PALANGKA RAYA-Pemprov Jawa Timur (Jatim) memperluas misi dagang ke Kalteng. Kedua daerah sepakat menjalin kerja sama perdagangan antarprovinsi. Kerja sama tersebut untuk menjaring konektivitas antara kedua provinsi. Nilai transaksi dalam misi dagang ini bahkan mencapai Rp223,2 miliar.
Kerja sama antara Kalteng dan Jatim telah diresmikan melalui penandatanganan MoU yang dilaksanakan di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (14/12). Melalui misi dagang Jatim dengan tema menjaring konektivitas dalam bentuk temu bisnis, ada 11 perangkat daerah, 10 BUMD, dan 4 asosiasi dari kedua provinsi yang membubuhkan tanda tangan.
Kerja sama ini bertujuan untuk memasarkan produk unggulan dari masing-masing provinsi melalui peningkatan kerja sama strategis di sektor perindustrian, perdagangan, pariwisata, dan investasi. Juga membantu ketersediaan bahan baku untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku. Hal ini bentuk upaya penggunaan produk dalam negeri dalam belanja pemerintah.
Kegiatan ini dihadiri lebih 200 peserta. Yakni kepala perangkat daerah kedua provinsi, pimpinan instansi vertikal, serta para pelaku usaha dari kedua provinsi.
Potensi produksi Jatim yang akan ditransaksikan seperti produk pertanian, perkebunan, jasa, dan laim-lainya. sedangkan dari Kalteng berupa pertanian, peternakan, perkebunan, aneka makanan dan minuman, dan produk lainnya.
Usai penandatanganan kerja sama, Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, Jatim tidak hanya melakukan misi dagang dengan beberapa provinsi di Indonesia, tapi juga menjalin koneksi dengan beberapa negara.
“Kami akan coba membangun koneksi lebih luas lagi, sehingga saat kami punya misi dagang di berbagai negara, Kalimantan Tengah yang punya beberapa produk unggulan dan andalan, juga bisa melakukanhal serupa di berbagai negara sesuai dengan komoditas andalan dan unggulan masing-masing daerah,” imbuhnya.
Khofifah berharap kerja sama antara kedua provinsi ini lebih produktif lagi ke depannya.
“Saya berharap kunjungan Kalimantan Tengah ke Jawa Timur segera bisa dilaksanakan, sehingga sesuatu yang bisa meningkatkan produktivitas di antara kedua provinsi ini bisa kita lakukan, tidak sekadar di bidang ekonomi, tapi juga pada peningkatan sumber daya manusia,” pungkasnya.
Khofifah mengungkapkan, transaksi yang terjadi dalam gelaran misi dagang dan investasi kali ini mencapai Rp223,2 miliar. Mencapai puluhan transaksi dengan berbagai komoditas, seperti daging, bawang merah, kayu gaharu, dan lainnya.
“Terbaru transaksi di antara kedua provinsi mencapai hingga Rp223,2 miliar, ada yang dijual maupun dibeli,” beber Khofifah.
Ia berharap kerja sama kedua provinsi ini akan terbangun semakin baik lagi, apalagi antar-OPD, institusi maupun pelaku usaha sudah dilakukan penandatanganan MoU. Dengan ini juga bisa meningkatkan produktivitas kedua provinsi, tak hanya terbatas di bidang ekonomi, tapi juga peningkatan kualitas maupun kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Sementara itu, Wagub Kalteng H Edy Pratowo menjelaskan, dalam upaya pembangunan, Kalteng membagi 3 zona wilayah kabupaten/kota pengembangan potensi sumber daya alam yang dapat menopang perekonomian daerah, yakni zona barat, zona tengah, dan zona timur. Pada zona barat ada pengembangan potensi alam berupa kelapa sawit (CPO), pertambangan (baja, nikel, dan lain-lain), pariwisata, perkebunan (kopi, tebu, dan lainnya), pertanian dan tanaman holtikultura, serta shrimp estate atau tambak udang vaname di Kabupaten Sukamara. Zona tengah juga punya beberapa pengembangan potensi seperti sektor pertanian, perkebunan (kopi, sawit, dan lainnya), pertambangan (bauksit, emas, dan lainnya), pengembangan dan pembangunan food estate, perikanan air tawar, industri kreatif, kebudayaan, dan industri hasil hutan. Sementara zona Timur memiliki pengembangan potensi berupa sektor tambang (batu bara, emas, dan tanah jarang), hasil hutan (kayu, karet, rotan, dan lainnya), perkebunan (sawit, kopi, coklat, dan tebu), pertanian holtikultura, dan perikanan air tawar.
Edy mengaku bersyukur bahwa pemulihan ekonomi Kalteng terus berlanjut. Kinerja sektor-sektor utama penopang ekonomi tetap tumbuh. Pada Triwulan I,II, dan III tahun 2022, Kalteng merupakan provinsi yang mengalami pertumbuhan tertinggi se-regional Kalimantan, berturut-turut sebesar 7,32 persen, 7,31 persen, dan 6,74 persen serta kontribusi sebesar 10,72 persen. Pertumbuhan tertinggi adalah komponen ekspor barang dan jasa, yakni sebesar 19,25 persen.
“Kami sadar bahwa sebagian besar produk/barang yang ada di Kalimantan Tengah didukung dan dipasok dari luar daerah, khususnya dari Pulau Jawa. Sehingga pertemuan-pertemuan seperti ini merupakan salah satu upaya memperluas dan melancarkan jaringan pasar bagi kedua belah pihak, baik yang bergerak sebagai penjual mapun pembeli, serta bisa menjalin kerja sama dengan mitra usaha baru,” ucapnya.
Dijelaskannya, tak jarang pelaku usaha mengalami kesulitan dalam mencari bahan baku maupun pemasaran. Melalui Kegiatan temu usaha dan misi dagang seperti ini diharapkan dapat membuka pangsa pasar bagi para pelaku usaha. (irj/ce/ala)