Dirinya juga menghimbau warga masyarakat untuk tidak melakukan aktifitas di sungai mentaya saat air sedang pasang, dan meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai, apalagi saat hari gelap karena sangat rawat terjadi serangan buaya.
Sementara komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah mengaku baru mendapat informasi terkait kejadian itu. Pihaknya akan ke lokasi kejadian dan menjenguk korban dan ingin mengetahui kronologis lengkapnya.
“Kami baru mendapat informasi, dan kami akan turun kelokasi kejadian dan ingin mengetahui kronologisnya, karena didaerah tersebut memang sering terjadi serangan buaya, maka kewaspadaan tinggi sangat diperlukan karena populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banya,” terangnya.
Muriansyah mengatakan kejadian ini merupakan insiden kedua serangan buaya terhadap manusia pada 2021 ini. Awal tahun 2021 kemarin seorang nenek bernama Bahriah (74) warga Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, menderita putus tangan kiri dan patah kaki kiri setelah buaya besar menerkam tangannya saat dia mencuci tangan usai buang air besar di pinggir Sungai Mentaya.
“Kalau selama tahun 2020 lalu kami mencatat ada 11 kasus serangan buaya di Kabupaten Kotim, walaupun tidak sampai merenggut nyawa, maka kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai mentaya,” tutupnya.(bah/bud).