Jumat, September 20, 2024
22.8 C
Palangkaraya

Orang Kalteng Pertama Lulusan ISI, Punya Karya Bernilai Ratusan Juta Rupiah

Pebruarison Lampang, Menyulap Kanvas Kosong Jadi Karya Seni

Pebruarison Lampang merupakan pelukis yang tidak pernah puas dengan hasil lukisannya. Ia memiliki bakat seni sejak kecil. Ditambah lagi kerja keras, membuat karya seninya mampu memikat hati banyak orang.

 STEVEN ZIKRULLAH, Palangka Raya

DALAM pameran karya seni bertajuk “Dia Lo Gue” di Gedung Pameran UPT Taman Budaya Kalteng, Jalan Temanggung Tilung, Palangka Raya, Jumat (27/7/2024), pelukis kelahiran Gunung Mas itu memperlihatkan hasil karya tangannya. Di lokasi pameran itu, Kalteng Pos berkesempatan bincang-bincang dengannnya.

Pebruarison menceritakan awal mula menjadi seorang pelukis. Ia sudah suka melukis sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Bahkan menjuarai beberapa kejuaraan lomba melukis.

“Pertama kali saya ikut lomba waktu TK tahun 1976, lalu lanjut sampai saya SMA. Kurang lebih 26 trofi kejuaraan yang sudah saya dapat. Nah, dari situ saya memutuskan untuk kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Saya orang Kalimantan Tengah pertama yang lulus pendidikan di ISI,” kata Pebruarison.

Pelukis berusia 54 tahun itu mengaku bakat lukis dalam dirinya diturunkan dari orang tua dan dimatangkan melalui upaya belajar autodidak dan mengikuti berbagai event lomba melukis. Sosok yang juga menginspirasinya dalam melukis adalah para dosen dan pelukis-pelukis luar negeri.

Baca Juga :  Ampera: Kalteng Pos Mitra Terpercaya Mengawal Kebijakan Pemerintah

“Ada banyak sosok yang menginspirasi saya, kalau yang dari Indonesia seperti Affandi, Basuki Abdullah, sedangkan yang dari luar negeri seperti Van Gogh, Picasso, dan Leonardo da Vinci,” ungkapnya.

Hasil karya ciptaan Pebruarison juga diperjualbelikan. Ada kolektor dari dalam negeri maupun luar negeri yang sering membeli karyanya. Lukisannya dijual dengan harga yang paling murah Rp600.000 dan paling malah senilai Rp175.000.000.

“Saya tidak bisa memastikan harga sebuah lukisan, misalnya ada orang yang benar-benar suka dengan salah satu lukisan saya dan berusaha untuk mendapatkannya, mau berapa pun harga akan dibeli,” tambahnya.

Pebruarison menyebut kunci kesuksesannya dalam menekuni bidang seni adalah selalu bekerja keras. Tidak perlu banyak berpikir lukisan itu dapat menghasilkan uang atau tidak. Dalam sebulan, lanjutnya, ia bisa menghasilkan lebih dari sepuluh karya.

“Kuncinya sukses itu kerja aja terus, saya tidak memikirkan lukisan saya laku atau tidak. Di rumah saya ada banyak stok cat dan kanvas, saya ini kan ASN juga, setelah saya pulang dari kantor, tinggal melukis aja, jadi tidak ada istilah tidak ada alat dan tidak ada bahan,” ungkapnya.

Pelukis kelahiran 1970 itu mengatakan, untuk menghasilkan satu lukisan yang biasanya untuk dipamerkan, rata-rata perlu waktu lima malam. Sejauh ini tidak ada kendala berarti yang dihadapinya selama menekuni profesi sebagai seorang pelukis.

Baca Juga :  Sambut Bulan Ramadan, Gelar Pasar Murah Berkah

“Bagi saya, melukis itu tidak ada istilah gagal, yang ada hanya lukisan yang belum selesai. Kalau saya kurang puas, biasanya saya tambahkan lagi sedikit, walaupun sudah saya tanda tangani,” ucapnya.

Pelukis kelahiran Gunung Mas itu paling menyukai tema lokal, budaya Dayak, dan rohani. Menurutnya, para pelukis di Kalimantan Tengah memiliki potensi luar biasa. Kuncinya pada kerja keras dan konsitensi.

“Orang yang mau melukis, yang terpenting kerjakan saja terus, jangan harapkan kesempurnaan ketika bekerja, kita harus belajar dari kegagalan, dari kegagalan itu menjadi sempurna. Makin tinggi jam terbang, akan makin sempurna hasil, yang penting konsisten dan tidak berhenti mencoba. Ada teman saya yang tidak bisa melukis sama sekali, tetapi karena dia ada kemauan, kerja keras, dan konsisten, berhasil jadi pelukis,” ujarnya.

Pebruarison berharap berkesempatan ikut dalam pameran tunggal kedelapan pada bulan November atau Oktober tahun ini. “Kalau untuk pameran tunggal bebas ya, gedung ini punya kami, kami bisa displaykan, bisa kurotorialkan lukisan yang cocok berdasarkan tema,” tutupnya. (*/ce/ala)

Pebruarison Lampang, Menyulap Kanvas Kosong Jadi Karya Seni

Pebruarison Lampang merupakan pelukis yang tidak pernah puas dengan hasil lukisannya. Ia memiliki bakat seni sejak kecil. Ditambah lagi kerja keras, membuat karya seninya mampu memikat hati banyak orang.

 STEVEN ZIKRULLAH, Palangka Raya

DALAM pameran karya seni bertajuk “Dia Lo Gue” di Gedung Pameran UPT Taman Budaya Kalteng, Jalan Temanggung Tilung, Palangka Raya, Jumat (27/7/2024), pelukis kelahiran Gunung Mas itu memperlihatkan hasil karya tangannya. Di lokasi pameran itu, Kalteng Pos berkesempatan bincang-bincang dengannnya.

Pebruarison menceritakan awal mula menjadi seorang pelukis. Ia sudah suka melukis sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Bahkan menjuarai beberapa kejuaraan lomba melukis.

“Pertama kali saya ikut lomba waktu TK tahun 1976, lalu lanjut sampai saya SMA. Kurang lebih 26 trofi kejuaraan yang sudah saya dapat. Nah, dari situ saya memutuskan untuk kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Saya orang Kalimantan Tengah pertama yang lulus pendidikan di ISI,” kata Pebruarison.

Pelukis berusia 54 tahun itu mengaku bakat lukis dalam dirinya diturunkan dari orang tua dan dimatangkan melalui upaya belajar autodidak dan mengikuti berbagai event lomba melukis. Sosok yang juga menginspirasinya dalam melukis adalah para dosen dan pelukis-pelukis luar negeri.

Baca Juga :  Ampera: Kalteng Pos Mitra Terpercaya Mengawal Kebijakan Pemerintah

“Ada banyak sosok yang menginspirasi saya, kalau yang dari Indonesia seperti Affandi, Basuki Abdullah, sedangkan yang dari luar negeri seperti Van Gogh, Picasso, dan Leonardo da Vinci,” ungkapnya.

Hasil karya ciptaan Pebruarison juga diperjualbelikan. Ada kolektor dari dalam negeri maupun luar negeri yang sering membeli karyanya. Lukisannya dijual dengan harga yang paling murah Rp600.000 dan paling malah senilai Rp175.000.000.

“Saya tidak bisa memastikan harga sebuah lukisan, misalnya ada orang yang benar-benar suka dengan salah satu lukisan saya dan berusaha untuk mendapatkannya, mau berapa pun harga akan dibeli,” tambahnya.

Pebruarison menyebut kunci kesuksesannya dalam menekuni bidang seni adalah selalu bekerja keras. Tidak perlu banyak berpikir lukisan itu dapat menghasilkan uang atau tidak. Dalam sebulan, lanjutnya, ia bisa menghasilkan lebih dari sepuluh karya.

“Kuncinya sukses itu kerja aja terus, saya tidak memikirkan lukisan saya laku atau tidak. Di rumah saya ada banyak stok cat dan kanvas, saya ini kan ASN juga, setelah saya pulang dari kantor, tinggal melukis aja, jadi tidak ada istilah tidak ada alat dan tidak ada bahan,” ungkapnya.

Pelukis kelahiran 1970 itu mengatakan, untuk menghasilkan satu lukisan yang biasanya untuk dipamerkan, rata-rata perlu waktu lima malam. Sejauh ini tidak ada kendala berarti yang dihadapinya selama menekuni profesi sebagai seorang pelukis.

Baca Juga :  Sambut Bulan Ramadan, Gelar Pasar Murah Berkah

“Bagi saya, melukis itu tidak ada istilah gagal, yang ada hanya lukisan yang belum selesai. Kalau saya kurang puas, biasanya saya tambahkan lagi sedikit, walaupun sudah saya tanda tangani,” ucapnya.

Pelukis kelahiran Gunung Mas itu paling menyukai tema lokal, budaya Dayak, dan rohani. Menurutnya, para pelukis di Kalimantan Tengah memiliki potensi luar biasa. Kuncinya pada kerja keras dan konsitensi.

“Orang yang mau melukis, yang terpenting kerjakan saja terus, jangan harapkan kesempurnaan ketika bekerja, kita harus belajar dari kegagalan, dari kegagalan itu menjadi sempurna. Makin tinggi jam terbang, akan makin sempurna hasil, yang penting konsisten dan tidak berhenti mencoba. Ada teman saya yang tidak bisa melukis sama sekali, tetapi karena dia ada kemauan, kerja keras, dan konsisten, berhasil jadi pelukis,” ujarnya.

Pebruarison berharap berkesempatan ikut dalam pameran tunggal kedelapan pada bulan November atau Oktober tahun ini. “Kalau untuk pameran tunggal bebas ya, gedung ini punya kami, kami bisa displaykan, bisa kurotorialkan lukisan yang cocok berdasarkan tema,” tutupnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/