PALANGKA RAYA–Para korban kebakaran yang melanda barak dan rumah di Jalan Wolter Monginsidi, Kelurahan Pahandut, Palangka Raya, pada Rabu (5/2), mengaku bahwa kebakaran itu berlangsung dengan sangat cepat. Sebagian besar dari mereka hanya sempat keluar rumah dengan pakaian yang mereka kenakan.
Meski ada beberapa barang yang sempat diselamatkan, umumnya yang dianggap paling berharga adalah kendaraan sepeda motor. Seperti yang diceritakan oleh salah seorang penghuni barak, Maili (47), dalam wawancara pada Kamis (6/2).
Maili mengatakan, ia hanya sempat menyelamatkan sepeda motor miliknya yang kebetulan terparkir di luar barak saat kebakaran terjadi. “Motor aja (satu), yang lainnya habis. Cuma bawa badan aja, bahkan baju dan celana pendek ini dikasih orang tadi,” kata pria yang akrab disapa Mang Ali.
Menurut Maili, saat kebakaran terjadi, di kamar barak nomor 5 yang ditinggalinya ada 10 orang yang terdiri dari dua Kepala Keluarga (KK). Sebagian dari mereka sudah tidur saat peristiwa itu berlangsung. Mereka terbangun karena teriakan dari luar yang memberitahukan bahwa barak mereka terbakar.
“Kami setengah sembilan sudah tidur, ada yang tiduran, terus bangun dengar orang teriak-teriak,” ujar Maili yang memperkirakan kebakaran terjadi sekitar pukul 23.00-23.30 WIB.
Setelah mendengar teriakan tersebut, Maili mengaku sempat melihat ke belakang barak, dan melihat api yang sudah membesar. Melihat kondisi tersebut, Maili langsung menyelamatkan diri. “Pas bangun, kami lihat api sudah besar, langsung menyelamatkan diri, nggak tahu apa-apa,” tambah Maili, yang mengaku sempat mengalami luka di kakinya saat berusaha menyelamatkan diri.
Maili sendiri tidak mengetahui pasti penyebab kebakaran tersebut. Namun, ia mendengar informasi dari teman-teman dan tetangganya bahwa sebelum kebakaran, mereka melihat asap keluar dari salah satu kamar barak yang kosong. “Kata yang melihat, asapnya dari bagian tengah, tapi nggak tahu juga bagian tengah mana, yang pasti itu tiba-tiba,” ujarnya.
Maili sudah tinggal lebih dari 20 tahun di barak kayu yang merupakan milik dinas Provinsi Kalteng. Bangunan tersebut terdiri dari enam kamar, dan tiga kamar di antaranya dihuni. “Kamar satu, dua kosong, tiga kosong, empat kosong, lima dan enam yang terisi,” jelasnya.
Maili memperkirakan kerugian yang dialaminya mencapai puluhan juta rupiah. “Yang jelas, cuma motor yang selamat, barang-barang lainnya habis,” katanya, namun tetap merasa bersyukur karena seluruh anggota keluarganya dan penghuni barak lainnya selamat.
Sementara itu, penghuni barak lainnya, Ahmad Rizal, juga mengaku hanya sempat menyelamatkan sepeda motor dan beberapa dokumen penting. “Cuma sempat bawa berkas dan motor saja,” kata Rizal.
Rizal memperkirakan kerugiannya sekitar 20 juta rupiah, termasuk uang pribadi sekitar Rp 8 juta yang ada di dalam lemari yang tidak sempat diambil. Ia menceritakan bahwa kebakaran terjadi sangat cepat, dan api berasal dari sekitar kamar barak nomor empat yang kosong. “Api cepat besar karena bangunan barak ini terbuat dari kayu,” ujarnya.
Rizal juga menceritakan bagaimana api dengan cepat membakar bagian belakang barak hingga runtuh. “Kami langsung menyelamatkan diri karena api sudah melalap bagian belakang,” jelasnya.
Akibat kebakaran ini, baik Rizal maupun Maili mengungkapkan bahwa mereka tinggal sementara di tempat yang disediakan oleh warga sekitar. “Di teras belakang ini untuk tinggal sementara saja,” kata Rizal sambil menunjukkan tempat tinggalnya sebelum mengakhiri wawancaranya. (sja/ala)