Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Cegah Inflasi, Pemprov Tanam Padi Pera

PALANGKA RAYA-Beras pera merupakan komoditas penyumbang tingginya inflasi di Kalteng tahun lalu. Berkaca dari itu, tahun ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng berencana menanam padi pera di lahan pertanian seluas 400 hektare. Padi pera dikenal memiliki tekstur nasi sedikit keras, karena memiliki kadar amilosa yang tinggi.

Kepala Dinas Tenaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Kalteng Sunarti mengatakan, demi mencegah terulangnya inflasi yang disumbangkan dari beras pera ini, pihaknya melaksanakan kerja sama dengan Pemerintah Kota Subang, Jawa Barat untuk penyediaan benih padi pera varietas IR42.

“Kami bekerja sama dengan Pemerintah Kota Subang terkait perbenihan padi pera, kami berharap upaya ini bisa mencegah terjadinya lagi inflasi yang disumbang dari beras pera seperti tahun sebelumnya,” ucapnya, Kamis (19/1).

Baca Juga :  Rencana Kenaikan Harga Pertalite Akan Menambah Beban Masyarakat

Dikatakan Sunarti, perbenihan yang dimaksud yakni padi pera yang memiliki usia panen 120 hari, bukan padi pera lokal yang panennya cukup lama. Kerja sama perbenihan ini sudah dianggarkan dan pembelian benih akan dilaksanakan tahun ini.

“Rencananya akan ditanam di lahan seluas 400 hektare di lokasi food estate, baik di Kabupaten Kapuas maupun Pulang Pisau (Pulpis),” bebernya.

Lebih lanjut dikatakan Sunarti, pihaknya akan menawarkan program tanam padi pera ini kepada para petani di sekitar lokasi pengembangan food estate. Ia meyakini program tanam padi pera ini akan sukses terlaksana. Jenis padi ini diyakini bisa tumbuh secara baik pada jenis tanah yang ada di Kalteng ini.

Baca Juga :  Sistem Tabela Tak Bisa Diterapkan di Dadahup

“Mengingat sebelumnya padi ini sudah pernah ditanam di Kalteng, tapi petani kurang berminat, karena para petani lebih memilih menanam padi yang memiliki nilai jual tinggi seperti jenis supadi,” jelasnya.

Sejauh ini padi pera IR42 dengan nama dagang siam kahayan ini sudah mulai dikenalkan kepada masyarakat. Apabila pemasarannya mulai menggeliat dan masyarakat berminat untuk mengonsumsi, maka petani tentunya akan mau menanam padi jenis ini.

“Sebetulnya varietas ini sama dengan inpari, bedanya IR42 merupakan varietas lama, sementara inpari adalah varietas terbaru,” tutupnya. (abw/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Beras pera merupakan komoditas penyumbang tingginya inflasi di Kalteng tahun lalu. Berkaca dari itu, tahun ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng berencana menanam padi pera di lahan pertanian seluas 400 hektare. Padi pera dikenal memiliki tekstur nasi sedikit keras, karena memiliki kadar amilosa yang tinggi.

Kepala Dinas Tenaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Kalteng Sunarti mengatakan, demi mencegah terulangnya inflasi yang disumbangkan dari beras pera ini, pihaknya melaksanakan kerja sama dengan Pemerintah Kota Subang, Jawa Barat untuk penyediaan benih padi pera varietas IR42.

“Kami bekerja sama dengan Pemerintah Kota Subang terkait perbenihan padi pera, kami berharap upaya ini bisa mencegah terjadinya lagi inflasi yang disumbang dari beras pera seperti tahun sebelumnya,” ucapnya, Kamis (19/1).

Baca Juga :  Rencana Kenaikan Harga Pertalite Akan Menambah Beban Masyarakat

Dikatakan Sunarti, perbenihan yang dimaksud yakni padi pera yang memiliki usia panen 120 hari, bukan padi pera lokal yang panennya cukup lama. Kerja sama perbenihan ini sudah dianggarkan dan pembelian benih akan dilaksanakan tahun ini.

“Rencananya akan ditanam di lahan seluas 400 hektare di lokasi food estate, baik di Kabupaten Kapuas maupun Pulang Pisau (Pulpis),” bebernya.

Lebih lanjut dikatakan Sunarti, pihaknya akan menawarkan program tanam padi pera ini kepada para petani di sekitar lokasi pengembangan food estate. Ia meyakini program tanam padi pera ini akan sukses terlaksana. Jenis padi ini diyakini bisa tumbuh secara baik pada jenis tanah yang ada di Kalteng ini.

Baca Juga :  Sistem Tabela Tak Bisa Diterapkan di Dadahup

“Mengingat sebelumnya padi ini sudah pernah ditanam di Kalteng, tapi petani kurang berminat, karena para petani lebih memilih menanam padi yang memiliki nilai jual tinggi seperti jenis supadi,” jelasnya.

Sejauh ini padi pera IR42 dengan nama dagang siam kahayan ini sudah mulai dikenalkan kepada masyarakat. Apabila pemasarannya mulai menggeliat dan masyarakat berminat untuk mengonsumsi, maka petani tentunya akan mau menanam padi jenis ini.

“Sebetulnya varietas ini sama dengan inpari, bedanya IR42 merupakan varietas lama, sementara inpari adalah varietas terbaru,” tutupnya. (abw/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/