Sabtu, November 23, 2024
24.3 C
Palangkaraya

Melihat Potensi Peternakan di Bumi Tambun Bungai

Beruntung pada 2016 Giya bertemu dengan seorang dokter hewan yang juga merupakan penyuluh peternakan. Giya menceritakan permasalahannya. Dokter penyuluh itu bersedia membantu mengobati ketujuh kambingnya. Setelah tiga kali diberi suntikan, sembuh.

“Sangat beruntung bisa ketemu penyuluh yang juga dokter hewan bernama Pak Eko. Akhirnya kambing-kambing saya itu sehat lagi dan beranak pinak hingga sekarang,” ungkapnya.

Ditanya soal jenis kambing yang dilihara, Giya memilih kambing jenis peranakan Etawa, yaitu kambing hasil silangan antara kambing Etawa dan kambing lokal. “Jenis kambing peranakan Etawa jauh lebih disarankan, karena jenis kambing ini tahan banting dan mudah beradaptasi dengan lingkungan,” ucapnya.

Dikatakan Giya, untuk memulai ternak kambing, yang harus disiapkan adalah kandang. Kalau hanya memiliki sedikit modal, bisa dibuat seadanya, seperti pada peternakan kambing tradisional yang memiliki kandang dengan desain sederhana.

Baca Juga :  Inisiatif MKTR Tingkatkan Kualitas Petani Sawit Rakyat di Kabupaten Lamandau

“Dahulu kandang ini sangat sederhana, hanya bermodal paku. Untuk kayu, kami gunakan kayu bulat yang banyak tumbuh liar di hutan. Kemudian untuk atapnya cukup menggunakan daun dan kain spanduk bekas,” tutur Giya.

“Alhamdulillah sekarang kami sudah bisa bangun kandang yang layak dan lebih modern. Kayunya sudah menggunakan kayu ulin dengan atap seng. Tidak besar sih. Lebarnya 16 meter, panjang 35 meter, dan tinggi lantai dari tanah sekitar 1,3 meter. Meski tidak besar ukurnanya, tapi untuk membuatnya kami habiskan dana Rp250 juta,” bebernya.

Untuk pakan ternak, Giya tidak terlalu repot mencarinya. Karena rerumputan atau tanaman hijau seperti daun-daunan sangat melimpah di sekitar rumah. Ini juga menjadi satu alasan kenapa dia memilih beternak di Kabupaten Seruyan. ” Di sini banyak perkebunan, jadi rumput juga sangat melimpah,” sebutnya.

Baca Juga :  Gubernur Tegaskan Surat Edaran tentang Orang Masuk Kalteng Masih Berlaku

Lebih lanjut dikatakannya, perhitungan yang cermat dalam menjalankan sebuah bisnis sangatlah dibutuhkan agar menghindari kerugian yang besar. Begitupun dalam berbisnis ternak kambing.

“Harus tahu kapan kambing kawin. Ini penting agar kambing bisa terus beranak pinak. Minimal dalam setahun kambing harus beranak dua kali,” tuturnya.

Beruntung pada 2016 Giya bertemu dengan seorang dokter hewan yang juga merupakan penyuluh peternakan. Giya menceritakan permasalahannya. Dokter penyuluh itu bersedia membantu mengobati ketujuh kambingnya. Setelah tiga kali diberi suntikan, sembuh.

“Sangat beruntung bisa ketemu penyuluh yang juga dokter hewan bernama Pak Eko. Akhirnya kambing-kambing saya itu sehat lagi dan beranak pinak hingga sekarang,” ungkapnya.

Ditanya soal jenis kambing yang dilihara, Giya memilih kambing jenis peranakan Etawa, yaitu kambing hasil silangan antara kambing Etawa dan kambing lokal. “Jenis kambing peranakan Etawa jauh lebih disarankan, karena jenis kambing ini tahan banting dan mudah beradaptasi dengan lingkungan,” ucapnya.

Dikatakan Giya, untuk memulai ternak kambing, yang harus disiapkan adalah kandang. Kalau hanya memiliki sedikit modal, bisa dibuat seadanya, seperti pada peternakan kambing tradisional yang memiliki kandang dengan desain sederhana.

Baca Juga :  Inisiatif MKTR Tingkatkan Kualitas Petani Sawit Rakyat di Kabupaten Lamandau

“Dahulu kandang ini sangat sederhana, hanya bermodal paku. Untuk kayu, kami gunakan kayu bulat yang banyak tumbuh liar di hutan. Kemudian untuk atapnya cukup menggunakan daun dan kain spanduk bekas,” tutur Giya.

“Alhamdulillah sekarang kami sudah bisa bangun kandang yang layak dan lebih modern. Kayunya sudah menggunakan kayu ulin dengan atap seng. Tidak besar sih. Lebarnya 16 meter, panjang 35 meter, dan tinggi lantai dari tanah sekitar 1,3 meter. Meski tidak besar ukurnanya, tapi untuk membuatnya kami habiskan dana Rp250 juta,” bebernya.

Untuk pakan ternak, Giya tidak terlalu repot mencarinya. Karena rerumputan atau tanaman hijau seperti daun-daunan sangat melimpah di sekitar rumah. Ini juga menjadi satu alasan kenapa dia memilih beternak di Kabupaten Seruyan. ” Di sini banyak perkebunan, jadi rumput juga sangat melimpah,” sebutnya.

Baca Juga :  Gubernur Tegaskan Surat Edaran tentang Orang Masuk Kalteng Masih Berlaku

Lebih lanjut dikatakannya, perhitungan yang cermat dalam menjalankan sebuah bisnis sangatlah dibutuhkan agar menghindari kerugian yang besar. Begitupun dalam berbisnis ternak kambing.

“Harus tahu kapan kambing kawin. Ini penting agar kambing bisa terus beranak pinak. Minimal dalam setahun kambing harus beranak dua kali,” tuturnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/