Jumat, November 22, 2024
30.8 C
Palangkaraya

Aku Terkejut

Oleh; Agus Pramono

MUSIM hujan telah tiba. Untuk tahun ini, berbarengan dengan musim kampanye. BPBD Kota Palangka Raya menyebut beberapa titik di Sembilan kelurahan sudah banjir. Beberapa titik di seluruh kelurahan juga banjir alat peraga kampanye.

Semua calon legislatif (caleg) dan calon presiden berebut tempat strategis. Mulai dari persimpangan, jalan masuk perumahan sampai batang pohon. Semua dilakukan demi mendapat simpati pengguna jalan.

Ada pemandangan yang menarik perhatian saya. Ada alat peraga penyedia jasa yang terkepung alat peraga kampanye. Jauh-jauh hari, alat peraga itu berdiri sendiri. Lebarnya tak sampai setengah meter. Tingginya tak sampai satu meter.

Alat peraga itu menawarkan jasa potong rumput. Untuk pekarangan maupun permukiman.  Tidak seperti iklan jasa pada umumnya, yang biasa melampirkan nomor telepon saja, alat peraga ini lengkap dengan foto orangnya. Tangannya mengepal atau salam komando. Memakai lawung dan berkaos lengan panjang. Namanya juga tertulis lengkap. Haryono U Rabing.

Siap melayani. Tulisan itu tercetak tebal. Warna merah. Di bawahnya ada pesan-pesan agar menarik minat calon pengguna jasa. Di antaranya, bersih itu enak dipandang. Jagalah kebersihan agar Kota Palangka Raya tetap bersih dan cantik. Terakhir, jagalah kebersihan untuk kesehatanmu.

Selesai menulis lima paragraf teratas, saya sedikit bingung. Narasi apa untuk mengisi ending yang saya inginkan. Saya akhirnya kepikiran untuk menghubungi nomor telepon yang tertera. Saya telepon sekali. Tidak nyambung. Mungkin masih ada kerjaan. Saya tidak telepon lagi.

Baca Juga :  Personel KRYD Polres Barsel Intensifkan Patroli Malam Hingga Subuh

Tak lama, hujan turun. Deras. Saya coba telepon. Pikir saya, kalau hujan, orang potong rumput pasti berhenti. Akhirnya, upaya saya berhasil. Telepon saya diangkat. Amang Haryono saya mau ngobrol sebentar boleh? Sapa saya dari ujung telepon. Boleh, dengan senang hati. Sambut dia.

Pertanyaan pertama saya, berapa banyak alat peraga jasa potong rumput itu. Lalu, sudah berapa lama berdiri. Ternyata Amang Haryono membuat sekitar 30 lembar. Biayanya juga tak mahal. Tak sampai Rp400 ribu. Dibuat sudah lama. Lebih enam bulan lamanya. Dia tidak tahu, sisa berapa alat peraga yang dipasang di pinggir-pinggir jalan itu. Dia juga lupa di mana-mana saja terpasang waktu itu.

Amang Haryono usianya masih 38 tahun. Punya anak satu. Sudah sekitar 15 tahun bergelut dengan ilalang. Dia punya alat pemotong sendiri. Mesin pemotong kayu juga punya. Selain memotong, juga terima jasa meracun rumput.

Kenapa Pian (Anda, red) lebih memilih kata-kata imbauan di alat peraga anda? Amang Haryono mengaku atas inisiatif sendiri. Putra Dayak kelahiran Palangka Raya itu menyusun sendiri.

Baca Juga :  Sistem Proporsional Terbuka Penuhi Rasa Keadilan dalam Pemilu

Alat peraga Pian sekarang tak berdiri sendiri.  Sudah berdiri berdempetan dengan alat peraga kampanye caleg. Kata saya memberitahu. Amang Haryono Enggak mempermasalahkan. Dia memaklumi. “Saya juga caleg kok Pak,”ucapnya. Saya terdiam sejenak. Terkejut. “Oh begitu,”respons saya.

Dia mengaku caleg DPRD Kota Palangka Raya dari Partai Demokrat. Daerah pemilihan kelurahan Bukit Tunggal, Kelurahan Petuk Katimpun, Kelurahan Bukit Tunggal, dan Kecamatan Rakumpit.

Saya enggak akan nyebut nomor urut. Enggak enak. Nanti dikira saya ikut mengampanyekan. Yang saya sebut di atas anggap saja efek saya terkejut. Amang Haryono nekat terjun di dunia politik. Dia belajar otodidak dari kakaknya. “Siapa kakak Pian? tanya saya. Sebentar-sebentar. Saya ambil napas dulu. Takut terkejut-kejut. “Jhon Krisli,”sebutnya. Ohh… HM Jhon Krisli. Sekarang Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kotawaringin Timur itu.

Jhon Krisli muda merupakan pekerja kayu. Karirnya melejit saat masuk ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Lalu, jadi Ketua DPRD Kotawaringin Timur. Haryono U Rabing sekarang adalah sosok pemotong rumput. Siapa tahu nasibnya semujur kakaknya. Pesan saya, kalau sudah duduk di kursi dewan, jangan bawa mesin potong rumput. Setajam apapun mata pisaunya, tak akan bisa dipakai untuk memotong anggaran.(*)

 

 

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos.

Oleh; Agus Pramono

MUSIM hujan telah tiba. Untuk tahun ini, berbarengan dengan musim kampanye. BPBD Kota Palangka Raya menyebut beberapa titik di Sembilan kelurahan sudah banjir. Beberapa titik di seluruh kelurahan juga banjir alat peraga kampanye.

Semua calon legislatif (caleg) dan calon presiden berebut tempat strategis. Mulai dari persimpangan, jalan masuk perumahan sampai batang pohon. Semua dilakukan demi mendapat simpati pengguna jalan.

Ada pemandangan yang menarik perhatian saya. Ada alat peraga penyedia jasa yang terkepung alat peraga kampanye. Jauh-jauh hari, alat peraga itu berdiri sendiri. Lebarnya tak sampai setengah meter. Tingginya tak sampai satu meter.

Alat peraga itu menawarkan jasa potong rumput. Untuk pekarangan maupun permukiman.  Tidak seperti iklan jasa pada umumnya, yang biasa melampirkan nomor telepon saja, alat peraga ini lengkap dengan foto orangnya. Tangannya mengepal atau salam komando. Memakai lawung dan berkaos lengan panjang. Namanya juga tertulis lengkap. Haryono U Rabing.

Siap melayani. Tulisan itu tercetak tebal. Warna merah. Di bawahnya ada pesan-pesan agar menarik minat calon pengguna jasa. Di antaranya, bersih itu enak dipandang. Jagalah kebersihan agar Kota Palangka Raya tetap bersih dan cantik. Terakhir, jagalah kebersihan untuk kesehatanmu.

Selesai menulis lima paragraf teratas, saya sedikit bingung. Narasi apa untuk mengisi ending yang saya inginkan. Saya akhirnya kepikiran untuk menghubungi nomor telepon yang tertera. Saya telepon sekali. Tidak nyambung. Mungkin masih ada kerjaan. Saya tidak telepon lagi.

Baca Juga :  Personel KRYD Polres Barsel Intensifkan Patroli Malam Hingga Subuh

Tak lama, hujan turun. Deras. Saya coba telepon. Pikir saya, kalau hujan, orang potong rumput pasti berhenti. Akhirnya, upaya saya berhasil. Telepon saya diangkat. Amang Haryono saya mau ngobrol sebentar boleh? Sapa saya dari ujung telepon. Boleh, dengan senang hati. Sambut dia.

Pertanyaan pertama saya, berapa banyak alat peraga jasa potong rumput itu. Lalu, sudah berapa lama berdiri. Ternyata Amang Haryono membuat sekitar 30 lembar. Biayanya juga tak mahal. Tak sampai Rp400 ribu. Dibuat sudah lama. Lebih enam bulan lamanya. Dia tidak tahu, sisa berapa alat peraga yang dipasang di pinggir-pinggir jalan itu. Dia juga lupa di mana-mana saja terpasang waktu itu.

Amang Haryono usianya masih 38 tahun. Punya anak satu. Sudah sekitar 15 tahun bergelut dengan ilalang. Dia punya alat pemotong sendiri. Mesin pemotong kayu juga punya. Selain memotong, juga terima jasa meracun rumput.

Kenapa Pian (Anda, red) lebih memilih kata-kata imbauan di alat peraga anda? Amang Haryono mengaku atas inisiatif sendiri. Putra Dayak kelahiran Palangka Raya itu menyusun sendiri.

Baca Juga :  Sistem Proporsional Terbuka Penuhi Rasa Keadilan dalam Pemilu

Alat peraga Pian sekarang tak berdiri sendiri.  Sudah berdiri berdempetan dengan alat peraga kampanye caleg. Kata saya memberitahu. Amang Haryono Enggak mempermasalahkan. Dia memaklumi. “Saya juga caleg kok Pak,”ucapnya. Saya terdiam sejenak. Terkejut. “Oh begitu,”respons saya.

Dia mengaku caleg DPRD Kota Palangka Raya dari Partai Demokrat. Daerah pemilihan kelurahan Bukit Tunggal, Kelurahan Petuk Katimpun, Kelurahan Bukit Tunggal, dan Kecamatan Rakumpit.

Saya enggak akan nyebut nomor urut. Enggak enak. Nanti dikira saya ikut mengampanyekan. Yang saya sebut di atas anggap saja efek saya terkejut. Amang Haryono nekat terjun di dunia politik. Dia belajar otodidak dari kakaknya. “Siapa kakak Pian? tanya saya. Sebentar-sebentar. Saya ambil napas dulu. Takut terkejut-kejut. “Jhon Krisli,”sebutnya. Ohh… HM Jhon Krisli. Sekarang Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kotawaringin Timur itu.

Jhon Krisli muda merupakan pekerja kayu. Karirnya melejit saat masuk ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Lalu, jadi Ketua DPRD Kotawaringin Timur. Haryono U Rabing sekarang adalah sosok pemotong rumput. Siapa tahu nasibnya semujur kakaknya. Pesan saya, kalau sudah duduk di kursi dewan, jangan bawa mesin potong rumput. Setajam apapun mata pisaunya, tak akan bisa dipakai untuk memotong anggaran.(*)

 

 

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos.

Artikel Terkait

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Parade Umbar Janji

Terpopuler

Artikel Terbaru

/