Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Kos Nyaman, Kuliah Lancar, Kos Murah…. Ya Apa Adanya

PALANGKA RAYA – Mencari tempat tinggal sementara atau kos merupakan kebutuhan bagi mahasiswa perantau. Untuk itu, butuh pertimbangan matang agar mendapatkan kos yang sesuai dengan kebutuhan. Susah-susah gampang sih. Ada aja kendalanya saat proses pencarian. Ada yang murah meriah, tapi fasilitas seadanya. Ada yang murah dan fasilitas lumayan, lah kok lingkungannya enggak mendukung, Jauh dari kampus lagi. Pas sudah menemukan yang pas pakai banget, dihitung-hitung, eh, isi kantong tak mendukung.

Dilema memang bagi mahasiswa perantau yang mengenyam perguruan tinggi di Palangka Raya. Hidup jauh dari orang tua. Sudah pasti mereka ingin mendapatkan kenyamanan di tempat tinggal sementara. Nyaman seperti di rumah sendiri.

Kalteng Pos mencoba melakukan pemantauan kos di sekitar kampus dan wawancara beberapa penghuninya. Orang pertama yang penulis bincangi adalah Nia Ervina. Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) itu memilih kos yang berdekatan dengan kampus. Lokasinya di Jalan G Obos IX. Remaja asal Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur memilih kos dengan harga Rp400 ribu per bulan.

Sudah tiga tahun, anak pertama dari empat bersaudara dari seorang guru honorer dan penjahit  menghuni kos. Pertama masuk, kos difasilitasi kamar mandi plus air bersih, listrik pascabayar, dan jemuran. Gadis berusia 21 tahun itu pun harus merogoh kocek untuk mengisi kos. Mulai dari perlengkapan tidur, mandi, kipas angin, dan barang-barang yang dipandang perlu lainnya.

“Pertama masuk, banyak barang yang harus disediakan. Mulai dari bantal, guling, kasur, sapu, kipas angin, dan lainnya,”tutur mahasiswi semester VI itu.

Berbeda dengan Nia, Allisa memilih kos dengan harga lebih mahal dengan fasilitas lebih lengkap. Anak dari seorang pengusaha walet di Muara Teweh itu memilih harga Rp1,3 juta per bulan. Belum termasuk token listrik yang diisinya sendiri. Uang Rp1,3 juta itu sudah masuk air, uang sampah, uang keamanan, biaya jika ada fasilitas yang rusak, dan biaya service AC berkala. Lokasinya Jalan G Obos XII, tak jauh dari IAIN Palangka Raya, kampus tempatnya menimba ilmu.

Dengan sewa kos yang harganya wah itu, pemilik nama lengkap Allisa Munawarrah itu mengaku sangat nyaman.  Ada lemari pakaian, televisi, AC, dan juga kulkas. Terpenting, keamanan lingkungan kos bisa terjamin.“Karena kos yang saya tempati ini ada pagar besinya, jadi tidak semua orang bisa masuk,”katanya. “Dengan fasilitas yang ada, jadi lebih betah di kos,” tambahnya sembari terkekeh.

Kos dekat area kampus memang jadi primadona bagi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tidak kebagian pintu. Seperti Dian Putri. Mahasiswa Universitas Palangka Raya. Dia memilih kosnya dengan kampus terbilang cukup jauh. Yakni ada di Jalan Menteng XVIII. Harganya Rp650 ribu. Listrik token mengisi sendiri.“Kosnya luas, ada ruang depan, tengah, sama dapur,” jelasnya.

Baca Juga :  Kejati Kalteng Selamatkan Aset PT Pertamina Senilai Rp 195 M di Bartim

Kalteng Pos juga bertemu para empunya kos-kosan. Rusini, pemilik kos yang ada di Jalan B Koetin mengaku pihaknya mengedepankan kenyamanan para mahasiswa. Wanita berusia 76 tahun itu juga kosannya hanya memiliki empat pintu. Biaya sewa Rp700 ribu per bulan. Fasilitasnya standart. “Kamar mandi di dalam, dan tidak ada perlengkapan untuk tidur,”ujarnya.

Dengan berbagai harga dan fasilitas yang ada, Rohani salah satu mahasiswa UPR memilih kos dengan harga standart dan fasilitas yang biasa saja. “Yang penting dekat sama kampus,”ucapnya. Mahasiswi asal Sampit itu mengatakan jika kenyamanan kos sangat diperlukan untuk menunjang semangat mahasiswa dalam menuntut ilmu. “Di kos ini, syukur penghuni kos lain enak diajak kerja sama demi kenyamanan bersama,” terangnya.

Di Jalan Keminting 1, ada kos yang biaya sewa per bulannya hingga Rp1,5 juta. Fasilitas di dalamnya   sesuai harganya. Penyewa rat-rata anak orang dengan pendapatan besar. Ada kasur tebal, kulkas, AC, lemari, dan kamar mandi di dalam. “Sudah termasuk air dan listrik,”jelas Nova, pengelola kos.

Ada sekitar 80 pintu kos yang dimiliki oleh bosnya. Ada yang di Jalan Keminting I, II, dan VIII. Masing-masing memiliki harga dan fasilitas yang berbeda. “Mulai dari harga Rp700 ribu hingga Rp1,5 juta,” lanjutnya.

Terpisah, Kalteng Pos bertemu Ahmad Firdaus, pemilik kos di Jalan G Obos IX. Demi kenyamanan bersama, pihaknya membuat aturan. Salah satunya melarang penghuni kos membawa orang yang bukan muhrim. Berlaku untuk semua penyewa kos baik perempuan maupun laki-laki. Selain itu, tidak boleh berisik di atas pukul 22.00 Wib.

Firdaus memiliki kos 14 pintu. 11 pintu kos kayu dan tiga pintu kos beton. Untuk sewa Rp400 ribu per bulan dan kalau lebih dari dua orang dalam satu pintu dikenakan biaya Rp600 ribu. “Itu yang berdinding kayu. Sedangkan untuk yang beton, Rp 600 ribu per bulan,”ungkapnya.

Kalteng Pos juga melihat asrama mahasiswa yang umumnya disediakan oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah asrama mahasiswa Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Penulis disambut oleh Syaiful Arifin, salah satu pengurus sekaligus mahasiswa yang juga tinggal di sana.

Asrama tersebut merupakan bekas bangunan Puskesmas Bukit Hindu. Dibeli oleh Pemkab Kobar sebagai aset pemerintah yang kemudian dijadikan asrama mahasiswa asal Kobar. “Jadi asrama ini terhitung sudah berdiri sedari tahun 2000,” terangnya.

Baca Juga :  Menambah Pengalaman, Uang Tabungan, dan Keperluan Harian

Asrama tersebut terletak di Jalan Semeru Palangka Raya. Ada 30 mahasiswa dari berbagai kampus yang tinggal. Ada mahasiswa yang berasal dari UPR, UMP dan IAIN Palangka Raya.  Alur masuk pendaftaran asrama umumnya dibuka sejak awal penerimaan mahasiswa baru. “Biasanya dibuka secara terbuka dengan mengisi folmulir dan mengantar berkas fisik ke sekretariat,” jelasnya.

Selanjutnya, lanjut Syaiful, daftar nama pendaftar akan ditampung oleh pihak pengurusnya. “Nanti ada musyawarah sama koordinasi antara himpunan mahasiswa (Hima) dan pengurus asrama Kobar untuk menentukaan pendaftar mana yang lolos,” lanjutnya. Syarat utama pendaftar ini adalah kartu identitas yang menunjukkan bahwa ia warga yang memiliki domisili Kabupaten Kobar.

Begitupula untuk penentuan berapa kuota pendaftar yang akan menempati asrama sudah ditentukan sebelumnya, sebelum pendaftaran dibuka. “Yang menentukan itu biasanya anak-anak Hima Kobar sama anak asrama langsung, menyesuaikan berapa sisa kamar yang kosong,”terangnya.

Syaiful mengungkapkan, jika bakal penerima dari hasil diskusi pendaftar asrama itupun utamanya difokuskan untuk anak-anak yang kurang mampu. Ia juga menjelaskan menurut peraturan pemerintah batas tinggal di asrama hanya selama dua tahun saja.

Layaknya asrama kebanyakan, asrama mahasiswa ini juga memiliki beberapa aturan. “Aturan khusus mudah saja, seperti laki-laki tidak boleh masuk ke asrama putri, khususnya ke kamar, apalagi menginap,” jelasnya.

Tak hanya itu, asrama mahasiswa itu juga menerapkan sistem piket. Setiap orang mendapatkan giliran piket dua kali selama seminggu. “Jadi dalam satu hari, ada empat orang yang piket,” lanjutnya.

Adapun untuk batas waktu malam ataupun buka tutup pagar tidak ada. “Karena masing-masing mahasiswa memiliki kegiatan malam ataupun mengerjakan tugas hingga larut malam,” tuturnya.

Di asrama tersebut terhitung ada 14 kamar untuk putra dan 8 kamar untuk putri. Di setiap kamarnya ada yang satu orang dan ada yang dua orang. Fasilitas memang seadanya. Walaupun demikian, hal tersebut cukup menghemat biaya bagi mahasiswa yang kurang mampu.

“Fasilitas yang ada di asrama ini ada ranjang tingkat dua di setiap kamar, kasur, empat kamar mandi untuk putra dan dua untuk putri, jemuran, dapur umum untuk putri dan wifi,” jelasnya panjang lebar.

Setiap bulan, ada iuran sebesar Rp100 ribu per bulan. Untuk keperluan umum di asrama. Bisa untuk bayar air PDAM, listrik dan lain-lain. “Di sini kami tidak dapat tunjangan uang, jadi untuk alokasi dana kami pakai sistem iuran,”terangnya.(*zia/*wls/ram)

PALANGKA RAYA – Mencari tempat tinggal sementara atau kos merupakan kebutuhan bagi mahasiswa perantau. Untuk itu, butuh pertimbangan matang agar mendapatkan kos yang sesuai dengan kebutuhan. Susah-susah gampang sih. Ada aja kendalanya saat proses pencarian. Ada yang murah meriah, tapi fasilitas seadanya. Ada yang murah dan fasilitas lumayan, lah kok lingkungannya enggak mendukung, Jauh dari kampus lagi. Pas sudah menemukan yang pas pakai banget, dihitung-hitung, eh, isi kantong tak mendukung.

Dilema memang bagi mahasiswa perantau yang mengenyam perguruan tinggi di Palangka Raya. Hidup jauh dari orang tua. Sudah pasti mereka ingin mendapatkan kenyamanan di tempat tinggal sementara. Nyaman seperti di rumah sendiri.

Kalteng Pos mencoba melakukan pemantauan kos di sekitar kampus dan wawancara beberapa penghuninya. Orang pertama yang penulis bincangi adalah Nia Ervina. Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) itu memilih kos yang berdekatan dengan kampus. Lokasinya di Jalan G Obos IX. Remaja asal Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur memilih kos dengan harga Rp400 ribu per bulan.

Sudah tiga tahun, anak pertama dari empat bersaudara dari seorang guru honorer dan penjahit  menghuni kos. Pertama masuk, kos difasilitasi kamar mandi plus air bersih, listrik pascabayar, dan jemuran. Gadis berusia 21 tahun itu pun harus merogoh kocek untuk mengisi kos. Mulai dari perlengkapan tidur, mandi, kipas angin, dan barang-barang yang dipandang perlu lainnya.

“Pertama masuk, banyak barang yang harus disediakan. Mulai dari bantal, guling, kasur, sapu, kipas angin, dan lainnya,”tutur mahasiswi semester VI itu.

Berbeda dengan Nia, Allisa memilih kos dengan harga lebih mahal dengan fasilitas lebih lengkap. Anak dari seorang pengusaha walet di Muara Teweh itu memilih harga Rp1,3 juta per bulan. Belum termasuk token listrik yang diisinya sendiri. Uang Rp1,3 juta itu sudah masuk air, uang sampah, uang keamanan, biaya jika ada fasilitas yang rusak, dan biaya service AC berkala. Lokasinya Jalan G Obos XII, tak jauh dari IAIN Palangka Raya, kampus tempatnya menimba ilmu.

Dengan sewa kos yang harganya wah itu, pemilik nama lengkap Allisa Munawarrah itu mengaku sangat nyaman.  Ada lemari pakaian, televisi, AC, dan juga kulkas. Terpenting, keamanan lingkungan kos bisa terjamin.“Karena kos yang saya tempati ini ada pagar besinya, jadi tidak semua orang bisa masuk,”katanya. “Dengan fasilitas yang ada, jadi lebih betah di kos,” tambahnya sembari terkekeh.

Kos dekat area kampus memang jadi primadona bagi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tidak kebagian pintu. Seperti Dian Putri. Mahasiswa Universitas Palangka Raya. Dia memilih kosnya dengan kampus terbilang cukup jauh. Yakni ada di Jalan Menteng XVIII. Harganya Rp650 ribu. Listrik token mengisi sendiri.“Kosnya luas, ada ruang depan, tengah, sama dapur,” jelasnya.

Baca Juga :  Kejati Kalteng Selamatkan Aset PT Pertamina Senilai Rp 195 M di Bartim

Kalteng Pos juga bertemu para empunya kos-kosan. Rusini, pemilik kos yang ada di Jalan B Koetin mengaku pihaknya mengedepankan kenyamanan para mahasiswa. Wanita berusia 76 tahun itu juga kosannya hanya memiliki empat pintu. Biaya sewa Rp700 ribu per bulan. Fasilitasnya standart. “Kamar mandi di dalam, dan tidak ada perlengkapan untuk tidur,”ujarnya.

Dengan berbagai harga dan fasilitas yang ada, Rohani salah satu mahasiswa UPR memilih kos dengan harga standart dan fasilitas yang biasa saja. “Yang penting dekat sama kampus,”ucapnya. Mahasiswi asal Sampit itu mengatakan jika kenyamanan kos sangat diperlukan untuk menunjang semangat mahasiswa dalam menuntut ilmu. “Di kos ini, syukur penghuni kos lain enak diajak kerja sama demi kenyamanan bersama,” terangnya.

Di Jalan Keminting 1, ada kos yang biaya sewa per bulannya hingga Rp1,5 juta. Fasilitas di dalamnya   sesuai harganya. Penyewa rat-rata anak orang dengan pendapatan besar. Ada kasur tebal, kulkas, AC, lemari, dan kamar mandi di dalam. “Sudah termasuk air dan listrik,”jelas Nova, pengelola kos.

Ada sekitar 80 pintu kos yang dimiliki oleh bosnya. Ada yang di Jalan Keminting I, II, dan VIII. Masing-masing memiliki harga dan fasilitas yang berbeda. “Mulai dari harga Rp700 ribu hingga Rp1,5 juta,” lanjutnya.

Terpisah, Kalteng Pos bertemu Ahmad Firdaus, pemilik kos di Jalan G Obos IX. Demi kenyamanan bersama, pihaknya membuat aturan. Salah satunya melarang penghuni kos membawa orang yang bukan muhrim. Berlaku untuk semua penyewa kos baik perempuan maupun laki-laki. Selain itu, tidak boleh berisik di atas pukul 22.00 Wib.

Firdaus memiliki kos 14 pintu. 11 pintu kos kayu dan tiga pintu kos beton. Untuk sewa Rp400 ribu per bulan dan kalau lebih dari dua orang dalam satu pintu dikenakan biaya Rp600 ribu. “Itu yang berdinding kayu. Sedangkan untuk yang beton, Rp 600 ribu per bulan,”ungkapnya.

Kalteng Pos juga melihat asrama mahasiswa yang umumnya disediakan oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah asrama mahasiswa Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Penulis disambut oleh Syaiful Arifin, salah satu pengurus sekaligus mahasiswa yang juga tinggal di sana.

Asrama tersebut merupakan bekas bangunan Puskesmas Bukit Hindu. Dibeli oleh Pemkab Kobar sebagai aset pemerintah yang kemudian dijadikan asrama mahasiswa asal Kobar. “Jadi asrama ini terhitung sudah berdiri sedari tahun 2000,” terangnya.

Baca Juga :  Menambah Pengalaman, Uang Tabungan, dan Keperluan Harian

Asrama tersebut terletak di Jalan Semeru Palangka Raya. Ada 30 mahasiswa dari berbagai kampus yang tinggal. Ada mahasiswa yang berasal dari UPR, UMP dan IAIN Palangka Raya.  Alur masuk pendaftaran asrama umumnya dibuka sejak awal penerimaan mahasiswa baru. “Biasanya dibuka secara terbuka dengan mengisi folmulir dan mengantar berkas fisik ke sekretariat,” jelasnya.

Selanjutnya, lanjut Syaiful, daftar nama pendaftar akan ditampung oleh pihak pengurusnya. “Nanti ada musyawarah sama koordinasi antara himpunan mahasiswa (Hima) dan pengurus asrama Kobar untuk menentukaan pendaftar mana yang lolos,” lanjutnya. Syarat utama pendaftar ini adalah kartu identitas yang menunjukkan bahwa ia warga yang memiliki domisili Kabupaten Kobar.

Begitupula untuk penentuan berapa kuota pendaftar yang akan menempati asrama sudah ditentukan sebelumnya, sebelum pendaftaran dibuka. “Yang menentukan itu biasanya anak-anak Hima Kobar sama anak asrama langsung, menyesuaikan berapa sisa kamar yang kosong,”terangnya.

Syaiful mengungkapkan, jika bakal penerima dari hasil diskusi pendaftar asrama itupun utamanya difokuskan untuk anak-anak yang kurang mampu. Ia juga menjelaskan menurut peraturan pemerintah batas tinggal di asrama hanya selama dua tahun saja.

Layaknya asrama kebanyakan, asrama mahasiswa ini juga memiliki beberapa aturan. “Aturan khusus mudah saja, seperti laki-laki tidak boleh masuk ke asrama putri, khususnya ke kamar, apalagi menginap,” jelasnya.

Tak hanya itu, asrama mahasiswa itu juga menerapkan sistem piket. Setiap orang mendapatkan giliran piket dua kali selama seminggu. “Jadi dalam satu hari, ada empat orang yang piket,” lanjutnya.

Adapun untuk batas waktu malam ataupun buka tutup pagar tidak ada. “Karena masing-masing mahasiswa memiliki kegiatan malam ataupun mengerjakan tugas hingga larut malam,” tuturnya.

Di asrama tersebut terhitung ada 14 kamar untuk putra dan 8 kamar untuk putri. Di setiap kamarnya ada yang satu orang dan ada yang dua orang. Fasilitas memang seadanya. Walaupun demikian, hal tersebut cukup menghemat biaya bagi mahasiswa yang kurang mampu.

“Fasilitas yang ada di asrama ini ada ranjang tingkat dua di setiap kamar, kasur, empat kamar mandi untuk putra dan dua untuk putri, jemuran, dapur umum untuk putri dan wifi,” jelasnya panjang lebar.

Setiap bulan, ada iuran sebesar Rp100 ribu per bulan. Untuk keperluan umum di asrama. Bisa untuk bayar air PDAM, listrik dan lain-lain. “Di sini kami tidak dapat tunjangan uang, jadi untuk alokasi dana kami pakai sistem iuran,”terangnya.(*zia/*wls/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/