Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Refleksi untuk Resolusi

PERGANTIAN tahun merupakan waktu yang sering kali dijadikan sebagai momen untuk menyusun target-target yang ingin dicapai dalam tahun tersebut atau yang biasa dikenal sebagai resolusi tahun baru. Dalam menyusun resolusi perlu didasarkan capaian dan evaluasi terhadap tujuan utama serta evaluasi terhadap langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Begitu pula berbicara terkait pembangunan Kalimantan Tengah, untuk menyusun resolusi yang baik diperlukan data-data terkait capaian pembangunan dan evaluasi terhadap capaian pembangunan tersebut. Itu artinya untuk menghasilkan resolusi pembangunan yang baik perlu adanya ‘refleksi’ atau melihat lebih dalam terhadap proses pembangunan yang telah terlaksana dan yang sedang berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pembangunan Kalimantan Tengah berada pada ‘jalur’ yang tepat.

Kalimantan Tengah dengan visinya “Kalteng Makin BERKAH (Bermartabat, Elok, Religius, Kuat, Amanah, dan Harmonis)”, memiliki 5 misi yang sebagian capaiannya dapat tercermin melalui indikator-indikator pembangunan yang dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS). Indikator-indikator tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), data kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Gender (IPG).

IPM adalah indikator yang menggambarkan keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup di suatu wilayah. PDRB merupakan indikator yang menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah. Adapun IPG adalah indikator yang mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama seperti IPM, tetapi mengungkapkan perbandingan pencapaian laki-laki dan perempuan.

Dari indikator-indikator tersebut diketahui bahwa pembangunan di Kalteng bertumbuh secara positif. Walaupun sempat mengalami perlambatan atau penurunan di beberapa bidang akibat pandemi Covid-19 , namun secara umum pembangunan di Kalteng memiliki kecenderungan yang terus meningkat.

Poin pertama misi Kalteng “Mempercepat pembangunan ekonomi yang produktif, kreatif dan berwawasan lingkungan” dapat tercermin melalui data PDRB. Dari data ini diketahui bahwa dalam lima tahun terakhir (2017-2021) nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kalteng terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun sempat mengalami perlambatan akibat pandemi. Pada tahun 2017, diketahui bahwa PDRB ADHB Kalteng adalah sebesar 125.817,1 miliar rupiah dan menjadi 170.001,2 miliar pada tahun 2021.

Baca Juga :  Hutan dan Sungai Sebagai Wadah dan Wajah Penghidupan Masyarakat Bumi Tambun Bungai

“Memperkuat ketahanan daerah dan mengantisipasi perubahan global” merupakan poin kedua misi Kalteng. Salah satu ukuran dari capaian misi ini dapat dilihat dari data persentase penduduk miskin di Kalimantan Tengah yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada Maret 2016, persentase penduduk miskin di Kalteng 5,66 persen sedangkan pada Maret 2022 menjadi 5,28 persen. Adapun capaian penurunan persentase penduduk miskin sebelum pandemi tercatat lebih baik, yakni persentasenya pada September 2019 adalah sebesar 4,81 persen.

Dari tahun 2010 hingga tahun 2021, IPM Kalimantan Tengah mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,7 persen. Pada tahun 2021, IPM Kalimantan Tengah sebesar 71,25. Dengan demikian, kategori IPM di kalteng masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa misi keempat Kalteng “Mempercepat pembangunan Sumber Daya Manusia yang cerdas, sehat, dan berdaya saing” berjalan dengan baik.

Sedangkan capaian misi yang kelima “Meneguhkan Kalteng yang beriman, berbudaya dan berkesetaraan gender” dapat dilihat dari data IPG. Jika IPG semakin mendekati angka 100, maka semakin kecil ketimpangan yang terjadi antara perempuan dan laki-laki. Jika IPG lebih kecil dari 100 artinya capaian perempuan lebih kecil dari capaian laki-laki.

Sedangkan IPG lebih besar dari 100 artinya capaian perempuan lebih besar dari laki-laki. Secara umum pencapaian IPG di Kalteng semakin membaik meskipun capaian pembangunan manusia perempuan belum menyamai laki-laki. Tercatat pada tahun 2021, IPG Kalteng sebesar 88,79 dari 88,11 di tahun 2011.

Dari indikator-indikator pembangunan di atas, kita dapati bahwa pembangunan di Kalteng berjalan menuju tujuan yang telah ditargetkan. Meskipun demikian, evaluasi untuk lebih baiknya pembangunan tetap ada agar terciptanya pembangunan Kalteng yang optimal.

Baca Juga :  Perencanaan yang Presisi

Indikator-indikator yang dipaparkan di atas merupakan capaian pembangunan dari dua aspek yakni aspek ekonomi dan aspek sosial. Adapun dalam konsep pembangunan berkelanjutan dimana konsep ekonomi hijau (green economy) sebagai motor penggeraknya mensyaratkan tiga aspek pembangunan yang perlu diselaraskan pertumbuhannya yakni aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan.

Adapun dari aspek lingkungan, capaian pembangunan Kalteng masih perlu perhatian lebih. Seiring makin berkembangnya pembangunan ekonomi di Kalteng maka kebutuhan akan energi, lahan, dan sumber daya alam juga semakin meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan degradasi lingkungan hidup jika tidak bijak dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Dari data Potensi Desa tahun 2014 dan 2018 diketahui bahwa banyaknya desa/kelurahan di Kalteng yang mengalami bencana banjir mengalami penambahan. Pada tahun 2014, diketahui banyaknya desa/kelurahan yang mengalami bencana banjir adalah sebanyak 534 desa/kelurahan. Sedangkan pada tahun 2018, bertambah menjadi 793 desa/kelurahan. Hal ini menunjukkan terjadinya perluasan wilayah banjir di Kalteng yakni terjadi penambahan 259 desa/kelurahan dari tahun 2014 ke tahun 2018.

Pembangunan dari aspek lingkungan ini sebenarnya merupakan agenda yang tercakup dalam poin satu misi Kalteng, yakni terkait “pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan”. Pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan berarti bahwa dalam membangun ekonomi menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dengan cara menyeimbangkan aktivitas manusia dengan kemampuan SDA untuk menopangnya. Oleh karena itu, melalui momentum awal tahun 2023 dan ‘refleksi’ terhadap capaian di tahun 2022 dan tahun-tahun sebelumnya, seluruh penduduk di Kalteng baik itu pemerintah, swasta, dan masyarakatnya diharapakan agar lebih peduli terhadap lingkungan serta bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam sehingga terwujudnya pembangunan “Kalteng Makin BERKAH”.(*)

*) Penulis adalah Fungsional Statistisi Pertama di BPS Kabupaten Barito Selatan

PERGANTIAN tahun merupakan waktu yang sering kali dijadikan sebagai momen untuk menyusun target-target yang ingin dicapai dalam tahun tersebut atau yang biasa dikenal sebagai resolusi tahun baru. Dalam menyusun resolusi perlu didasarkan capaian dan evaluasi terhadap tujuan utama serta evaluasi terhadap langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Begitu pula berbicara terkait pembangunan Kalimantan Tengah, untuk menyusun resolusi yang baik diperlukan data-data terkait capaian pembangunan dan evaluasi terhadap capaian pembangunan tersebut. Itu artinya untuk menghasilkan resolusi pembangunan yang baik perlu adanya ‘refleksi’ atau melihat lebih dalam terhadap proses pembangunan yang telah terlaksana dan yang sedang berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pembangunan Kalimantan Tengah berada pada ‘jalur’ yang tepat.

Kalimantan Tengah dengan visinya “Kalteng Makin BERKAH (Bermartabat, Elok, Religius, Kuat, Amanah, dan Harmonis)”, memiliki 5 misi yang sebagian capaiannya dapat tercermin melalui indikator-indikator pembangunan yang dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS). Indikator-indikator tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), data kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Gender (IPG).

IPM adalah indikator yang menggambarkan keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup di suatu wilayah. PDRB merupakan indikator yang menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah. Adapun IPG adalah indikator yang mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama seperti IPM, tetapi mengungkapkan perbandingan pencapaian laki-laki dan perempuan.

Dari indikator-indikator tersebut diketahui bahwa pembangunan di Kalteng bertumbuh secara positif. Walaupun sempat mengalami perlambatan atau penurunan di beberapa bidang akibat pandemi Covid-19 , namun secara umum pembangunan di Kalteng memiliki kecenderungan yang terus meningkat.

Poin pertama misi Kalteng “Mempercepat pembangunan ekonomi yang produktif, kreatif dan berwawasan lingkungan” dapat tercermin melalui data PDRB. Dari data ini diketahui bahwa dalam lima tahun terakhir (2017-2021) nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kalteng terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun sempat mengalami perlambatan akibat pandemi. Pada tahun 2017, diketahui bahwa PDRB ADHB Kalteng adalah sebesar 125.817,1 miliar rupiah dan menjadi 170.001,2 miliar pada tahun 2021.

Baca Juga :  Hutan dan Sungai Sebagai Wadah dan Wajah Penghidupan Masyarakat Bumi Tambun Bungai

“Memperkuat ketahanan daerah dan mengantisipasi perubahan global” merupakan poin kedua misi Kalteng. Salah satu ukuran dari capaian misi ini dapat dilihat dari data persentase penduduk miskin di Kalimantan Tengah yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada Maret 2016, persentase penduduk miskin di Kalteng 5,66 persen sedangkan pada Maret 2022 menjadi 5,28 persen. Adapun capaian penurunan persentase penduduk miskin sebelum pandemi tercatat lebih baik, yakni persentasenya pada September 2019 adalah sebesar 4,81 persen.

Dari tahun 2010 hingga tahun 2021, IPM Kalimantan Tengah mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,7 persen. Pada tahun 2021, IPM Kalimantan Tengah sebesar 71,25. Dengan demikian, kategori IPM di kalteng masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa misi keempat Kalteng “Mempercepat pembangunan Sumber Daya Manusia yang cerdas, sehat, dan berdaya saing” berjalan dengan baik.

Sedangkan capaian misi yang kelima “Meneguhkan Kalteng yang beriman, berbudaya dan berkesetaraan gender” dapat dilihat dari data IPG. Jika IPG semakin mendekati angka 100, maka semakin kecil ketimpangan yang terjadi antara perempuan dan laki-laki. Jika IPG lebih kecil dari 100 artinya capaian perempuan lebih kecil dari capaian laki-laki.

Sedangkan IPG lebih besar dari 100 artinya capaian perempuan lebih besar dari laki-laki. Secara umum pencapaian IPG di Kalteng semakin membaik meskipun capaian pembangunan manusia perempuan belum menyamai laki-laki. Tercatat pada tahun 2021, IPG Kalteng sebesar 88,79 dari 88,11 di tahun 2011.

Dari indikator-indikator pembangunan di atas, kita dapati bahwa pembangunan di Kalteng berjalan menuju tujuan yang telah ditargetkan. Meskipun demikian, evaluasi untuk lebih baiknya pembangunan tetap ada agar terciptanya pembangunan Kalteng yang optimal.

Baca Juga :  Perencanaan yang Presisi

Indikator-indikator yang dipaparkan di atas merupakan capaian pembangunan dari dua aspek yakni aspek ekonomi dan aspek sosial. Adapun dalam konsep pembangunan berkelanjutan dimana konsep ekonomi hijau (green economy) sebagai motor penggeraknya mensyaratkan tiga aspek pembangunan yang perlu diselaraskan pertumbuhannya yakni aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan.

Adapun dari aspek lingkungan, capaian pembangunan Kalteng masih perlu perhatian lebih. Seiring makin berkembangnya pembangunan ekonomi di Kalteng maka kebutuhan akan energi, lahan, dan sumber daya alam juga semakin meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan degradasi lingkungan hidup jika tidak bijak dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Dari data Potensi Desa tahun 2014 dan 2018 diketahui bahwa banyaknya desa/kelurahan di Kalteng yang mengalami bencana banjir mengalami penambahan. Pada tahun 2014, diketahui banyaknya desa/kelurahan yang mengalami bencana banjir adalah sebanyak 534 desa/kelurahan. Sedangkan pada tahun 2018, bertambah menjadi 793 desa/kelurahan. Hal ini menunjukkan terjadinya perluasan wilayah banjir di Kalteng yakni terjadi penambahan 259 desa/kelurahan dari tahun 2014 ke tahun 2018.

Pembangunan dari aspek lingkungan ini sebenarnya merupakan agenda yang tercakup dalam poin satu misi Kalteng, yakni terkait “pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan”. Pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan berarti bahwa dalam membangun ekonomi menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dengan cara menyeimbangkan aktivitas manusia dengan kemampuan SDA untuk menopangnya. Oleh karena itu, melalui momentum awal tahun 2023 dan ‘refleksi’ terhadap capaian di tahun 2022 dan tahun-tahun sebelumnya, seluruh penduduk di Kalteng baik itu pemerintah, swasta, dan masyarakatnya diharapakan agar lebih peduli terhadap lingkungan serta bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam sehingga terwujudnya pembangunan “Kalteng Makin BERKAH”.(*)

*) Penulis adalah Fungsional Statistisi Pertama di BPS Kabupaten Barito Selatan

Artikel Terkait

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Parade Umbar Janji

Terpopuler

Artikel Terbaru

/