBP3A Barsel pun terus memberikan pemahaman dan mensosialisasikan di beberapa daerah, terutama tentang mencegah pernikahan usia dini yang merupakan salah satu poin penting permasalahan dalam meraih KLA.
“Harapan saya, kita bisa bersinergi bersama. Salah satunya dengan pengadilan agama. Kita sangat berharap bisa menjalin kerja sama dengan Kemenag, agar pernikahan anak di bawah usia 19 tahun kita bisa tekan semaksimal mungkin,” tegasnya.
Ia mengharapkan agar masyarakat Barito Selatan ikut membantu dalam menciptakan Kota Batuah ini menjadi kota layak anak, terutama orang tua untuk memperhatikan lingkungan dan pergaulan anaknya sehari-hari.
“Diharapkan orang tua dapat selektif dalam lingkungan anak, terutama memberikan gadget pada anak, karena ada beberapa konten yang tidak layak untuk dipertontonkan, sehingga bisa mengubah psikologis anak, yang mana hal itu perlu diperhatikan,” tutupnya. (*ben/ens)