PALANGKA RAYA-Menjelang hari raya Iduladha 1445 Hijriah, lapak penjualan hewan kurban pada sejumlah titik di Kota Palangka Raya mulai dipenuhi sapi dan kambing. Agar hewan yang akan dikurbankan layak konsumsi, warga diminta lebih selektif dalam membeli. Kondisi hewan kurban harus benar-benar sehat dan layak dikurbankan.
Penjual hewan kurban, Satimi (54) menyebut saat ini sudah ada banyak yang memesan hewan kurban, baik sapi maupun kambing, sementara stok hewan kurban justru menipis.
“Sudah banyak dipesan, tinggal sedikit sisanya. Dari awal kami menyetok sapi dengan jumlah 102 ekor dan kambing 22 ekor. Karena sekarang ini tinggal sedikit, kami berencana mendatangkan lagi, hanya saja jumlahnya belum bisa dipastikan,” kata Satimi, Kamis (30/5).
Satimi dan suaminya menjual sapi kurban dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp17 juta hingga Rp45 juta per ekor. Sedangkan kambing kurban dijual Rp4 juta-Rp6,5 juta per ekor. Lebih lanjut Satimi mengatakan, jenis sapi yang dijual adalah sapi bali dan limosin yang didatangkan dari Sulawesi dan Kupang, dan empat ekor sapi yang diternak sendiri.
“Kalau yang paling mahal itu sapi limousin, tapi stoknya hanya 6 ekor. Sedangkan jenis sapi bali ada 102 ekor. Kalau kambing jenis etawa, itu didatangkan dari Pulang Pisau,” tambahnya.
Satimi membeberkan, harga hewan kurban tiap tahunnya mengalami kenaikan rata-rata Rp1 juta per ekor untuk sapi dan Rp500 ribu per ekor untuk kambing. Sejauh ini sudah 80 ekor sapi dipesan pelanggan. Ia berharap tahun ini jumlah penjualan bisa meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya terjual 130 ekor sapi.
Penjual hewan kurban lain yang lapak dagannya terletak di Jalan Tingang Induk, simpang tiga arah Kecamatan Jekan Raya, Pak Simin memastikan kondisi hewan kurban yang dijualnya aman dan sehat, karena sudah melalui tahap karantina dan sudah bersertifikat. Bahkan dinas terkait pun akan memastikan kembali kesehatan hewan kurban yang ada di lapaknya itu.
“Waswas juga sih kalau ada penyakit hewan. Mudah-mudahan hewan kurban yang kami jual di sini sehat semua. Saya juga rutin kasih vitamin yang saya racik sendiri untuk diberikan ke sapi dan kambing, bahkan diberi makan 4 kali sehari,” tuturnya.
Terpisah, salah satu pemilik ternak sapi, drh Eko Hari Yuwono mengatakan, sapi kurban miliknya sudah siap untuk dijual. Eko memastikan bahwa sapi yang ia jual sudah melalui proses vaksinasi dari daerah asal juga dan telah melalui pemeriksaan kesehatan hewan. Pasalnya, ada penyakit hewan yang kerap menjadi kekhawatiran para pedagang maupun pembeli, yakni penyakit PMK dan Lumpy Skin Diseases (LSD) atau lato-lato. Oleh sebab itu, sapi-sapi yang didatangkannya dari luar daerah telah diberi vaksin dan memiliki sertifikat kesehatan, serta dilakukan pemberian vaksin ulang setelah sampai di Palangka Raya.
“Kami antisipasi terhadap penyakit PMK dan yang terbaru ini penyakit LSD atau lato-lato. Hanya vaksin LSD-nya yang kami tambahkan di sini. Kalau untuk PMK-nya disuntik ulang. Sehingga dapat dipastikan aman,” ujarnya, Rabu (29/5).
Peternak sapi sekaligus dokter spesialis hewan ini menuturkan, dirinya hanya fokus pada pembibitan sapi, sedangkan untuk hewan sapi ternak hanya bersifat musiman saja. Oleh karena itu, ia hanya mendatangkan sapi dari luar daerah ketika menjelang Iduladha.
“Untuk harga sapi yang kami jual berkisar Rp17 juta-Rp40 juta dengan berat 200 kg-600 kg (kondisi hidup). Sedangkan estimasi untuk berat dagingnya 60 kg-170 kg. Tiap tahun harganya naik terus, rata-rata Rp500 ribu – Rp1 juta. Sapi kecil justru lebih mahal dibandingkan sapi besar, karena akomodasinya yang bikin mahal. Dari daerah asal itu hitungan biayanya per ekor, bukan per kilogram,” imbuh Eko.
Tahun lalu harga jual sapi kurban berkisar Rp15,5 juta hingga Rp37 juta per ekor. Kenaikan harga jual itu diakibatkan maraknya PMK pada hewan ternak. Beruntung tahun ini PMK cenderung menurun. Tidak banyak hewan ternak yang terserang.
“Rata-rata kami jual adalah sapi bali, sedangkan sapi limousin hanya tersedia 2 ekor. Sapi-sapi itu didatangkan dari Sulawesi dan Kupang. Stok kami di sini sekitar 100 ekor saja. Stok sapi kurang lebih sama dengan tahun kemarin, tidak ada perbedaan signifikan. Tergantung kebutuhan dan pasarnya. Kami akan lihat dahulu apakah perlu penambahan stok atau tidak,” ungkapnya.
Eko mengaku mulai menggeluti usaha tersebut kurang lebih dalam 10 tahun terakhir, dengan lokasi di Jalan Siti Bakar, Lingkar Luar, Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau (peternakan sapi Eco Farm). Menurutnya, minat pembeli hewan kurban saat ini mulai terlihat. Bahkan sebagian besar sapi kurban yang ada di peternakannya sudah dipesan pelanggan yang memang rutin beli tiap tahun.
Dalam menyambut Iduladha tahun ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Palangka Raya mengintensifkan upaya pengecekan kesehatan hewan kurban. Kepala DPKP Kota Palangka Raya Sugiyanto menjelaskan, pihaknya telah membentuk tim khusus untuk memantau kesehatan hewan kurban, mulai dari pengecekan awal hingga jelang hari H. Dengan stok aman yang mencapai 624 ekor sapi dan 400 ekor kambing, tim tersebut secara rutin melakukan pemantauan antemortem dan postmortem terhadap hewan kurban.
“Kami terus melakukan pemantauan kesehatan hewan hingga H-1 jelang hari raya Iduladha baik antemortem maupun postmortem, angka ini akan terus berkembang mengingat masih ada hewan kurban yang akan masuk ke Palangka Raya, jadi sembari menunggu kami lakukan pengecekan, kalau yang saat ini ada itu asalnya dari Kalimantan Selatan dan Kabupaten Pulau Pisau,” ujarnya.
Sugiyanto mengimbau masyarakat agar selektif dalam membeli hewan kurban, baik sapi ataupun kambing. Hewan kurban yang telah diperiksa akan diberi tanda ternak atau peneng. Selain itu, DPKP Kota Palangka Raya juga akan mengeluarkan surat resmi hewan ternak yang sudah dipastikan kesehatannya.
Selain itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat, Veteriner, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Ternak DPKP Kota Palangka Raya, Ganjar Priyatno menegaskan, distribusi hewan kurban dari luar daerah masih berlangsung, dengan perkiraan total mencapai 1.500 ekor sapi dan 600 ekor kambing. Meski penyakit seperti PMK serta Lesions and Skin Diseases (LSD) perlu diperhatikan, tetapi telah ditangani dengan baik melalui pemberian vaksin.
“Semua sudah tertangani dengan baik dan sudah diberi vaksin, dua penyakit itu yang saat ini banyak menyerang hewan kurban, tetapi karena kita memiliki vaksin, jadi tidak perlu terlalu khawatir, tim kesehatan juga terus bergerak memeriksa kesehatan hewan kurban, untuk memastikan keamanan hewan kurban dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat,” tutur Ganjar.
Ke depannya akan ada lagi hewan kurban yang didatangkan dari Sulawesi dan NTT. Semua hewan kurban itu akan dicek secara bertahap. Dengan adanya upaya pemeriksaan berkelanjutan, DPKP Kota Palangka Raya memastikan hewan kurban sehat dan aman untuk dikonsumsi pada hari raya Iduladha.
Sementara itu, stok hewan kurban di Kalteng dipastikan cukup jelang hari raya Iduladha 1445 H/2024 M. Selain memastikan ketersediaan stok, pemerintah juga memastikan kesehatan hewan kurban sehat dan aman dikonsumsi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalteng Hj Sunarti mengatakan, ketersediaan hewan kurban berupa sapi dan kerbau di Kalteng dipastikan cukup, meski sebagiannya didatangkan dari luar daerah.
“Kalau untuk distribusi itu berjalan masing-masing karena sifatnya kan ibadah, jadi kami menyiapkan. Itu cukup untuk memenuhi kebutuhan kurban, ada surplus untuk kerbau, tapi stok sapi memang kurang, sudah kami usahakan untuk didatangkan lagi dari luar daerah,” beber Sunarti saat dihubungi Kalteng Pos, Rabu (29/5).
Menurut tabel neraca kebutuhan hewan kurban per tanggal 27 Mei 2024 yang dibuat DTPHP Provinsi Kalteng, ketersediaan sapi potong di Kalteng saat ini sebanyak 6876 ekor, kerbau 810 ekor, kambing 2.600 ekor, dan domba 100 ekor. Total stok hewan kurban berjumlah 10.386 ekor.
Sementara kebutuhan sapi potong di Kalteng sebesar 10.273 ekor, kerbau 283 ekor, kambing 3.310 ekor, dan domba 168 ekor. Total kebutuhan hewan kurban 14.034 ekor.
Melihat rasio ketersediaan dan kebutuhan, dapat dikatakan Kalteng mengalami kekurangan stok hewan kurban tahun ini. Sapi kurang 3.397 ekor, kambing kurang 710 ekor, dan domba kurang 68 ekor. Hanya kerbau yang surplus, 527 ekor. Meski demikian, pemerintah terus berupaya mencukupi stok dengan mendatangkan hewan kurban khususnya sapi dari daerah Lombok, Jawa Timur, Sulawesi, dan daerah lainnya.
Merujuk pada tabel, ketersediaan yang ada di tiap kabupaten/kota hanya mencukupi untuk kebutuhan di wilayah masing-masing. Adapun hewan ternak yang kurang akan didatangkan dari provinsi lain.
Terkait dengan kesehatan hewan, Sunarti menyebut pihaknya terus memastikan agar sapi-sapi yang akan dijual untuk hewan kurban dalam kondisi sehat. Pihaknya akan mengambil sampel darah hewan kurban dan memeriksa fesesnya untuk memastikan kondisi kesehatan hewan tersebut.
“Kalau untuk PMK bisa dipastikan tidak ada, karena syarat hewan yang bisa masuk ke Kalteng harus bebas PMK, tetapi yang mungkin adalah penyakit cacing, itu saja yang dikhawatrikan,” sebutnya.
Sunarti mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir membeli hewan untuk kebutuhan kurban, karena pihaknya sudah memeriksa semua stok hewan kurban yang ada. “Kalau ada kesulitan, kami bisa berikan layanan konsultasi,” pungkasnya. (ovi/dan/mut/ce/ala)