Sabtu, April 12, 2025
31.8 C
Palangkaraya

Selamat Hari Buku Anak Sedunia;Banyak Anak di Pelosok Belum Terjangkau Literasi

PALANGKA RAYA-Hari Buku Anak Sedunia menjadi pengingat bahwa meski dunia berubah cepat, nilai sebuah buku tidak akan pernah pudar. Buku tetap menjadi jendela dunia, jembatan menuju cita-cita, dan sahabat dalam perjalanan kehidupan.

Tiap tanggal 2 April, dunia memperingati Hari Buku Anak Sedunia. Di Kalimantan Tengah (Kalteng), tepatnya di bawah payung komunitas Pensil Kita, perayaan ini tidak hanya menjadi simbol semata, melainkan sebuah panggilan. Panggilan untuk terus bergerak, mendekatkan anak-anak dengan dunia literasi, menghadirkan imajinasi, dan menyalakan mimpi generasi muda lewat halaman-halaman buku.

Komunitas Pensil Kita yang berfokus pada pendidikan, sosial, dan lingkungan, telah menjadikan gerakan literasi sebagai napas utama perjuangan mereka. Ricky Dwi Suhardi, pendiri sekaligus ketua Pensil Kita ID menjelaskan, peringatan Hari Buku Anak Sedunia saban tahun menjadi pengingat agar mereka tak pernah berhenti membuka ruang-ruang literasi yang ramah dan menyenangkan bagi anak-anak.

“Tiap anak berhak tumbuh bersama cerita, berimajinasi setinggi langit, dan menjelajahi dunia lewat buku. Tugas kita adalah menciptakan ruang agar itu bisa terwujud,” ucap Ricky, Jumat (4/4).

Dengan berbagai keterbatasan akses buku yang masih dialami sebagian besar anak di pelosok Kalteng, Pensil Kita mencoba menjawab tantangan itu dengan cara unik dan penuh kehangatan, membawa gerobak berisi ratusan buku ke tengah-tengah masyarakat. Lapak baca digelar di taman, lapangan, dan rutin tiap hari Minggu pagi di kawasan car free day (CFD), Jalan Yos Sudarso, Kota Palangka Raya.

Ricky menyebut anak-anak datang berbondong-bondong. Tak ada gadget, tak ada layar. Hanya tikar sederhana, buku-buku bergambar, dan suara tawa anak-anak yang saling menunjukkan halaman favorit masing-masing. Mereka menyentuh kertas, meraba gambar, dan untuk sejenak menjauh dari dunia maya, menuju dunia yang lebih nyata—dunia di dalam buku.

“Kami tidak melarang gadget. Tapi kami menawarkan alternatif, buku yang bisa disentuh, dibaca bersama, dan dinikmati dengan teman-teman. Pengalaman ini sangat berbeda,” tutur Ricky.

Bahkan, respons anak-anak sering kali polos, tetapi menyentuh hati.

“Kakak, besok ke sini lagi nggak?”, “Kak, boleh nggak aku bawa pulang bukunya?”, atau “Kak, buku ini kok enggak ada gambarnya?”

Baca Juga :  Suka Membaca, Jauhkan Dampak Negatif Gadget

Kalimat-kalimat itu, menurut Ricky, adalah bahan bakar semangat yang tak pernah padam.

Selain menyediakan akses terhadap buku, Pensil Kita juga aktif membacakan cerita untuk anak-anak yang belum bisa membaca. Buku yang dipilih adalah cerita bergambar, dongeng lokal, dan cerita yang dekat dengan keseharian anak.

“Kami percaya bahwa cerita yang sederhana, akrab dengan kehidupan anak, dan disampaikan dengan bahasa yang mudah, bisa menjadi pintu masuk kecintaan mereka pada buku,” katanya.

Berdasarkan pengalaman mereka, buku bergambar seperti dongeng klasik, cerita rakyat, ensiklopedia anak, hingga majalah seperti Bobo merupakan pemantik awal yang efektif dalam menumbuhkan minat baca anak-anak.

Jika ada satu pesan yang ingin disampaikan Pensil Kita kepada seluruh anak Indonesia, khususnya Kalteng, lanjut Ricky, maka pesan itu ialah “Buku adalah sahabatmu dari kecil hingga dewasa. Dari cerita sederhana, kamu bisa menemukan pelajaran besar. Buka satu halaman hari ini, dan kamu akan menjelajahi dunia yang belum pernah kamu lihat. Teruslah membaca. Dunia menunggu untuk kamu jelajahi.”

Dukungan terhadap gerakan literasi anak tidak datang dari komunitas saja. Pengamat pendidikan Kalimantan Tengah, Dr. Guntur Talajan, S.H., M.Pd., juga memberikan pandangan kritis dan mendalam pada peringatan Hari Buku Anak Sedunia tahun ini. Ia menegaskan, membaca adalah kebutuhan dasar anak, dan perpustakaan harus diperlakukan sebagai layanan dasar, setara dengan fasilitas kesehatan.

“Saat libur nasional, puskesmas tetap buka, maka perpustakaan pun tidak boleh tutup. Membaca adalah kebutuhan tiap hari, sama seperti makan dan minum,” ucapnya, Jumat (4/4).

Guntur juga mendorong agar peringatan Hari Buku Anak Sedunia tidak hanya menjadi seremonial sesaat, tetapi gerakan berkelanjutan yang menyentuh keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas. Sosialisasi literasi harus digaungkan terus-menerus, terutama di daerah terpencil yang aksesnya masih terbatas.

Menurutnya, saat ini masih banyak anak di pelosok yang belum terjangkau literasi. Perpustakaan sekolah belum memadai. Pojok baca di rumah hampir tidak ada. Toko buku pun langka. Kegiatan membaca belum menjadi budaya. Padahal, anak-anak di daerah memiliki potensi besar dan daya pikir luar biasa jika diberi dukungan dan akses memadai.

“Anak-anak yang tumbuh bersama buku sejak dini akan memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial yang seimbang. Mereka akan lebih fokus, berempati, dan punya arah hidup yang jelas. Buku bukan hanya media, tetapi mentor yang hidup,” katanya.

Baca Juga :  Gubernur Ajak Swasta Ikut Kelola Lahan Kampung NU di Humbang Raya

Ia juga menyoroti pentingnya penguatan perpustakaan desa, kolaborasi dengan kepala desa dan camat, serta dukungan dari perusahaan-perusahaan besar melalui CSR untuk membantu distribusi buku dan penyediaan fasilitas baca. Menurutnya, program gerakan membaca usia dini akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak sejak dini.

“Anak yang suka membaca sejak kecil cenderung lebih taat, hormat pada guru dan orang tua, serta lebih mampu mengendalikan diri. Saat remaja, mereka tak mudah terjerumus ke hal-hal negatif. Ketika dewasa, mereka jadi pemuda yang cerdas, bijak, dan penuh empati,” tambahnya.

Di sisi lain, momentum ini juga menjadi refleksi penting bagi semua pihak, baik orang tua, guru, pemerintah, maupun masyarakat. Budaya membaca tidak akan tumbuh tanpa keterlibatan kolektif. Dimulai dari orang tua di rumah, membacakan cerita kepada anak-anak sebelum tidur, menghadirkan pojok baca, atau membelikan buku bersamaan dengan pakaian dan mainan.

Lebih lanjut Guntur mengatakan, guru juga memiliki peran vital. Jadwal membaca wajib di perpustakaan, lomba membaca, dan integrasi literasi dalam pelajaran bisa menjadi langkah awal. Sekolah harus menyediakan ruang baca yang nyaman, lengkap, dan terintegrasi dalam kurikulum pembelajaran.

Pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan, daerah, dan DPR, diharapkan memberikan anggaran literasi yang sebanding dengan anggaran pendidikan dan kesehatan. Pemerataan buku berkualitas hingga ke desa-desa, harus menjadi prioritas nasional.

“Pesan dan imbauan saya buat anak-anak, biasakan membaca buku dan berkunjung ke perpustakaan atau toko buku. Salam literasi 5B (buku, buka, baca, budaya, bisa),” tambahnya.

Guntur juga berpesan kepada para orang tua untuk sesering mungkin membeli buku-buku cerita, buku gambar, serta buatlah pojok baca di rumah masing-masing.

“Sementara, bagi pihak sekolah, buatkan jadwal baca buku di perpustakaan. Untuk pembuat kebijakan, programkan dan anggarkan untuk buku kurang lebih atau sama dengan anggaran pendidikan dan kesehatan. Jangan sampai ruang perpustakaan sama seperti gudang,” tutupnya. (ovi/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Hari Buku Anak Sedunia menjadi pengingat bahwa meski dunia berubah cepat, nilai sebuah buku tidak akan pernah pudar. Buku tetap menjadi jendela dunia, jembatan menuju cita-cita, dan sahabat dalam perjalanan kehidupan.

Tiap tanggal 2 April, dunia memperingati Hari Buku Anak Sedunia. Di Kalimantan Tengah (Kalteng), tepatnya di bawah payung komunitas Pensil Kita, perayaan ini tidak hanya menjadi simbol semata, melainkan sebuah panggilan. Panggilan untuk terus bergerak, mendekatkan anak-anak dengan dunia literasi, menghadirkan imajinasi, dan menyalakan mimpi generasi muda lewat halaman-halaman buku.

Komunitas Pensil Kita yang berfokus pada pendidikan, sosial, dan lingkungan, telah menjadikan gerakan literasi sebagai napas utama perjuangan mereka. Ricky Dwi Suhardi, pendiri sekaligus ketua Pensil Kita ID menjelaskan, peringatan Hari Buku Anak Sedunia saban tahun menjadi pengingat agar mereka tak pernah berhenti membuka ruang-ruang literasi yang ramah dan menyenangkan bagi anak-anak.

“Tiap anak berhak tumbuh bersama cerita, berimajinasi setinggi langit, dan menjelajahi dunia lewat buku. Tugas kita adalah menciptakan ruang agar itu bisa terwujud,” ucap Ricky, Jumat (4/4).

Dengan berbagai keterbatasan akses buku yang masih dialami sebagian besar anak di pelosok Kalteng, Pensil Kita mencoba menjawab tantangan itu dengan cara unik dan penuh kehangatan, membawa gerobak berisi ratusan buku ke tengah-tengah masyarakat. Lapak baca digelar di taman, lapangan, dan rutin tiap hari Minggu pagi di kawasan car free day (CFD), Jalan Yos Sudarso, Kota Palangka Raya.

Ricky menyebut anak-anak datang berbondong-bondong. Tak ada gadget, tak ada layar. Hanya tikar sederhana, buku-buku bergambar, dan suara tawa anak-anak yang saling menunjukkan halaman favorit masing-masing. Mereka menyentuh kertas, meraba gambar, dan untuk sejenak menjauh dari dunia maya, menuju dunia yang lebih nyata—dunia di dalam buku.

“Kami tidak melarang gadget. Tapi kami menawarkan alternatif, buku yang bisa disentuh, dibaca bersama, dan dinikmati dengan teman-teman. Pengalaman ini sangat berbeda,” tutur Ricky.

Bahkan, respons anak-anak sering kali polos, tetapi menyentuh hati.

“Kakak, besok ke sini lagi nggak?”, “Kak, boleh nggak aku bawa pulang bukunya?”, atau “Kak, buku ini kok enggak ada gambarnya?”

Baca Juga :  Suka Membaca, Jauhkan Dampak Negatif Gadget

Kalimat-kalimat itu, menurut Ricky, adalah bahan bakar semangat yang tak pernah padam.

Selain menyediakan akses terhadap buku, Pensil Kita juga aktif membacakan cerita untuk anak-anak yang belum bisa membaca. Buku yang dipilih adalah cerita bergambar, dongeng lokal, dan cerita yang dekat dengan keseharian anak.

“Kami percaya bahwa cerita yang sederhana, akrab dengan kehidupan anak, dan disampaikan dengan bahasa yang mudah, bisa menjadi pintu masuk kecintaan mereka pada buku,” katanya.

Berdasarkan pengalaman mereka, buku bergambar seperti dongeng klasik, cerita rakyat, ensiklopedia anak, hingga majalah seperti Bobo merupakan pemantik awal yang efektif dalam menumbuhkan minat baca anak-anak.

Jika ada satu pesan yang ingin disampaikan Pensil Kita kepada seluruh anak Indonesia, khususnya Kalteng, lanjut Ricky, maka pesan itu ialah “Buku adalah sahabatmu dari kecil hingga dewasa. Dari cerita sederhana, kamu bisa menemukan pelajaran besar. Buka satu halaman hari ini, dan kamu akan menjelajahi dunia yang belum pernah kamu lihat. Teruslah membaca. Dunia menunggu untuk kamu jelajahi.”

Dukungan terhadap gerakan literasi anak tidak datang dari komunitas saja. Pengamat pendidikan Kalimantan Tengah, Dr. Guntur Talajan, S.H., M.Pd., juga memberikan pandangan kritis dan mendalam pada peringatan Hari Buku Anak Sedunia tahun ini. Ia menegaskan, membaca adalah kebutuhan dasar anak, dan perpustakaan harus diperlakukan sebagai layanan dasar, setara dengan fasilitas kesehatan.

“Saat libur nasional, puskesmas tetap buka, maka perpustakaan pun tidak boleh tutup. Membaca adalah kebutuhan tiap hari, sama seperti makan dan minum,” ucapnya, Jumat (4/4).

Guntur juga mendorong agar peringatan Hari Buku Anak Sedunia tidak hanya menjadi seremonial sesaat, tetapi gerakan berkelanjutan yang menyentuh keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas. Sosialisasi literasi harus digaungkan terus-menerus, terutama di daerah terpencil yang aksesnya masih terbatas.

Menurutnya, saat ini masih banyak anak di pelosok yang belum terjangkau literasi. Perpustakaan sekolah belum memadai. Pojok baca di rumah hampir tidak ada. Toko buku pun langka. Kegiatan membaca belum menjadi budaya. Padahal, anak-anak di daerah memiliki potensi besar dan daya pikir luar biasa jika diberi dukungan dan akses memadai.

“Anak-anak yang tumbuh bersama buku sejak dini akan memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial yang seimbang. Mereka akan lebih fokus, berempati, dan punya arah hidup yang jelas. Buku bukan hanya media, tetapi mentor yang hidup,” katanya.

Baca Juga :  Gubernur Ajak Swasta Ikut Kelola Lahan Kampung NU di Humbang Raya

Ia juga menyoroti pentingnya penguatan perpustakaan desa, kolaborasi dengan kepala desa dan camat, serta dukungan dari perusahaan-perusahaan besar melalui CSR untuk membantu distribusi buku dan penyediaan fasilitas baca. Menurutnya, program gerakan membaca usia dini akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak sejak dini.

“Anak yang suka membaca sejak kecil cenderung lebih taat, hormat pada guru dan orang tua, serta lebih mampu mengendalikan diri. Saat remaja, mereka tak mudah terjerumus ke hal-hal negatif. Ketika dewasa, mereka jadi pemuda yang cerdas, bijak, dan penuh empati,” tambahnya.

Di sisi lain, momentum ini juga menjadi refleksi penting bagi semua pihak, baik orang tua, guru, pemerintah, maupun masyarakat. Budaya membaca tidak akan tumbuh tanpa keterlibatan kolektif. Dimulai dari orang tua di rumah, membacakan cerita kepada anak-anak sebelum tidur, menghadirkan pojok baca, atau membelikan buku bersamaan dengan pakaian dan mainan.

Lebih lanjut Guntur mengatakan, guru juga memiliki peran vital. Jadwal membaca wajib di perpustakaan, lomba membaca, dan integrasi literasi dalam pelajaran bisa menjadi langkah awal. Sekolah harus menyediakan ruang baca yang nyaman, lengkap, dan terintegrasi dalam kurikulum pembelajaran.

Pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan, daerah, dan DPR, diharapkan memberikan anggaran literasi yang sebanding dengan anggaran pendidikan dan kesehatan. Pemerataan buku berkualitas hingga ke desa-desa, harus menjadi prioritas nasional.

“Pesan dan imbauan saya buat anak-anak, biasakan membaca buku dan berkunjung ke perpustakaan atau toko buku. Salam literasi 5B (buku, buka, baca, budaya, bisa),” tambahnya.

Guntur juga berpesan kepada para orang tua untuk sesering mungkin membeli buku-buku cerita, buku gambar, serta buatlah pojok baca di rumah masing-masing.

“Sementara, bagi pihak sekolah, buatkan jadwal baca buku di perpustakaan. Untuk pembuat kebijakan, programkan dan anggarkan untuk buku kurang lebih atau sama dengan anggaran pendidikan dan kesehatan. Jangan sampai ruang perpustakaan sama seperti gudang,” tutupnya. (ovi/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/