SAMPIT, KALTENG POS – Makam Syekh Abu Hamid terus menjadi daya tarik spiritual bagi banyak peziarah di Sampit, Kalimantan Tengah. Baik lokasi makam baru maupun makam lama, yang sering dijangkau dengan perahu sewaan, selalu ramai dikunjungi. Kehadiran makam keramat ini tidak hanya menawarkan ketenangan batin, tetapi juga membawa berkah ekonomi bagi warga sekitar dan menjadi pengingat ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah.
Banyak peziarah, seperti Pajar Amirul Mu’ti, merasakan ketenangan luar biasa setiap kali berziarah ke makam Syekh Abu Hamid. Meskipun seringkali makam ini menjadi destinasi terakhir setelah perjalanan panjang ke makam-makam lain, rasa lelah fisik seolah sirna berganti damai di hati.
“Meski badan lelah, tapi hati terasa damai. Seperti orang yang lama berdiri, lalu duduk dan merasakan nikmat,” ungkap Pajar, alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Menurut Pajar, tradisi berziarah ke tempat-tempat tenang untuk memohon hajat kepada Allah merupakan kebiasaan yang diwarisi dari ajaran pesantrennya. “Di pesantren ada namanya Sunnah Ma’hadi, yaitu perintah atau aturan dalam ranah pondok. Itu jadi kebiasaan. Kami dianjurkan untuk mencari tempat yang tenang untuk meminta hajat,” jelasnya.
Beberapa peziarah bahkan datang untuk menunaikan nazar atau janji yang telah berhasil mereka capai. Di lokasi makam, biasanya mereka membaca selawat, Surah Yasin, Tahlil, dan doa khusus seperti Doa Wahbah untuk menyampaikan harapan dan doa.
Keberadaan makam Syekh Abu Hamid juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal. Erna, warga Ujung Pandaran yang telah menetap sejak tahun 1983 dan membuka warung di dekat makam, mengakui omzet dagangannya meningkat berkat para peziarah.
“Banyak orang datang. Kita ikut dapat berkahnya,” ujar Erna.
Ustaz H. Sarifuddin Al-Banjari, seorang tokoh agama di Sampit sekaligus zuriat Datuk Kelampayan, menegaskan bahwa kehadiran makam Syekh Abu Hamid Al-Banjari telah membawa keberkahan bagi wilayah tersebut. Hal ini tak lepas dari keilmuan tinggi yang dimiliki oleh beliau.
“Yang pasti dengan adanya makam Syekh Abu Hamid ini, warga di sana mendapatkan keberkahan,” kata Ustaz Sarifuddin kepada Kalteng Pos.
Ia menambahkan bahwa Syekh Abu Hamid Al-Banjari secara tidak langsung telah berperan penting dalam memperkenalkan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah kepada masyarakat secara perlahan. Ahlusunnah sendiri adalah ajaran yang berpegang pada Al-Qur’an, Hadis, dan pendapat para ulama sebagai acuan murni dalam Islam.
“Berkat beliau, orang-orang tahu ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah walaupun beliau tidak mengajarkan secara langsung. Mereka (masyarakat) mencari tahu dan belajar dengan ulama-ulama Ahlusunnah lain,” pungkasnya.
Jejak Syekh Abu Hamid di Ujung Pandaran lebih dari sekadar kisah wafatnya seorang ulama dalam pelayaran. Ia adalah bukti bahwa keteladanan dan keberkahan seorang wali Allah dapat melintasi batas ruang dan waktu. Di tepi pantai yang sunyi, makamnya tetap berdiri kokoh, menjadi tempat para pencari hidayah menambatkan doa dan harapan. (bersambung/mif/ala)