SAMPIT – Selain langkah-langkah mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah, kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga lingkungan juga menjadi faktor penting dalam mengurangi risiko banjir.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Multazam, menegaskan bahwa salah satu penyebab utama banjir adalah kebiasaan buruk manusia yang merusak ekosistem sungai dan daerah resapan air.
“Kita sering melihat sungai mengalami pendangkalan, dan itu bukan semata-mata karena proses alami. Aktivitas seperti pembukaan lahan tanpa memperhatikan dampaknya bisa menyebabkan tanah terbawa arus, lalu mengendap di sungai. Akibatnya, daya tampung sungai berkurang, dan air lebih mudah meluap saat hujan deras,” kata Multazam, Rabu (5/2/2025).
dIA juga menyoroti kebiasaan membuang sampah sembarangan yang memperparah kondisi sungai. Sampah yang menumpuk di aliran air dapat menyumbat jalannya arus, sehingga mempercepat terjadinya genangan dan banjir di pemukiman warga.
“Masalah sampah ini sangat krusial. Banyak yang masih membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai tanpa berpikir panjang. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini akan menjadi bom waktu yang memicu banjir semakin parah di musim hujan,” ucap Multazam.
BPBD Kabupaten Kotim mengimbau warga untuk selalu siaga menghadapi potensi banjir, terutama bagi mereka yang tinggal di dataran rendah atau dekat dengan bantaran sungai. Banjir tidak selalu terjadi akibat hujan lokal, tetapi juga bisa berasal dari air kiriman dari hulu sungai.
“Kadang kita merasa aman karena di sekitar kita tidak turun hujan, tapi air dari daerah lain bisa tiba-tiba datang dan menggenangi pemukiman. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan kondisi debit air dan segera mengambil langkah antisipasi jika terjadi peningkatan signifikan,” tutupnya. (sli/ens)