KITA kembali Time Out sebentar dari hiruk pikuk dunia. YES. Kita cerita tentang akhirat lagi. Cerita yang ringan-ringan aja.
Kilas balik ke 2015 akhir. Kesempatan langka itu datang tak terduga. Di sela-sela rapat rutin keredaksian di Gedung Biru Kalteng Pos, pukul 09.08 WIB saya mendapat telpon dari Candra staf presiden.
“Pa Rohan. Pukul 12.00 WIB ditunggu Pak Presiden untuk makan siang dan rapat tertutup di RM Cianjur di Jalan Kahayan,” ucapnya singkat. Sembari mengingatkan saya untuk menggunakan baju batik dan tidak menggunakan sepatu kets.
Rupanya Presiden datang lebih awal. Saya pun sedikit terlambat datang ke lokasi. Mobil saya pun sempat dihadang oleh anggota TNI AD yang berjaga. Dengan penuh percaya diri saya sampaikan “Saya Ditunggu Pak Presiden Makan Siang”, syukur mereka pun langsung percaya dan saya memarkirkan mobil 50 meter dari lokasi.
Sampai di pintu masuk rumah makan, saya diterima oleh Pa Candra. Setelah koordinasi dengan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) saya dipersilahkan masuk. Tampak Presiden bersama Ibu Negara dan para sejumlah menteri koordinator yang sedang asik menikmati sajian makan siang, khas RM Cianjur.
Namun ternyata saya tidak duduk di areal tengah rumah makan yang diisi oleh sejumlah pejabat pusat dan daerah tersebut. Saya justru langsung diarahkan masuk ke ruangan VIP berukuran 3×6 meter. Rupanya di situ sudah ada Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki penganti Luhut Binsar Pandjaitan, kala itu.
Selain saya sudah ada Kepala Stasuin TVRI Kalteng dan Kepala Biro Antara Kalteng. Saya pun langsung dipersilahkan makan siang sambil ngobrol santai.
Usai makan, karena posisi saya yang di depan saya dikagetkan dengan suara khas Presiden. “Apa kabar?” ucapnya. Kami pun serempak berdiri dan bersalaman. Dengan santai Pak Jokowi langsung duduk diiringi Teten Masduki yang duduk di sebelah kanan beliau. Saya pun inisiatif duduk disebelah kiri presiden.
Diskusi hangat soal Bencana Kabut Asap pun berlangsung sekitar satu jam. Ya. Waktu itu Presiden datang ke Kalteng karena kabut asap cukup parah dan pekat.
Momen ini luar biasa bagi saya. Dipanggil Presiden ke-7 Republik Indonesia. Bisa bayangkan bagaimana prasaan saya yang bercampur aduk saat mendapatkan telpon dari Chandra staf Presiden. Bayangkan itu jika terjadi kepada ANDA.
Rasa bangga, senang, tidak percaya dan bahagia betul. Keren lah POKOKNYA! Sampai sekarang pun saya masih ingat dengan jelas.
Habis ditelpon, tanpa pikir panjang, izin meninggalkan rapat dan langsung pulang ke rumah. Baju batik terbaik pun disiapkan, lengkap dengan aksesorisnya dan parfum andalan. Demi menghadap orang nomor SATU di Indonesia!
Lucunya? Waktu itu, beberapa saat sebelum bertemu Presiden, sejatinya saya juga dapat panggilan yang jauuuuuh lebih agung dan luar biasa.
Dari Pemilik Alam Semesta ini, Allah Azza wa Jalla, untuk sujud kepadaNya melalui suara Azan Dzuhur yang dikumdangkan muazin dari sejumlah Masjid.
Dan panggilan Sang Khaliq itu pun saya acuhkan. Astaghfirullahaladzim.. Mohon ampunanMu ya Allah.
Kejadian seperti ini seringkali berulang. Kita acuhkan panggilan Allah untuk sujud kepadaNya hanya karena panggilan makhluk-Nya. Hanya karena kerjaan. Hanya karena rapat di kantor bersama bos dan orang-orang penting. Bahkan hanya karena urusan sepele.
Padahal kalo pun sedang berada di rapat penting bersama Presiden dan tetiba kita mau buang air besar (BAB) yang sudah tidak tertahan, dapat dipastikan, kita tetap akan keluar memenuhi panggilan alam itu!
Besok InsyaAllah sudah Ramadan. Semoga menjadi awal yang baik untuk kita. Dengan senantiasa bersegera memenuhi panggilan Rabbul ‘alamin, Tuhan Seluruh Alam Semesta saat panggilan AZAN itu datang. (*)