Ketika Gosong Sungai Kahayan Jadi Wahana Bermain Dadakan
Sejumlah anak memanfaatkan bantaran sungai atau yang biasa disebut gosong Sungai Kahayan sebagai tempat bermain dadakan. Ketika air sungai surut saat musim kemarau, mereka memanfaatkan itu sebagai tempat bermain.
NOVIA, Palangka Raya
SEJAK sore hari, tampak anak-anak bermain dengan penuh kegembiraan. Laki-laki dan perempuan. Bermain dengan temannya masing-masing. Ada yang bermain bola, lari-larian, masak-masakan, bahkan main lumpur karena tanah di lokasi itu berjenis tanah liat.
Mereka sangat antusias memanfaatkan gosong Sungai Kahayan sebagai arena bermain dadakan, yang hanya ada setahun sekali saat musim kemarau. Terlihat pula para orang tua maupun warga sekitar yang menonton keasyikan anak-anak itu, sembari mengenang zaman lalu saat usia mereka masih kecil. Betapa senang dan bahagia kala bermain bersama teman-teman.
Rahmad Irawan (12) yang tinggal di sekitar Pelabuhan Rambang, mengaku sering bermain bola di pinggir sungai saat musim kemarau tiba. Meski tanahnya bertekstur kasar saat kering, tetapi tidak menjadi soal. Sebab, tujuan utama mereka adalah bermain bersama teman-teman.
“Main di bawah (pinggir sungai) hanya saat musim kemarau. Teman-teman yang ikut main juga biasanya dari Jalan Kalimantan dan Puntun. Kalau main tidak pernah janjian, siapa pun yang sedang ada di lokasi, langsung diajak saja,” tuturnya, Minggu (4/8/2024).
Menurutnya, bermain di pinggir sungai punya keseruan tersendiri yang tentunya berbeda saat bermain di lapangan bola atau lapangan lainnya. Musim kemarau kali ini, tentu saja tidak ingin mereka lewatkan. Justru itulah yang ditunggu-tunggu tiap tahun.
“Main di lapangan bola atau lapangan pasir sudah biasa, tetapi kalau di pinggir sungai pasti seru, apalagi kalau tanahnya lagi basah, seperti ada tantangannya, serulah pokoknya,” ucap bocah yang saat ini duduk di bangku kelas VII sekolah menengah pertama (SMP).
Tidak jauh dari situ, terlihat bocah lain yang juga asyik bermain. Namanya Rio (9). Ia sering diingatkan oleh orang tua untuk tidak bermain di gosong Sungai kahayan. Orang tuanya begitu khawatir. Padahal ia merasa bermain di tempat yang aman. Kendati demikian, sebagai seorang anak, Rio tetap mendengarkan nasihat orang tuanya.
“Biasanya saya main dari jam tiga sore sampai sebelum magrib. Main apa aja yang bisa dimainin bersama teman-teman. Kalau berenang saya bisa, tapi orang tua saya tetap ingatkan untuk hati-hati. Soalnya di sana banyak teman yang main, jadi pengen ikut juga, kadang main bola dan kadang main lumpur, kadang lari-larian. Kalau bola nyebur ke sungai, ya dibiarkan saja sampai ada orang bantu untuk ambil,” ucapnya dengan antusias.
Tanah lapang yang muncul di pinggir sungai saat musim kemarau memang selalu dimanfaatkan oleh anak-anak sekitar sebagai arena bermain. Meski begitu, salah seorang warga sekitar, Haji Anai (70) tetap mewanti-wanti anak-anak agar berhati-hati ketika bermain di kawasan tersebut. Apalagi ia memiliki cucu berumur 8 tahun yang juga sering ikut bermain.
“Kami sebagai orang tua senang saja melihat anak-anak bermain. Itu kan hal yang positif. Karena dahulu ketika kecil kita juga senang bermain seperti itu, jadi paham-paham saja dengan kegembiraan mereka,” tuturnya.
Ia tidak mempermasalahkan jika anak-anak memanfaatkan gosong Sungai Kahayan sebagai tempat bermain, karena hanya terjadi musiman, atau setahun sekali ketika musim kemarau.
“Kalau ini air ada naik sedikit, dibandingkan kemarin. Sebagai orang tua, kami tetap memantau anak-anak, mengingatkan mereka untuk tetap berhati-hati saat main di pinggir sungai. Apalagi kita tahu, tiap tahun ada saja korban. Kami tidak ingin itu terjadi lagi dan jangan sampai terjadi,” imbuhnya.
Sementara itu, saat dihubungi Kalteng Pos, Minggu (4/8/2024), Lurah Pahandut Ahmad Reza mengimbau para orang tua dan anak-anak untuk memperhatikan keselamatan saat bermain di pesisir Sungai Kahayan selama musim kemarau. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara hiburan dan keamanan.
“Pada intinya kita melihat itu dari dua sisi. Artinya, di satu sisi untuk hiburan anak-anak masyarakat sekitar, dan di sisi lain bisa membahayakan mereka. Kalau musim kemarau, di pesisir sungai atau gosongnya itu rata-rata pasti ingin mencari hiburan murah meriah. Tapi di lain sisi, melihat fenomena ini, kita harus berhati-hati terkait keamanan dan keselamatan,” ujarnya.
Sebagai lurah, Ahmad Reza bersama para ketua RT dan RW setempat sering mengingatkan anak-anak untuk berhati-hati saat bermain di pinggir sungai. Ia menekankan pentingnya pencegahan dini terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Meski memahami kesenangan anak-anak ketika bermain dan memanfaatkan pesisir sungai, tetapi ia berharap masyarakat sekitar, terutama orang tua, lebih waspada dan peduli terhadap keselamatan anak-anak.
“Biasanya kami mengingatkan di grup-grup RT yang ada gosongnya, terkait fenomena ini, sama-sama menjaga, waspada, dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya.
Ahmad Reza menegaskan, keselamatan jiwa harus menjadi prioritas utama, mengingat hampir tiap tahun selalu ada kejadian di kawasan tersebut yang menelan korban jiwa. Dengan adanya perhatian dan kepedulian bersama, ia berharap anak-anak dapat tetap menikmati permainan mereka dengan aman selama musim kemarau. (ce/ala)