PALANGKA RAYA-Hujan yang turun dengan intensitas ringan, sedang, hingga lebat membuat petani di kawasan food estate Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) dan Kapuas harus bekerja ekstra demi menjaga kualitas panen. Pasalnya, kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalteng Riza Rahmadi mengatakan, pada lahan sawah yang sedang panen, turunnya hujan akan sangat berpengaruh pada kualitas padi, sehingga berpotensi menurunkan hasil. Untuk daerah yang memasuki musim tanam Asep (April-September), apabila hujan turun dengan intensitas lebat, maka berpotensi terjadi genangan. Apalagi jika diikuti pasang air laut. Akan sangat berdampak pada akar tanaman.
“Apabila diikuti air laut pasang, akan berdampak pada perhambatan perakaran. Daerah yang masih panen antara lain di Kapuas,” kata Riza kepada Kalteng Pos, Kamis (31/3).
Lokasi intensifikasi food estate tahun 2022 yang akan memasuki masa panen mencakup Desa Terusan Mulya, Kecamatan Bataguh, dengan luas tanam 1.289 ha, sudah dipanen 135 ha, dan yang belum dipanen 1.154 ha. Di Desa Terusan Karya, luas tanam 1.196 ha, sudah dipanen 50 ha, dan belum dipanen 1.145 ha. Lalu Desa Terusan Makmur, luas tanam 1.193 ha, sudah dipanen 235 ha, dan yang belum dipanen 958 ha. Sementara di Kabupaten Pulpis, berada di wilayah Kecamatan Pandih Batu. Meliputi Desa Belanti Siam dengan luas panen 1.906 ha dan Gadabung seluas 848 ha.
Peningkatan produktivitas panen musim tanam Oktober-Maret 2022 di Kabupaten Kapuas sebesar 5,1 ton/ha gabah kering giling. Sementara untuk musim tanam yang sama di wilayah Kabupaten Pulpis, peningkatan produksi panen sebesar 5,3 ton/ha.
“Ada peningkatan 15 hingga 30 persen dibandingkan sebelum adanya food estate,” sebutnya.
Ditambahkan Riza, musim hujan sangat memengaruhi hasil produksi pertanian, terutama kualitas hasil panen. Pihaknya berharap pada musim panen kali ini, produksi pertanian tidak terlalu terganggu oleh faktor cuaca.
Dibeberkannya, saat ini (puncak panen) harga gabah inbrida Rp4.700-4.800/kg dan hibrida RP5.000-5.600/kg. Sebelum puncak panen, harga gabah inbrida Rp5.000 dan hibrida Rp6.000/kg. Para petani juga mengalami keterbatasan mesin panen. Para petani terpaksa antre untuk bisa menggunakan mesin panen. Alhasil, tak jarang padi yang dipanen terlalu matang, karena harus menunggu antrean penggunaan mesin panen. Selain itu, curah hujan yang tinggi sangat menyulitkan para petani untuk menjemur padi yang telah dipanen.
“Mau tak mau mengharapkan mesin panen dari daerah lain dan memaksimalkan dryer (pengering) yang ada,” tambah Riza.
Karena itu, pihaknya terus berupaya mencari solusi agar kawasan food estate sukses menjadi kawasan industri beras dengan mutu dan kelas yang lebih bagus, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional ke depan.
Terpisah, Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo juga menambahkan bahwa pemerintah pusat terus fokus melanjutkan pembangunan food estate di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau.
“Dalam pembahasan saat rapat bersama Menko Maritim, Menteri PUPR, dan Menteri Pertanian di Jakarta beberapa waktu lalu, program food estate ini akan berlanjut hingga tahun 2024 mendatang. Sesuai rencana, akan dikembangkan pada lahan seluas 164.000 hektare,” tuturnya saat ditemui di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Kamis (31/3).
Ditambahkan Edy, pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi juga akan fokus pengembangan pada lahan seluas 60.000 ha yang akan diselesaikan, sehingga dapat memberikan kontribusi positif sebagai penyangga pangan nasional. (nue/ce/ala/ko)