Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Prioritas Anggaran untuk Penurunan Stunting

PALANGKA RAYA-Stunting merupakan gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Pencegahan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk membebaskan anak dari kegagalan pertumbuhan tubuh dan otak.

Tingkat prevalensi stunting di Kalteng termasuk dalam sepuluh daerah tertinggi se-Indonesia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2018, prevalensi stunting pada kabupaten/kota di Kalteng di atas rata-rata nasional.

Sekda Kalteng Fahrizal Fitri melalui Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Nurul Edy mengatakan, merujuk pada riskesdas pada 2018 lalu, prevalensi stunting tertinggi ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dengan anga 48,84 persen, sedangkan terendah di Kabupaten Seruyan dengan angka 21,84 persen.

Baca Juga :  Tujuh Nama Mencuat Jelang Musda KNPI Kalteng

“Padahal Kotim ini merupakan kabupaten induk dari Seruyan, perekonomian juga paling tinggi di tingkat provinsi, tetapi masih memiliki angka stunting tertinggi, mungkin saja angka ini diperoleh dari angka stunting di daerah pedalaman Kabupaten Kotim,” katanya saat membuka kegiatan di Bappedalitbang Kalteng, Rabu (3/6).

Dibeberkannya, berdasarkan hasil survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting tertinggi ada di Kapuas, sedangkan terendah di Kabupaten Murung Raya. Pihaknya menyebut, terjadinya stunting ini diakibatkan kurangnya gizi spesifik yang disebabkan faktor kemiskinan, gaya hidup bersih dan sehat, serta asupan gizi bagi ibu dan anak.

“Perlu ada intervensi dan kehadiran pemerintah daerah di tengah masyarakat untuk memberikan asistensi, edukasi, dan advokasi agara masyarakat memahami pentingnya pemenuhan gizi spesifik bagi anak,” tegasnya, kemarin. 

Baca Juga :  LHK Tak Punya Kewenangan Cabut HGU dari Pelepasan

PALANGKA RAYA-Stunting merupakan gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Pencegahan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk membebaskan anak dari kegagalan pertumbuhan tubuh dan otak.

Tingkat prevalensi stunting di Kalteng termasuk dalam sepuluh daerah tertinggi se-Indonesia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2018, prevalensi stunting pada kabupaten/kota di Kalteng di atas rata-rata nasional.

Sekda Kalteng Fahrizal Fitri melalui Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Nurul Edy mengatakan, merujuk pada riskesdas pada 2018 lalu, prevalensi stunting tertinggi ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dengan anga 48,84 persen, sedangkan terendah di Kabupaten Seruyan dengan angka 21,84 persen.

Baca Juga :  Tujuh Nama Mencuat Jelang Musda KNPI Kalteng

“Padahal Kotim ini merupakan kabupaten induk dari Seruyan, perekonomian juga paling tinggi di tingkat provinsi, tetapi masih memiliki angka stunting tertinggi, mungkin saja angka ini diperoleh dari angka stunting di daerah pedalaman Kabupaten Kotim,” katanya saat membuka kegiatan di Bappedalitbang Kalteng, Rabu (3/6).

Dibeberkannya, berdasarkan hasil survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting tertinggi ada di Kapuas, sedangkan terendah di Kabupaten Murung Raya. Pihaknya menyebut, terjadinya stunting ini diakibatkan kurangnya gizi spesifik yang disebabkan faktor kemiskinan, gaya hidup bersih dan sehat, serta asupan gizi bagi ibu dan anak.

“Perlu ada intervensi dan kehadiran pemerintah daerah di tengah masyarakat untuk memberikan asistensi, edukasi, dan advokasi agara masyarakat memahami pentingnya pemenuhan gizi spesifik bagi anak,” tegasnya, kemarin. 

Baca Juga :  LHK Tak Punya Kewenangan Cabut HGU dari Pelepasan
Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/