Oleh: Ahmad Dakhoir*
*) Penulis adalah Rektor IAIN Palangka Raya
ANTUSIASME kaum muslim di nusantara ini untuk melaksanakan ibadah haji terbilang sangat tinggi dan luar biasa. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari daftar tunggu keberangkatan para bakal calon haji hingga puluhan tahun.
Setiap tahun pemerintah dalam hal ini kementerian agama terus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jamaah haji. Ribuan petugas disiapkan untuk melayani para jamaah haji mulai dari pembimbing, dokter dan tenaga kesehatan, transportasi dan akomodasi dan lainnya. Intinya satu, bagaimana para jamaah haji merasa nyaman dalam beribadah.
Berdasarkan data resmi yang dikeluarkan oleh kementerian agama, tahun ini jamaah haji berjumlah 229.000 orang. Dari total jumlah jamaah haji tersebut, 30% atau 67.000 berusia lanjut (60 tahun ke atas). Pemerintah pun menetapkan tema penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, yakni Haji Ramah Lansia.
Tema tersebut mencerminkan komitmen kementerian agama dalam memenuhi dan melindungi hak-hak warga lanjut usia.
Kita barangkali perlu memaklumi bahwa dalam penyelenggaraan ibadah haji, para jamaah lanjut usia sudah sewajarnya diberikan atensi berlebih karena sejumlah faktor seperti fisik yang renta dan faktor lainnya.
Dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, memberikan arahan kepada semua para petugas haji agar mengedepankan 3 hal, yaitu pemberi solusi (problem solver), sabar dalam tugas, dan bekerja dalam tim.
Arahan tersebut diterjemahkan secara nyata oleh para petugas haji tahun ini melalui kinerjanya. Mereka berkomitmen tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik dan prima kepada segenap jamaah haji Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Kiranya tidak berlebihan jika penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dapat dikatakan sukses dan memuaskan, meskipun tentu saja masih terdapat sejumlah kelemahan yang perlu dibenahi bersama.
Bukan rahasia umum jika para calon jamaah haji Indonesia tentu sangat berharap bahwa waktu atau masa tunggu keberangkatan bisa dipangkas agar tidak terlalu lama. Oleh karena itu, pemerintah juga harus menerapkan politik diplomasi yang baik dan elegan dengan pemerintah kerajaan Arab Saudi. Untuk hal ini, penulis memercayai bahwa pemerintah selama ini pun terus melakukan diplomasi bilateral dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki.
Penyelenggaraan ibadah haji bisa dikatakan sebagai kerja massal dan melibatkan banyak aktor yang berkepentingan.
Masyarakat muslim Indonesia juga sudah sewajarnya untuk memberikan apresiasi yang tinggi atas kinerja pemerintah (kementerian agama), dalam menyelenggarakan ibadah haji yang berkualitas dan akuntabel. Jika pun ada kekurangan di sana sini dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, maka bukan hal yang patut untuk nyinyir dan mencibir.
Kritik bagi penyelenggaraan ibadah haji dari tahun ke tahun agar lebih baik adalah hal penting, namun kritik tentu saja bukan sekadar asal omong doang (omdo) tanpa disertai atau dibarengi dengan bukti-bukti dan fakta. Publik harus fair dan objektif dalam memberikan penilaian atas penyelenggaraan ibadah haji oleh pemerintah.
Jika kita mengikuti narasi-narasi di platforms media sosial, maka kita dengan mudah mendapati narasi-narasi yang cenderung negatif terhadap pemerintah. Oleh karena itu, bijak juga narasi-narasi di platforms media sosial diimbangi dengan hal-hal positif dan inspiratif terkait penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
Semoga jamaah haji Indonesia menjadi haji mabrur dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Haji bukan sekadar ibadah individual, tetapi juga bersifat sosial kemanusiaan sebagaimana telah diteladankan oleh nabi Ibrahim a.s., kholilullah.(*)