Selasa, Juni 10, 2025
30.5 C
Palangkaraya

Astana Pangeran Mangkubumi di Kobar, Warisan Budaya Menyimpan Kisah Berharga 

PANGKALAN BUN-Astana Pangeran Mangkubumi merupakan salah satu cagar budaya yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), tepatnya di Jalan Pakunegara, Kelurahan Raja, Kecamatan Arut Selatan. Kata astana (Jawa Kuno) dapat diartikan sebagai istana atau tempat kediaman raja. Bangunan yang sudah berdiri sejak abad ke-18 itu menyimpan banyak kisah berharga.

Keturunan sekaligus juru pelihara Astana Pangeran Mangkubumi, Gusti Muhammad Sulaiman, menceritakan kepada pengunjung sejarah dan barang-barang peninggalan Pangeran Mangkubumi yang tersimpan rapi di astana, Kamis (3/4).FOTO: MUTOHAROH/KALTENG POS

Menurut Gusti Muhammad Sulaiman, keturunan sekaligus juru pelihara Astana Pangeran Mangkubumi, bangunan ini diperkirakan berdiri antara tahun 1820 hingga 1850. Memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai tempat tinggal Pangeran Mangkubumi beserta anak-anaknya, hingga kini warisan ini dijaga dan dirawat dengan baik oleh para keturunannya.

“Di astana ini sebenarnya ada dua bangunan, yakni bangunan lama yang diperkirakan dibangun tahun 1820 dan bangunan baru yang dibangun sekitar tahun 1850,” beber Gusti Muhammad Sulaiman kepada Kalteng Pos, Kamis (3/4).

Sebagai kediaman pangeran dan keturunannya, astana ini menyimpan berbagai peninggalan berharga, seperti perabotan rumah tangga, pakaian tradisional, serta alat makan dan masak yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peninggalan yang paling berharga adalah naskah kuno yang ditemukan tahun 2021.

Tampak lokasi pemandian tujuh putri. FOTO: MUTOHAROH/KALTENG POS

“Kebetulan naskah itu yang terutama adalah Al-Qur’an yang ditulis tangan. Kedua, ada surat cerita, ada istilahnya itu, hukum-hukum Islam ada juga. Ada pula istilah cerita-cerita dahulu terkait kehidupan beliau, seperti kerjaan beliau, tetapi kebanyakan naskah-naskah itu menggunakan bahasa Arab, tulisan bahasa Arab gundul, dan bahasanya itu bahasa Melayu,” jelas Gusti Muhammad Sulaiman.

Selain itu, peninggalan yang masih dirawat adalah pakaian berwarna kuning yang menjadi simbol adat dan kebesaran. Warna ini biasanya digunakan dalam upacara adat seperti tampung tawar, karena warna ini melambangkan kemakmuran dan kehormatan.

Sebagai bagian dari pelestarian budaya, keluarga keturunan Pangeran Mangkubumi masih rutin mengadakan berbagai kegiatan di astana ini. Beberapa tradisi yang masih dilestarikan yakni arisan keluarga, selawatan, serta perayaan bubur suro yang digelar tiap tahun.

Baca Juga : 
Banyak Destinasi Wisata Menarik di Kalteng

“Jadi aktivitas ini masih diadakan oleh keluarga, seperti untuk keagamaan, arisan keluarga tetap kami adakan, seperti saat maulidan atau Isra Mikraj, sekalian arisan keluarga,” tambahnya.

Selain astana, terdapat pula kolam pemandian yang dikenal dengan nama Kolam Pemandian Tujuh Putri. Dahulu kolam ini merupakan tempat pemandian tujuh putri Pangeran Adibati. Hingga kini, kolam tersebut masih sering dikunjungi para peziarah, terutama pada hari-hari tertentu, yakni Jumat, Senin, dan Kamis.

Sebagai tempat bersejarah, pengunjung yang datang ke Astana Pangeran Mangkubumi diharapkan untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pengunjung wajib mengucapkan salam atau permisi sebelum memasuki area astana, serta menjaga tutur kata agar tidak berlebihan. Selain itu, terdapat larangan bagi perempuan yang sedang menstruasi untuk memasuki area tertentu, sebagaimana kebiasaan yang telah turun-temurun.

“Kami ingin agar tiap orang yang datang dapat menghormati tempat ini, mengingat ini adalah kediaman pangeran dan keluarganya pada masa lalu. Selain itu, beberapa peralatan dan barang peninggalan di sini sudah mulai termakan usia, sehingga perlu dijaga dan dirawat agar tidak rusak,” jelasnya.

Seiring meningkatnya minat pengunjung sejak 2023 lalu, upaya pelestarian Astana Pangeran Mangkubumi membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah. Keluarga besar keturunan Pangeran Mangkubumi berharap bangunan tersebut direnovasi seperlunya tanpa mengubah keaslian warisan bangunan.

“Kami berharap astana ini tetap lestari dan bisa terus menjadi tempat edukasi sejarah bagi generasi mendatang, kami juga mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap warisan budaya yang ada di Kotawaringin Barat ini,” kata Gusti Muhammad Sulaiman.

Baca Juga : 
Mantan Plt Kadisdik Katingan Dua Kali Menang Praperadilan

Pada momen libur Lebaran tahun ini, banyak wisatawan yang datang ke astana ini untuk mengenang sejarah dan masa lalu yang pernah eksis di Kota Manis (sebutan Kota Pangkalan Bun).

Salah satu pengunjung, Murni, mengaku rela menempuha perjalanan jauh dari Palangka Raya hanya untuk mengenalkan sejarah Astana Pangeran Mangkubumi kepada keluarganya.

“Kebetulan saya lahir di Pangkalan Bun, tetapi sudah sekitar 52 tahun merantau ke Palangka Raya karena tugas sang ayah. Dahulu sewaktu masih kecil, saya sempat bertemu dengan Ratu. Beliau sering keluar saat pagi hari menunggu orang yang berjualan kue-kue. Jadi, saya ke sini sambil mengenang masa lalu,” ucapnya bernostalgia.

Selain Murni, ada Saifullah yang datang bersama keluarga besarnya dari Sampit. Ia mengaku sudah lama ingin berkunjung ke Astana Pangeran Mangkubumi, tetapi baru kali ini punya kesempatan bersama istri dan anaknya. Ia mengaku sangat penasaran setelah melihat informasi dari internet. Ternyata, selain Istana Kuning, ada juga Astana Pangeran Mangkubumi. Karena itulah ia ingin mengajak anak-anaknya untuk belajar sejarah sambil berlibur pada momen libur Lebaran tahun ini.

“Memang rencana kami sejak beberapa tahun lalu, tetapi baru sekarang ada waktu yang cukup panjang untuk liburan, sambil ajak anak-anak agar tahu sejarah pengeran kita ini siapa, ada tempat bersejarah apa saja, jadi tidak hanya Istana Kuning saja,” ungkapnya.

Astana Pangeran Mangkubumi di Pangkalan Bun menjadi salah satu tempat bersejarah yang menyimpan nilai-nilai budaya. Dengan makin meningkatnya minat wisatawan, diharapkan cagar budaya ini dapat terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari sejarah di tanah Kalimantan Tengah. (mut/ce/ala)

PANGKALAN BUN-Astana Pangeran Mangkubumi merupakan salah satu cagar budaya yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), tepatnya di Jalan Pakunegara, Kelurahan Raja, Kecamatan Arut Selatan. Kata astana (Jawa Kuno) dapat diartikan sebagai istana atau tempat kediaman raja. Bangunan yang sudah berdiri sejak abad ke-18 itu menyimpan banyak kisah berharga.

Keturunan sekaligus juru pelihara Astana Pangeran Mangkubumi, Gusti Muhammad Sulaiman, menceritakan kepada pengunjung sejarah dan barang-barang peninggalan Pangeran Mangkubumi yang tersimpan rapi di astana, Kamis (3/4).FOTO: MUTOHAROH/KALTENG POS

Menurut Gusti Muhammad Sulaiman, keturunan sekaligus juru pelihara Astana Pangeran Mangkubumi, bangunan ini diperkirakan berdiri antara tahun 1820 hingga 1850. Memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai tempat tinggal Pangeran Mangkubumi beserta anak-anaknya, hingga kini warisan ini dijaga dan dirawat dengan baik oleh para keturunannya.

“Di astana ini sebenarnya ada dua bangunan, yakni bangunan lama yang diperkirakan dibangun tahun 1820 dan bangunan baru yang dibangun sekitar tahun 1850,” beber Gusti Muhammad Sulaiman kepada Kalteng Pos, Kamis (3/4).

Sebagai kediaman pangeran dan keturunannya, astana ini menyimpan berbagai peninggalan berharga, seperti perabotan rumah tangga, pakaian tradisional, serta alat makan dan masak yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peninggalan yang paling berharga adalah naskah kuno yang ditemukan tahun 2021.

Tampak lokasi pemandian tujuh putri. FOTO: MUTOHAROH/KALTENG POS

“Kebetulan naskah itu yang terutama adalah Al-Qur’an yang ditulis tangan. Kedua, ada surat cerita, ada istilahnya itu, hukum-hukum Islam ada juga. Ada pula istilah cerita-cerita dahulu terkait kehidupan beliau, seperti kerjaan beliau, tetapi kebanyakan naskah-naskah itu menggunakan bahasa Arab, tulisan bahasa Arab gundul, dan bahasanya itu bahasa Melayu,” jelas Gusti Muhammad Sulaiman.

Selain itu, peninggalan yang masih dirawat adalah pakaian berwarna kuning yang menjadi simbol adat dan kebesaran. Warna ini biasanya digunakan dalam upacara adat seperti tampung tawar, karena warna ini melambangkan kemakmuran dan kehormatan.

Sebagai bagian dari pelestarian budaya, keluarga keturunan Pangeran Mangkubumi masih rutin mengadakan berbagai kegiatan di astana ini. Beberapa tradisi yang masih dilestarikan yakni arisan keluarga, selawatan, serta perayaan bubur suro yang digelar tiap tahun.

Baca Juga : 
Banyak Destinasi Wisata Menarik di Kalteng

“Jadi aktivitas ini masih diadakan oleh keluarga, seperti untuk keagamaan, arisan keluarga tetap kami adakan, seperti saat maulidan atau Isra Mikraj, sekalian arisan keluarga,” tambahnya.

Selain astana, terdapat pula kolam pemandian yang dikenal dengan nama Kolam Pemandian Tujuh Putri. Dahulu kolam ini merupakan tempat pemandian tujuh putri Pangeran Adibati. Hingga kini, kolam tersebut masih sering dikunjungi para peziarah, terutama pada hari-hari tertentu, yakni Jumat, Senin, dan Kamis.

Sebagai tempat bersejarah, pengunjung yang datang ke Astana Pangeran Mangkubumi diharapkan untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pengunjung wajib mengucapkan salam atau permisi sebelum memasuki area astana, serta menjaga tutur kata agar tidak berlebihan. Selain itu, terdapat larangan bagi perempuan yang sedang menstruasi untuk memasuki area tertentu, sebagaimana kebiasaan yang telah turun-temurun.

“Kami ingin agar tiap orang yang datang dapat menghormati tempat ini, mengingat ini adalah kediaman pangeran dan keluarganya pada masa lalu. Selain itu, beberapa peralatan dan barang peninggalan di sini sudah mulai termakan usia, sehingga perlu dijaga dan dirawat agar tidak rusak,” jelasnya.

Seiring meningkatnya minat pengunjung sejak 2023 lalu, upaya pelestarian Astana Pangeran Mangkubumi membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah. Keluarga besar keturunan Pangeran Mangkubumi berharap bangunan tersebut direnovasi seperlunya tanpa mengubah keaslian warisan bangunan.

“Kami berharap astana ini tetap lestari dan bisa terus menjadi tempat edukasi sejarah bagi generasi mendatang, kami juga mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap warisan budaya yang ada di Kotawaringin Barat ini,” kata Gusti Muhammad Sulaiman.

Baca Juga : 
Mantan Plt Kadisdik Katingan Dua Kali Menang Praperadilan

Pada momen libur Lebaran tahun ini, banyak wisatawan yang datang ke astana ini untuk mengenang sejarah dan masa lalu yang pernah eksis di Kota Manis (sebutan Kota Pangkalan Bun).

Salah satu pengunjung, Murni, mengaku rela menempuha perjalanan jauh dari Palangka Raya hanya untuk mengenalkan sejarah Astana Pangeran Mangkubumi kepada keluarganya.

“Kebetulan saya lahir di Pangkalan Bun, tetapi sudah sekitar 52 tahun merantau ke Palangka Raya karena tugas sang ayah. Dahulu sewaktu masih kecil, saya sempat bertemu dengan Ratu. Beliau sering keluar saat pagi hari menunggu orang yang berjualan kue-kue. Jadi, saya ke sini sambil mengenang masa lalu,” ucapnya bernostalgia.

Selain Murni, ada Saifullah yang datang bersama keluarga besarnya dari Sampit. Ia mengaku sudah lama ingin berkunjung ke Astana Pangeran Mangkubumi, tetapi baru kali ini punya kesempatan bersama istri dan anaknya. Ia mengaku sangat penasaran setelah melihat informasi dari internet. Ternyata, selain Istana Kuning, ada juga Astana Pangeran Mangkubumi. Karena itulah ia ingin mengajak anak-anaknya untuk belajar sejarah sambil berlibur pada momen libur Lebaran tahun ini.

“Memang rencana kami sejak beberapa tahun lalu, tetapi baru sekarang ada waktu yang cukup panjang untuk liburan, sambil ajak anak-anak agar tahu sejarah pengeran kita ini siapa, ada tempat bersejarah apa saja, jadi tidak hanya Istana Kuning saja,” ungkapnya.

Astana Pangeran Mangkubumi di Pangkalan Bun menjadi salah satu tempat bersejarah yang menyimpan nilai-nilai budaya. Dengan makin meningkatnya minat wisatawan, diharapkan cagar budaya ini dapat terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari sejarah di tanah Kalimantan Tengah. (mut/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/