Sabtu, September 28, 2024
29.4 C
Palangkaraya

Hasan Tata Abas, Orang Indonesia yang Jadi Asisten Imam Masjid Nabawi

Kalau Syekh Menyusun Kitab, Saya yang Menyiapkan Minum

Hasan Tata Abas bertugas menyiapkan ruangan, menyediakan makan dan minum, serta mendampingi satu dari tujuh imam Masjid Nabawi saat ada tamu. Diseleksi bersama 47 pelamar lain dari seluruh dunia.

 

 

EKO PRIYONO-ABDI D. NOOR, Makkah

 

SEHARI-HARI Hasan Tata Abas menghabiskan waktu di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi, Madinah. Di sanalah tujuh imam Masjid Nabawi bertugas dan berkantor.

Pria asal Banten itu melayani Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, satu dari tujuh imam Masjid Nabawi. Tugasnya menyiapkan ruangan, menyediakan makan, minum, dan beragam kebutuhan lain.

Hasan juga kerap menemani sang Imam menjamu para tamu. “Kalau Syekh lagi menyusun kitab-kitab, saya yang menyiapkan minum. Kalau ada tamu, saya yang bawakan oleh-oleh untuk tamu beliau. Juga menyediakan dan menyiapkan kantor beliau,” katanya kepada Jawa Pos (Grup Kalteng Pos), Rabu tiga pekan lalu (7/6).

Sebagai asisten, Hasan bekerja dari subuh hingga isya. Dia memulai aktivitasnya di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi, yang lokasinya tepat di depan pintu 309. Menjelang sore setelah asar, Hasan pindah ke Masjid Nabawi.

Hasan yang mengabdi sejak 2004 mengaku tidak pernah menyangka bisa menjadi asisten imam Masjid Nabawi. Saat itu dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren di Pandeglang, Banten.

“Awalnya karena (tuntutan) ekonomi. Saat itu, baru punya satu anak, saya memutuskan untuk ikut beasiswa gratis di Universitas Islam Madinah. Dengan izin Allah, saya bisa lulus,” ujarnya.

Kemudian Hasan melamar kerja di Arab Saudi lewat Kafil (sponsor) bin Laden Group untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Bersama 47 peserta lain dari berbagai negara di dunia, dia menjalani seleksi dan wawancara.

“Saat itu, Syekh membutuhkan tenaga asisten. Saya ikut interview, qodarullah diterima,” katanya.

Salah satu penunjang untuk bisa lolos, lanjut Hasan, adalah hafal 30 juz Al-Qur’an, meski tidak harus. “Terpenting itu kesopanan dan akhlak. Sementara kita orang Timur kesopanan tidak dibuat-buat, kesopanan sudah tradisi,” ucapnya.

Hasan mengaku bangga dengan tugasnya. Selain bisa dekat dengan ulama-ulama besar, dia juga bisa salat kapan pun di Masjid Nabawi. Termasuk mengunjungi Raudah.

Apalagi hadis Nabi Muhammad saw menyatakan, orang yang melaksanakan salat di Masjid Nabawi diganjar pahala 1.000 kali lipat dibandingkan salat di tempat biasa.

“Saya sering menangis, ya Allah, saya ini orang kecil, orang bodoh ya. Di Indonesia saya tidur di pondok bambu, salat juga di musala kampung, merantau ke Arab Saudi, Allah beri kesempatan saya berkumpul dengan orang-orang saleh setingkat sahabat Rasulullah,” tuturnya.

Kebahagiaan lainnya adalah kelak bakal dimakamkan di pemakaman Baqi. Pemakaman Baqi berada di dalam kawasan Masjid Nabawi di Madinah. Luasnya sekitar 174.962 m2. Di makam tersebut, keluarga dan sahabat Rasulullah dimakamkan.

“Kalau saya meninggal, ditakdirkan meninggal di Madinah, saya dapat hadiah dimakamkan di Baqi,’’ tuturnya.

Selama menjadi asisten Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, Hasan sering kali bertemu dan melayani para ulama besar. Bukan hanya imam Masjid Nabawi, tetapi juga imam Masjidilharam.

“Kadang yang bikin saya nangis terharu pas Syekh Haromain ijtimak di Masjid Nabawi. Dari Masjidilharam datang ke sini ijtimak, yang menyuguhi beliau-beliau yang mulia itu saya. Saat beliau-beliau lagi ijtimak musyawarah, saya di belakang menunggu panggilan,” ucapnya. (*/c6/ce/ttg/jpg)

Hasan Tata Abas bertugas menyiapkan ruangan, menyediakan makan dan minum, serta mendampingi satu dari tujuh imam Masjid Nabawi saat ada tamu. Diseleksi bersama 47 pelamar lain dari seluruh dunia.

 

 

EKO PRIYONO-ABDI D. NOOR, Makkah

 

SEHARI-HARI Hasan Tata Abas menghabiskan waktu di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi, Madinah. Di sanalah tujuh imam Masjid Nabawi bertugas dan berkantor.

Pria asal Banten itu melayani Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, satu dari tujuh imam Masjid Nabawi. Tugasnya menyiapkan ruangan, menyediakan makan, minum, dan beragam kebutuhan lain.

Hasan juga kerap menemani sang Imam menjamu para tamu. “Kalau Syekh lagi menyusun kitab-kitab, saya yang menyiapkan minum. Kalau ada tamu, saya yang bawakan oleh-oleh untuk tamu beliau. Juga menyediakan dan menyiapkan kantor beliau,” katanya kepada Jawa Pos (Grup Kalteng Pos), Rabu tiga pekan lalu (7/6).

Sebagai asisten, Hasan bekerja dari subuh hingga isya. Dia memulai aktivitasnya di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi, yang lokasinya tepat di depan pintu 309. Menjelang sore setelah asar, Hasan pindah ke Masjid Nabawi.

Hasan yang mengabdi sejak 2004 mengaku tidak pernah menyangka bisa menjadi asisten imam Masjid Nabawi. Saat itu dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren di Pandeglang, Banten.

“Awalnya karena (tuntutan) ekonomi. Saat itu, baru punya satu anak, saya memutuskan untuk ikut beasiswa gratis di Universitas Islam Madinah. Dengan izin Allah, saya bisa lulus,” ujarnya.

Kemudian Hasan melamar kerja di Arab Saudi lewat Kafil (sponsor) bin Laden Group untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Bersama 47 peserta lain dari berbagai negara di dunia, dia menjalani seleksi dan wawancara.

“Saat itu, Syekh membutuhkan tenaga asisten. Saya ikut interview, qodarullah diterima,” katanya.

Salah satu penunjang untuk bisa lolos, lanjut Hasan, adalah hafal 30 juz Al-Qur’an, meski tidak harus. “Terpenting itu kesopanan dan akhlak. Sementara kita orang Timur kesopanan tidak dibuat-buat, kesopanan sudah tradisi,” ucapnya.

Hasan mengaku bangga dengan tugasnya. Selain bisa dekat dengan ulama-ulama besar, dia juga bisa salat kapan pun di Masjid Nabawi. Termasuk mengunjungi Raudah.

Apalagi hadis Nabi Muhammad saw menyatakan, orang yang melaksanakan salat di Masjid Nabawi diganjar pahala 1.000 kali lipat dibandingkan salat di tempat biasa.

“Saya sering menangis, ya Allah, saya ini orang kecil, orang bodoh ya. Di Indonesia saya tidur di pondok bambu, salat juga di musala kampung, merantau ke Arab Saudi, Allah beri kesempatan saya berkumpul dengan orang-orang saleh setingkat sahabat Rasulullah,” tuturnya.

Kebahagiaan lainnya adalah kelak bakal dimakamkan di pemakaman Baqi. Pemakaman Baqi berada di dalam kawasan Masjid Nabawi di Madinah. Luasnya sekitar 174.962 m2. Di makam tersebut, keluarga dan sahabat Rasulullah dimakamkan.

“Kalau saya meninggal, ditakdirkan meninggal di Madinah, saya dapat hadiah dimakamkan di Baqi,’’ tuturnya.

Selama menjadi asisten Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, Hasan sering kali bertemu dan melayani para ulama besar. Bukan hanya imam Masjid Nabawi, tetapi juga imam Masjidilharam.

“Kadang yang bikin saya nangis terharu pas Syekh Haromain ijtimak di Masjid Nabawi. Dari Masjidilharam datang ke sini ijtimak, yang menyuguhi beliau-beliau yang mulia itu saya. Saat beliau-beliau lagi ijtimak musyawarah, saya di belakang menunggu panggilan,” ucapnya. (*/c6/ce/ttg/jpg)

Artikel Terkait