PALANGKA RAYA- Tanah seluas 30×60 meter di Kelurahan Kalampangan itu tampak hijau. Beraneka ragam macam tanaman sayur dan buah tumbuh subur. Lahan gambut itu dirawat oleh Randi dan Rusman. Petani muda dari pegiat JPIC yang bergerak dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Usianya masih terbilang muda. Keduanya belum genap 30 tahun.
Di lahan pekarangan itu, mereka mempraktikkan bercocok tanam tanpa menggunakan bahan kimia. Mulai dari menetralisir asam, pestisida, dan pupuk. Semua menggunakan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan.
Kebetulan, saat wartawan Kalteng Pos berkunjung ke ladangnya, ada kunjungan dari belasan orang yang merupakan perwakilan warga dan kelompok tani dari lima daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Kalimantan Tengah (Kalteng). Mereka belajar langsung proses bercocok tanam ramah lingkungan dan “jurus” agar tanaman bisa tumbuh subur dan bisa dipanen.
Ada dua hal yang menarik dari apa yang disampaikan oleh Randi. Pemuda yang merantau dari Nusa Tenggara Timur pada tahun 2006 itu menjelaskan soal penggunaan pupuk dan pestisida. Untuk pestisida yang dipakai untuk mengusir hama, hanya menggunakan bahan bawang putih, sirih, dan lengkuas dicampur dengan air secukupnya. Lalu dibiarkan selama 24 jam sebelum akhirnya disemprotkan ke daun-daun yang ditanam.
Lalu, untuk pupuk, jelas Randi, memakai eco enzyme atau cairan hasil fermentasi dari sayur dan buah segar. “Kami tak pakai pupuk kimia. Kami memfermentasi sisa sayur dan kulit buah segar dicampur dengan gula merah atau gula aren. Proses fermentasi sendiri selama tiga bulan,”ujar pemilik nama lengkap Yohanes E R J Niron itu.
“Untuk perbandingannya satu kilogram gula merah atau aren, tiga kilogram sayur atau kulit buah segar, dan 10 liter air tanah atau air hujan,”bebernya.
Para kelompok tani yang berkunjung ke ladang itu pun menyimak betul penjelasan singkat dari Randi. Apa yang menjadi ide Randi itu dirasakan sangat memecah kebuntuan bagi para petani di pedalaman Kalteng. Cara simpel itu dinilai bisa dipraktikkan untuk mendukung pertanian.
Tak jauh dari ladang Randi dan Rusman, perwakilan kelompok tani itu juga melihat langsung budi daya lebah madu Must Yoan Farm. Budi daya lebah madu baik mellifera maupun kelulut dirasa saling berkaitan dengan bercocok tanam tanpa bahan kimia. Yoanes Budiyana, empunya lebah madu Budiyana juga menjelaskan rinci bagaimana proses awal membuat koloni sampai merawat agar lebah-lebah tidak kabur atau mati. Salah satunya yaitu dengan menanam tanaman tanpa pestisida.”Untuk budi daya lebah madu, satu hal yang harus dihindari adalah penggunaan pestisida dalam bercocok tanam,”ungkapnya.
Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia, Yuliana Nona menjelaskan, dalam gelaran temu tani yang diikuti kelompok tani di Das Rungan, Manuhing, Kapuas, Barito, dan Kahayan ini, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat memanfaatkan lahan sekitar rumah mereka.
“Idenya sederhana, yaitu menghasilkan pangan yang dapat dikonsumsi tanpa melakukan hal-hal yang cenderung merusak alam,” kata Nona.
Terlebih ancaman perubahan iklim juga berdampak buruk bagi keberlangsungan pangan lokal. Begitu juga alih fungsi lahan, pertambangan liar, dan penyetruman, dan minimnya kepedulian masyarakat akan alam sekitar.
Hal yang dipetik dari penggunaan eco enzyme adalah mengurangi polusi. Bayangkan saja, gas metana yang dikeluarkan dari sampah yang dibuang bisa dapat memerangkap 21 kali lebih banyak panas dari pada karbondioksida. Alhasil, ia bisa memperburuk pemanasan global. Untuk itu penggunaan eco enzyme sangat baik untuk kehidupan sehari-hari.
“Dengan melihat langsung praktik-praktik bercocok tanam tanpa zat kimia, dan permakultur, mereka bisa memperlakukan lahan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal. Toh cara itu bisa mengurangi atau menghilangkan polusi udara,”bebernya.
Eco Enzyme Banyak Manfaat
Eco enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Eco enzyme ini adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, misalnya ampas buah dan sayuran, gula merah, aren atau tebu, dan juga air. Memiliki warna cokelat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang cukup kuat.
Dr Dian Masita Dewi,SE.,MM selaku Ketua Pusat Studi Eco Enzyme Universitas Lambung Mangkurat kepada Kalteng Pos menerangkan manfaat dari eco enzyme yang sudah dipraktikkan.
Pertama, buat tanaman. Enzim ini akan mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), yakni hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Daun akan segar, dan lebar tidak keriput, rasa dari buah yang dipupuk dengan eco enzyme sangat pekat. Buah atau sayur juga tidak mudah busuk atau lebih tahan lama.
“Jeruk yang saya tanam di rumah, sangat manis sekali. Begitu juga timun, saya biarkan satu bulan tidak ada busuk,”ujarnya.
Lalu, khasiat lain adalah untuk kesehatan kulit wajah. Jika dipakai rutin, kulit wajah akan terasa segar dan tidak mudah muncul jerawat. Serbuk atau ampas hasil fermentasi, biasa digunakan buat peeling. “Saya sudah dua tahun memakai ini buat wajah, syukur Alhamdulillah tidak pernah ada muncul jerawat dan wajah terasa segar dan bersih,”ungkapnya.
Eco enzyme juga memiliki manfaat untuk menjernihkan air kolam, karena sifatnya yang mampu memecah konsentrasi air kotor menjadi air bersih. Bahkan, cairan eco enzyme juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit sehingga menjadi salah satu alternatif obat penyembuhan luka bakar, gores, dan diabetes.
“Ada 17 kasus diabetes melitus yang saya tangani di Kalimantan Selatan. Alhamdulillah mengering dalam lima hari,”ujarnya.
Caranya, untuk kasus pasien diabetes mellitus, kaki orang yang mengalami luka itu direndam dengan cairan eco enzyme sebanyak 10 mililiter yang dicampur dengan air panas secukupnya.
“Untuk luka bakar juga sama. Dengan treatment ini, jaringan kulit akan membaik,”ungkap ibu berusia 46 tahun ini.
Untuk di Kalimantan Selatan, berdasar pengamatannya, eco enzyme mulai dikenal dan mulai disebarluaskan sejak tahun 2020. Dirinya merupakan koordinator dan penggagas penggunaan eco enzyme pertama dalam mitigasi bencana.
“Sampai saat ini, dirinya dibantu komunitas pengguna eco enzyme berupaya mengedukasi manfaat eco enzyme kepada masyaakat luas,”pungkasnya.(ram)