Jumat, November 22, 2024
25.1 C
Palangkaraya

Membentuk Kecintaan Kaum Muda Melestarikan Rimba

SUARA alam memekakkan telinga Dimas Yahya, berpadu dengan suasana hutan yang kental. Di ruangan seluas kurang lebih 4×6 meter yang merupakan salah satu miniatur dari tiga jenis hutan di Kalimantan, Dimas mulai mengenal dan memahami kekayaan hutan yang dimiliki daerah asalnya.

Banyak potensi yang disimpan dari pulau yang dijuluki dengan paru-paru dunia ini, pikir Dimas, sembari mendengar penjelasan dari Yohana Sinamo selaku pemandu tur, tentang hutan yang ia dan teman-temannya masuki.

Ada tiga miniatur hutan berdasarkan tiga jenis hutan Kalimantan yang diperkenalkan pada pameran tersebut. Mulai dari hutan kerangas, hutan rawa gambut, dan hutan dataran tinggi. Dari pameran ini, Dimas mendapat penjelasan mengenai tiga tipe hutan tersebut beserta potensi-potensi yang tersimpan di dalamnya.

Terselip kekaguman dan kebanggaan dalam diri remaja berusia 17 tahun itu, usai melihat kekayaan dan potensi rimba Kalimantan yang ditampilkan pada pameran bertajuk Rainforest Festival 2023 di Aula Bapelkes Provinsi Kalteng, 21- 25 Juni 2023.

“Sangat bangga, Kalteng memiliki potensi hutan yang beragam, ada yang kering, ada yang rawa gambut, dan ada yang dataran tinggi,” ungkap siswa dari SMKN 1 Palangka Raya itu kepada wartawan.

Sebagai seseorang yang belum pernah mengunjungi hutan secara langsung, bagi Dimas, melalui pameran yang dilaksanakan Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia dengan mengusung tema Jelajah Hutan Hujan Kalimantan tersebut, memberikan semacam akses baginya untuk lebih mengenal hutan Kalteng. “Adanya wahana ini memberikan pengalaman bagi saya dan teman-teman untuk bisa mengenal hutan Kalteng,” tuturnya.

Kunjungan itu menginspirasi Dimas untuk turut menjaga dan melestarikan hutan. Ia berharap daerah tempatnya tinggal ini, bahkan planet tempatnya tinggal, dapat terus “berdenyut”, mampu memberikan ruang tinggal yang nyaman bagi miliaran manusia, kini dan selanjutnya, melalui kelestarian hutan yang terus diupayakan.

“Sebagai paru-paru dunia, tentu kami berharap agar ke depannya hutan Kalimantan Tengah bisa terus lestari,” tandasnya.

Baca Juga :  MADN Desak Polri Tangkap Edy Mulyadi Cs

Kepala Operasional BNF Indonesia, Tjatur Setiyo Basuki menjelaskan, Rainforest Festival 2023 dimaksudkan untuk memperingati Hari Hutan Hujan Sedunia atau World Rainforest Day yang ditetapkan tiap 22 Juni. Rainforest Festival tahun ini dengan tema Jelajah Hutan Hujan, lanjut Tjatur, merupakan kali kedua yang diadakan BNF Indonesia.

Menurut Tjatur, event Rainforest Festival tersebut berangkat dari event rainforest live, yaitu suatu event daring yang diinisiasi BNF Indonesia pada 2014, yang diikuti oleh lembaga konservasi dari berbagai negara untuk berbagi gambaran sekilas tentang bagaimana rasanya menjelajahi hutan hujan secara langsung meski secara daring.

“Sekarang kami laksanakan secara luring dengan tujuan mengenalkan kepada masyarakat tiga tipe hutan di Kalteng, memberikan pengalaman masuk ke dalam hutan, ini sekaligus untuk memberikan kesadaran publik tentang berbagai ancaman yang dihadapi hutan hujan Kalimantan seperti karhutla, banjir, illegal logging, dan lain-lain,” jelasnya kepada wartawan usai pembukaan pameran, Rabu (21/6).

Tjatur menyebut, tujuan utama dari pameran ini adalah menumbuhkan insight atau kecintaan masyarakat Kalteng terhadap kekayaan hutan Kalteng, potensi yang dimiliki, dan urgensi mengupayakan kelestariannya.

“Kami tujukan wahana ini untuk edukasi, kami ingin memperkenalkan hutan, utamanya objek sasaran kami adalah adik-adik usia sekolah se-Kota Palangka Raya,” tuturnya.

Tjatur tidak menampik bahwa pameran miniatur hutan tersebut masih belum bisa mewakili keseluruhan kondisi hutan di Kalteng. Meski demikian, lanjut Tjatur, adanya pameran ini dapat memberikan awareness kepada para pelajar untuk menjaga dan melestarikan hutan Kalteng.

“Tidak sampai 10 persen kalau kita bicara hutan yang sesungguhnya, tapi paling tidak ini dapat memberikan awareness yang baik,” ucapnya.

Tak hanya memperkenalkan tiga tipe hutan Kalteng beserta potensinya, lanjut Tjatur, pihaknya juga memberikan edukasi terkait ancaman-ancaman yang berpotensi merusak kondisi hutan di Bumi Tambun Bungai.

Baca Juga :  Launching Aplikasi Si Takir, Untuk Tingkatkan PAD dan Cegah Parkir Liar

“Ancaman terbesar bagi hutan Kalteng sejauh ini adalah kebakaran hutan dan lahan, ancaman lain adalah illegal logging dan perubahan fungsi kawasan hutan ke dalam fungsi yang tidak seharusnya, ini yang kami ingin coba berikan perhatian kepada semua pihak, bahwa hutan memiliki benefit yang sangat penting dalam kehidupan,” jelasnya.

Merunut pada berbagai potensi dan ancaman yang kapan saja bisa muncul, Tjatur berpendapat, untuk jangka panjang sangat penting membangun kesadaran semua pihak, khususnya para pelajar, terkait pentingnya menjaga eksistensi hutan bagi kelangsungan bumi.

“Karena bagaimanapun para pelajar saat inilah yang nantinya menjadi pengambil keputusan di masa depan, sehingga penting untuk memahami eksistensi hutan, kalau mereka enggak paham, ketika mereka sudah menjadi pengambil keputusan, maka itu akan jadi masalah,” tandasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya Achmad Zaini menyebut, tiga tipe hutan yang diperkenalkan dalam pameran tersebut merupakan tipe-tipe hutan yang penting di Kalteng. Sebab, tidak semua daerah memiliki potensi hutan hujan seperti yang dimiliki Kalteng.

“Potensinya luar biasa, harapan kami kelangsungan fungsi-fungsi hutan di Kalteng bisa terjaga, sehingga keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya ikut terjaga,” ungkap Zaini kepada awak media usai membuka pameran, Rabu (21/6).

Dari total luas wilayah Palangka Raya saat ini yakni 2.853 km², menurut Zaini, sekitar 115 km² atau hampir 40 persen merupakan lahan gambut. Adapun kondisi hutan di Palangka Raya, lanjut Zaini, karena daerahnya datar atau flat, maka didominasi oleh hutan kerangas dan hutan rawa gambut.

“Alhamdulillah, kawasan hutan Kota Palangka Raya saat ini masih terjaga, tapi ada juga yang sudah berubah fungsi menjadi HPL, meski demikian kami berharap hak kepemilikan itu dikelola, sehingga ancaman-ancaman yang dapat merusak hutan dapat diminimalkan,” tandasnya. (ce/ram)

SUARA alam memekakkan telinga Dimas Yahya, berpadu dengan suasana hutan yang kental. Di ruangan seluas kurang lebih 4×6 meter yang merupakan salah satu miniatur dari tiga jenis hutan di Kalimantan, Dimas mulai mengenal dan memahami kekayaan hutan yang dimiliki daerah asalnya.

Banyak potensi yang disimpan dari pulau yang dijuluki dengan paru-paru dunia ini, pikir Dimas, sembari mendengar penjelasan dari Yohana Sinamo selaku pemandu tur, tentang hutan yang ia dan teman-temannya masuki.

Ada tiga miniatur hutan berdasarkan tiga jenis hutan Kalimantan yang diperkenalkan pada pameran tersebut. Mulai dari hutan kerangas, hutan rawa gambut, dan hutan dataran tinggi. Dari pameran ini, Dimas mendapat penjelasan mengenai tiga tipe hutan tersebut beserta potensi-potensi yang tersimpan di dalamnya.

Terselip kekaguman dan kebanggaan dalam diri remaja berusia 17 tahun itu, usai melihat kekayaan dan potensi rimba Kalimantan yang ditampilkan pada pameran bertajuk Rainforest Festival 2023 di Aula Bapelkes Provinsi Kalteng, 21- 25 Juni 2023.

“Sangat bangga, Kalteng memiliki potensi hutan yang beragam, ada yang kering, ada yang rawa gambut, dan ada yang dataran tinggi,” ungkap siswa dari SMKN 1 Palangka Raya itu kepada wartawan.

Sebagai seseorang yang belum pernah mengunjungi hutan secara langsung, bagi Dimas, melalui pameran yang dilaksanakan Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia dengan mengusung tema Jelajah Hutan Hujan Kalimantan tersebut, memberikan semacam akses baginya untuk lebih mengenal hutan Kalteng. “Adanya wahana ini memberikan pengalaman bagi saya dan teman-teman untuk bisa mengenal hutan Kalteng,” tuturnya.

Kunjungan itu menginspirasi Dimas untuk turut menjaga dan melestarikan hutan. Ia berharap daerah tempatnya tinggal ini, bahkan planet tempatnya tinggal, dapat terus “berdenyut”, mampu memberikan ruang tinggal yang nyaman bagi miliaran manusia, kini dan selanjutnya, melalui kelestarian hutan yang terus diupayakan.

“Sebagai paru-paru dunia, tentu kami berharap agar ke depannya hutan Kalimantan Tengah bisa terus lestari,” tandasnya.

Baca Juga :  MADN Desak Polri Tangkap Edy Mulyadi Cs

Kepala Operasional BNF Indonesia, Tjatur Setiyo Basuki menjelaskan, Rainforest Festival 2023 dimaksudkan untuk memperingati Hari Hutan Hujan Sedunia atau World Rainforest Day yang ditetapkan tiap 22 Juni. Rainforest Festival tahun ini dengan tema Jelajah Hutan Hujan, lanjut Tjatur, merupakan kali kedua yang diadakan BNF Indonesia.

Menurut Tjatur, event Rainforest Festival tersebut berangkat dari event rainforest live, yaitu suatu event daring yang diinisiasi BNF Indonesia pada 2014, yang diikuti oleh lembaga konservasi dari berbagai negara untuk berbagi gambaran sekilas tentang bagaimana rasanya menjelajahi hutan hujan secara langsung meski secara daring.

“Sekarang kami laksanakan secara luring dengan tujuan mengenalkan kepada masyarakat tiga tipe hutan di Kalteng, memberikan pengalaman masuk ke dalam hutan, ini sekaligus untuk memberikan kesadaran publik tentang berbagai ancaman yang dihadapi hutan hujan Kalimantan seperti karhutla, banjir, illegal logging, dan lain-lain,” jelasnya kepada wartawan usai pembukaan pameran, Rabu (21/6).

Tjatur menyebut, tujuan utama dari pameran ini adalah menumbuhkan insight atau kecintaan masyarakat Kalteng terhadap kekayaan hutan Kalteng, potensi yang dimiliki, dan urgensi mengupayakan kelestariannya.

“Kami tujukan wahana ini untuk edukasi, kami ingin memperkenalkan hutan, utamanya objek sasaran kami adalah adik-adik usia sekolah se-Kota Palangka Raya,” tuturnya.

Tjatur tidak menampik bahwa pameran miniatur hutan tersebut masih belum bisa mewakili keseluruhan kondisi hutan di Kalteng. Meski demikian, lanjut Tjatur, adanya pameran ini dapat memberikan awareness kepada para pelajar untuk menjaga dan melestarikan hutan Kalteng.

“Tidak sampai 10 persen kalau kita bicara hutan yang sesungguhnya, tapi paling tidak ini dapat memberikan awareness yang baik,” ucapnya.

Tak hanya memperkenalkan tiga tipe hutan Kalteng beserta potensinya, lanjut Tjatur, pihaknya juga memberikan edukasi terkait ancaman-ancaman yang berpotensi merusak kondisi hutan di Bumi Tambun Bungai.

Baca Juga :  Launching Aplikasi Si Takir, Untuk Tingkatkan PAD dan Cegah Parkir Liar

“Ancaman terbesar bagi hutan Kalteng sejauh ini adalah kebakaran hutan dan lahan, ancaman lain adalah illegal logging dan perubahan fungsi kawasan hutan ke dalam fungsi yang tidak seharusnya, ini yang kami ingin coba berikan perhatian kepada semua pihak, bahwa hutan memiliki benefit yang sangat penting dalam kehidupan,” jelasnya.

Merunut pada berbagai potensi dan ancaman yang kapan saja bisa muncul, Tjatur berpendapat, untuk jangka panjang sangat penting membangun kesadaran semua pihak, khususnya para pelajar, terkait pentingnya menjaga eksistensi hutan bagi kelangsungan bumi.

“Karena bagaimanapun para pelajar saat inilah yang nantinya menjadi pengambil keputusan di masa depan, sehingga penting untuk memahami eksistensi hutan, kalau mereka enggak paham, ketika mereka sudah menjadi pengambil keputusan, maka itu akan jadi masalah,” tandasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya Achmad Zaini menyebut, tiga tipe hutan yang diperkenalkan dalam pameran tersebut merupakan tipe-tipe hutan yang penting di Kalteng. Sebab, tidak semua daerah memiliki potensi hutan hujan seperti yang dimiliki Kalteng.

“Potensinya luar biasa, harapan kami kelangsungan fungsi-fungsi hutan di Kalteng bisa terjaga, sehingga keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya ikut terjaga,” ungkap Zaini kepada awak media usai membuka pameran, Rabu (21/6).

Dari total luas wilayah Palangka Raya saat ini yakni 2.853 km², menurut Zaini, sekitar 115 km² atau hampir 40 persen merupakan lahan gambut. Adapun kondisi hutan di Palangka Raya, lanjut Zaini, karena daerahnya datar atau flat, maka didominasi oleh hutan kerangas dan hutan rawa gambut.

“Alhamdulillah, kawasan hutan Kota Palangka Raya saat ini masih terjaga, tapi ada juga yang sudah berubah fungsi menjadi HPL, meski demikian kami berharap hak kepemilikan itu dikelola, sehingga ancaman-ancaman yang dapat merusak hutan dapat diminimalkan,” tandasnya. (ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/