Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Pilgub Kalteng Berpotensi Tiga Pasang

PALANGKA RAYA-Pesta demokrasi pemilihan gubernur (pilgub) dan wakil gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) makin menghangat. Banyak figur yang resmi mendaftar ke partai politik (parpol), baik sebagai bakal calon gubernur maupun calon wakil gubernur. Bahkan mereka sudah dipanggil oleh pengurus parpol tingkat provinsi hingga pusat untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test sebelum rekomendasi diberikan. Meskipun figur yang muncul lebih dari 10 orang, pengamat politik memperkirakan pada hajatan politik lima tahunan hanya ada tiga pasang yang bakal bertarung.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) Farid Zaky memprediksi, pilgub Kalteng tahun ini bakal diikuti tiga pasang, karena untuk mencapai empat pasang calon akan sulit. Apabila makin banyak calon, tentu akan memerlukan biaya besar. Ditambah lagi tahapan penyerehan berkas jalur independen telah ditutup.

“Saya kira maksimal bakal tiga pasang calon pada pemilih gubernur dan wakil gubernur nanti, itu juga kalau komunikasinya terpetakan. Dengan catatan, kita perlu melihat arah PDIP ke mana,” kata Farid Zaky saat diwawancara Kalteng Pos, Minggu (2/6).

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Mengingat partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu selalu mengusung kadernya pada tiap pemilu di Kalteng. Selain PDIP, saat ini yang sudah memastikan mengusung calon gubernur adalah Partai Golkar. Sejauh ini Golkar Kalteng sudah memastikan untuk mengusung Abdul Razak sebagai bacalgub.

“Jadi sudah dua ya, PDIP pasti mengusung kadernya dan Partai Golkar mengusung Abdul Razak. Satunya itu Nadalsyah, jika berhasil membuka komunikasi dengan tokoh barat atau tengah Kalteng, maka akan ada potensi tiga pasang,” tegas Farid.

Untuk partai lain, Farid memprediksi akan fleksibel masuk di jajaran tiga pasang tersebut. Namun ia juga menyebut bahwa segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Sejauh ini sudah sudah ada beberapa nama yang telah mengirimkan berkas penjaringan ke parpol. Mereka adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Nuryakin, Rahmat Nasution Hamka, Abdul Razak, Willy M Yoseph, Nadalsyah, Supian Hadi, Faridawaty Darland Atjeh, Iwan Kurniawan, Sigit K Yunianto, Edy Pratowo, Timerasi Labat, Perdie M Yoseph, Tugiyo Wiraatmojo, Mayor Jenderal TNI (Purn) Purwo Sudaryanto, dan Alue Dohong.

Baca Juga :  2 Hari, Jembatan Penghubung Desa Tuntas

Terkait isu pasangan Nadalsyah dan Sigit K Yunianto, Farid menyebut akan berat terwujud. Sebab, Sigit yang merupakan kader PDIP dengan posisi sebagai sekretaris DPD, sehingga ia yakin PDIP tetap menargetkan kader untuk menempati posisi gubernur.

“Kalau Koyem (panggilan akrab Nadalsyah) dan Sigit di posisi kedua, saya kira itu seperti kata warkop DKI; gengsi dong. Sampai saat ini PDIP masih menjadi partai pemenang di Kalteng dan pastinya membidik kursi KH 1,” ungkapnya.

Dosen FISIP UMPR itu menegaskan bahwa peta koalisi akan terang benderang setelah rapat kerja nasional (rakernas) PDIP dan dikeluarkan rekom sosok yang akan diusung.

Pria yang juga merupakan Direktur Eksekutif Barometer Kebijakan Publik dan Politik Daerah (BAJAKAH) itu menjelaskan, peta politik juga akan bergantung pada arah gerak keluarga Sabran. Mengingat Agustiar Sabran sebagai salah satu calon kuat, yang juga saudara kandung dari Gubernur Kalteng saat ini, sejauh ini belum memperlihatkan pergerakan.

“Selain gerak partai, arah keluarga Sabran juga akan menentukan peta politik. Namun sejauh ini belum ada pergerakan. Kalau nanti telah bergerak dan nyatakan sikap, maka peta perpolitikan juga akan bergerak. Jadi masih ada banyak kemungkinan,” tutur Farid.

Ia juga menanggapi baliho Abdul Razak dan Perdie M Yoseph dengan mengusung tagline yang sama, yakni Kalteng Amanah. Ia menilai itu sebagai sinyal kepada masyarakat bahwa kedua tokoh tersebut akan bergandengan.

“Saya kira itu sudah sesuai keinginan Pak Razak untuk menggandeng Perdie, karena wakilnya dari birokrat. Ditambah lagi lebih muda. Persilangan barat dan timur memenuhi. Saya kira itu sudah cocok,” tuturnya.

Baca Juga :  28 Pemain Ikuti Seleksi untuk Tim Futsal Kalteng Menuju Ajang Pra PON

“Tinggal menunggu respons dan pergerakan bakal calon lain, seperti apakah keluarga Sabran dan PDIP akan berjodoh, serta Koyem mendapatkan pasangan yang cocok,” tambahnya.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Palangka Raya (UPR) Jhon Retei menyebut pilkada tahun ini merupakan salah satu yang sangat ramai dalam tahap penjaringan. Hal itu berbanding terbalik dengan pilkada sebelumnya. Salah satu faktornya, pemimpin saat ini tidak bisa lagi ikut berkontestasi karena sudah berjalan dua periode.

Menurutnya, partai dengan suara terbanyak perolehan suara akan membentuk poros. Karena itu ada kemungkinan terbentuk tiga pasangan calon, walaupun poros-poros tersebut dibentuk dari PDIP, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra.

“Bisa saja empat partai pemenang terbanyak membentuk poros, kemungkinannya itu bisa terjadi, tetapi tidak mutlak, paling idealnya itu tiga pasang calon,” ucap Jhon.

Walaupun beberapa partai sudah menentukan bakal calon gubernur, tetapi akan terlihat lebih jelas ketika PDIP telah menentukan arah untuk mengusung calon. Sampai saat ini PDIP masih menunggu rekomendasi dari DPP. Sehingga nama-nama potensial dari kader mereka, seperti Agustiar, Supian Hadi, Willy M Yoseph, dan Sigit K Yunianto masih menunggu arahan.

“Kita tahu Partai Demokrat dan Partai Golkar sudah mengerucut, sedangkan PDIP masih tarik ulur, karena kita tahu ada mekanisme ketat di PDIP,” tuturnya.

Menanggapi isu pasangan Nadalsyah-Sigit, menurutnya itu sangat menarik. Namun PDIP pasti akan memiliki banyak pertimbangan, sehingga sulit untuk terwujud.

Selain itu, menurut dosen FISIP UPR itu, akan rugi bagi PDIP jika tidak mengambil momentum untuk membentuk poros. “Saya kira mereka (PDIP) kondisinya sedang bagus, mampu mengusung sendiri calon, karena bermodalkan raihan 10 kursi DPRD. Saya pikir PDIP akan mengambil kesempatan ini dengan sebaik mungkin,” ungkap Jhon. (irj/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Pesta demokrasi pemilihan gubernur (pilgub) dan wakil gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) makin menghangat. Banyak figur yang resmi mendaftar ke partai politik (parpol), baik sebagai bakal calon gubernur maupun calon wakil gubernur. Bahkan mereka sudah dipanggil oleh pengurus parpol tingkat provinsi hingga pusat untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test sebelum rekomendasi diberikan. Meskipun figur yang muncul lebih dari 10 orang, pengamat politik memperkirakan pada hajatan politik lima tahunan hanya ada tiga pasang yang bakal bertarung.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) Farid Zaky memprediksi, pilgub Kalteng tahun ini bakal diikuti tiga pasang, karena untuk mencapai empat pasang calon akan sulit. Apabila makin banyak calon, tentu akan memerlukan biaya besar. Ditambah lagi tahapan penyerehan berkas jalur independen telah ditutup.

“Saya kira maksimal bakal tiga pasang calon pada pemilih gubernur dan wakil gubernur nanti, itu juga kalau komunikasinya terpetakan. Dengan catatan, kita perlu melihat arah PDIP ke mana,” kata Farid Zaky saat diwawancara Kalteng Pos, Minggu (2/6).

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Mengingat partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu selalu mengusung kadernya pada tiap pemilu di Kalteng. Selain PDIP, saat ini yang sudah memastikan mengusung calon gubernur adalah Partai Golkar. Sejauh ini Golkar Kalteng sudah memastikan untuk mengusung Abdul Razak sebagai bacalgub.

“Jadi sudah dua ya, PDIP pasti mengusung kadernya dan Partai Golkar mengusung Abdul Razak. Satunya itu Nadalsyah, jika berhasil membuka komunikasi dengan tokoh barat atau tengah Kalteng, maka akan ada potensi tiga pasang,” tegas Farid.

Untuk partai lain, Farid memprediksi akan fleksibel masuk di jajaran tiga pasang tersebut. Namun ia juga menyebut bahwa segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Sejauh ini sudah sudah ada beberapa nama yang telah mengirimkan berkas penjaringan ke parpol. Mereka adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Nuryakin, Rahmat Nasution Hamka, Abdul Razak, Willy M Yoseph, Nadalsyah, Supian Hadi, Faridawaty Darland Atjeh, Iwan Kurniawan, Sigit K Yunianto, Edy Pratowo, Timerasi Labat, Perdie M Yoseph, Tugiyo Wiraatmojo, Mayor Jenderal TNI (Purn) Purwo Sudaryanto, dan Alue Dohong.

Baca Juga :  2 Hari, Jembatan Penghubung Desa Tuntas

Terkait isu pasangan Nadalsyah dan Sigit K Yunianto, Farid menyebut akan berat terwujud. Sebab, Sigit yang merupakan kader PDIP dengan posisi sebagai sekretaris DPD, sehingga ia yakin PDIP tetap menargetkan kader untuk menempati posisi gubernur.

“Kalau Koyem (panggilan akrab Nadalsyah) dan Sigit di posisi kedua, saya kira itu seperti kata warkop DKI; gengsi dong. Sampai saat ini PDIP masih menjadi partai pemenang di Kalteng dan pastinya membidik kursi KH 1,” ungkapnya.

Dosen FISIP UMPR itu menegaskan bahwa peta koalisi akan terang benderang setelah rapat kerja nasional (rakernas) PDIP dan dikeluarkan rekom sosok yang akan diusung.

Pria yang juga merupakan Direktur Eksekutif Barometer Kebijakan Publik dan Politik Daerah (BAJAKAH) itu menjelaskan, peta politik juga akan bergantung pada arah gerak keluarga Sabran. Mengingat Agustiar Sabran sebagai salah satu calon kuat, yang juga saudara kandung dari Gubernur Kalteng saat ini, sejauh ini belum memperlihatkan pergerakan.

“Selain gerak partai, arah keluarga Sabran juga akan menentukan peta politik. Namun sejauh ini belum ada pergerakan. Kalau nanti telah bergerak dan nyatakan sikap, maka peta perpolitikan juga akan bergerak. Jadi masih ada banyak kemungkinan,” tutur Farid.

Ia juga menanggapi baliho Abdul Razak dan Perdie M Yoseph dengan mengusung tagline yang sama, yakni Kalteng Amanah. Ia menilai itu sebagai sinyal kepada masyarakat bahwa kedua tokoh tersebut akan bergandengan.

“Saya kira itu sudah sesuai keinginan Pak Razak untuk menggandeng Perdie, karena wakilnya dari birokrat. Ditambah lagi lebih muda. Persilangan barat dan timur memenuhi. Saya kira itu sudah cocok,” tuturnya.

Baca Juga :  28 Pemain Ikuti Seleksi untuk Tim Futsal Kalteng Menuju Ajang Pra PON

“Tinggal menunggu respons dan pergerakan bakal calon lain, seperti apakah keluarga Sabran dan PDIP akan berjodoh, serta Koyem mendapatkan pasangan yang cocok,” tambahnya.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Palangka Raya (UPR) Jhon Retei menyebut pilkada tahun ini merupakan salah satu yang sangat ramai dalam tahap penjaringan. Hal itu berbanding terbalik dengan pilkada sebelumnya. Salah satu faktornya, pemimpin saat ini tidak bisa lagi ikut berkontestasi karena sudah berjalan dua periode.

Menurutnya, partai dengan suara terbanyak perolehan suara akan membentuk poros. Karena itu ada kemungkinan terbentuk tiga pasangan calon, walaupun poros-poros tersebut dibentuk dari PDIP, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra.

“Bisa saja empat partai pemenang terbanyak membentuk poros, kemungkinannya itu bisa terjadi, tetapi tidak mutlak, paling idealnya itu tiga pasang calon,” ucap Jhon.

Walaupun beberapa partai sudah menentukan bakal calon gubernur, tetapi akan terlihat lebih jelas ketika PDIP telah menentukan arah untuk mengusung calon. Sampai saat ini PDIP masih menunggu rekomendasi dari DPP. Sehingga nama-nama potensial dari kader mereka, seperti Agustiar, Supian Hadi, Willy M Yoseph, dan Sigit K Yunianto masih menunggu arahan.

“Kita tahu Partai Demokrat dan Partai Golkar sudah mengerucut, sedangkan PDIP masih tarik ulur, karena kita tahu ada mekanisme ketat di PDIP,” tuturnya.

Menanggapi isu pasangan Nadalsyah-Sigit, menurutnya itu sangat menarik. Namun PDIP pasti akan memiliki banyak pertimbangan, sehingga sulit untuk terwujud.

Selain itu, menurut dosen FISIP UPR itu, akan rugi bagi PDIP jika tidak mengambil momentum untuk membentuk poros. “Saya kira mereka (PDIP) kondisinya sedang bagus, mampu mengusung sendiri calon, karena bermodalkan raihan 10 kursi DPRD. Saya pikir PDIP akan mengambil kesempatan ini dengan sebaik mungkin,” ungkap Jhon. (irj/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/