PALANGKA RAYA–Calon Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Ir H Abdul Razak, menyebut bahwa Kalteng pernah menjadi yang terdepan dalam pelayanan publik. Hal ini diungkapkan Razak pada debat kedua, di mana ia menyampaikan bahwa pada tahun 2015, Kalteng mendapat pengakuan sebagai provinsi dengan inovasi terbanyak dalam sektor pelayanan publik di Indonesia, berdasarkan evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB).
“Kami berkomitmen untuk mengembalikan kejayaan Kalteng sebagai pusat inovasi dalam pelayanan publik, dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat. Visi dan misi kami menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat melalui pelayanan publik yang lebih baik,” ujar Abdul Razak dalam debat tersebut.
Selain itu, Abdul Razak dan pasangannya, Sri Suwanto, tampil memukau dalam debat dengan menyoroti perlunya pemerataan di bidang pendidikan di Kalteng, serta menempatkan kesejahteraan guru sebagai prioritas utama.
“Melalui tunjangan tambahan penghasilan bagi seluruh guru, baik PNS, PPPK, maupun honorer, kami akan memastikan kualitas pendidikan yang baik dimulai dari kesejahteraan para guru,” ungkap Razak.
Sementara itu, calon Wakil Gubernur Kalteng, Sri Suwanto, menyatakan bahwa sektor kesehatan juga menjadi fokus utama pasangan ini. Berdasarkan data BPS 2023, lebih dari satu juta penduduk Kalteng belum terjangkau jaminan kesehatan, sedangkan jumlah dokter di Kalteng masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, pasangan Abdul Razak-Sri Suwanto berkomitmen untuk meningkatkan jumlah tenaga medis, terutama dokter, serta memastikan distribusinya merata, terutama di daerah-daerah terpencil, demi memastikan setiap warga Kalteng memiliki akses kesehatan yang memadai.
“Kami akan memberikan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat, termasuk pekerja kebun, penyadap karet, buruh nelayan, dan pengemudi online. Setiap warga Kalteng, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan gratis,” ujar Sri Suwanto dalam debat kedua.
Saat ini, Kalteng hanya memiliki sekitar 800 dokter untuk melayani hampir 2 juta penduduk, jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan rasio 1 dokter untuk 1.000 penduduk.
“Kami berkomitmen untuk menambah jumlah tenaga medis dan memastikan distribusinya merata di seluruh wilayah, terutama di daerah terpencil,” tegas Sri.
Selain itu, ia menyoroti tingginya angka kemiskinan di Kalteng, di mana lebih dari 142.000 jiwa hidup dalam kemiskinan dan lebih dari 57.000 jiwa menganggur. Pasangan ini berkomitmen menciptakan iklim yang mendorong anak muda untuk berinovasi dan keluar dari lingkaran kemiskinan.
“Kami akan menciptakan peluang ekonomi yang lebih baik dan mendukung generasi muda untuk berkembang,” pungkas Sri. (irj/ala)