Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

TIP DOKTER

Dokter (dr) Mutiara Dara Ratih menyebut, busui membutuhkan cairan kurang lebih sebanyak tiga liter untuk menjaga produksi ASI, karena 87 persen kandungan ASI merupakan air. Apabila ibu mengalami dehidrasi, otomatis akan menurunkan produksi ASI.

“Cairan tersebut dapat ibu peroleh dari air mineral, jus, buah, atau sup,” bebernya

Selain itu, busui perlu membagi jumlah air yang diminum di antara waktu berbuka hingga sahur. Misalnya satu cangkir setiap setengah jam, agar busui tidak merasa terlalu kembung. Apabila selama berpuasa busui merasakan lemah, pusing, bekeringat dingin, sangat haus hingga air seni menjadi berwarna kuning pekat, dan produksi ASI berkurang, mungkin perlu mempertimbangkan kembali keputusan untuk meneruskan puasa.

Baca Juga :  Transformasi Menuju Koperasi Digital

“Kondisi si kecil yang masih menyusui pada ibu juga perlu menjadi perhatian selama ibu berpuasa. Bila bayi tampak rewel, lemas, mulut kering, buang air kecil kurang dari enam kali per hari, dan berat badan menurun, mungkin ibu perlu membatalkan puasa untuk mengembalikan produksi ASI,” ujarnya.

Sebelum mulai berpuasa, busui dapat mengawali dengan menyediakan ASI perah (ASIP) sebagai stok pengganti jika produksi ASI berkurang. Dua hari sebelum berpuasa, busui dapat mulai meningkatkan konsumsi cairan. Selama berpuasa, busui juga dianjurkan untuk waktu istirahat yang cukup agar tidak mudah kelelahan.

“Sebisa mungkin busui tidak melewatkan waktu sahur untuk menyimpan cadangan energi selama berpuasa. Susui bayi atau perah ASI pada malam hari agar produksi ASI terjaga. Bila didapati menjelang waktu berbuka bayi tampak rewel ketika menyusu, busui dapat memijat payudara agar aliran ASI lebih lancar,” sebut perempuan 30 tahun ini.

Baca Juga :  18 Juni CJH Terbang ke Arab Saudi

Dalam aturan Islam ada keringanan bagi busui untuk tidak menjalankan puasa. Namun apabila merasa mampu untuk berpuasa, maka kondisi ibu maupun si kecil perlu menjadi perhatian serius. (abw/ce/ala/ko)

Dokter (dr) Mutiara Dara Ratih menyebut, busui membutuhkan cairan kurang lebih sebanyak tiga liter untuk menjaga produksi ASI, karena 87 persen kandungan ASI merupakan air. Apabila ibu mengalami dehidrasi, otomatis akan menurunkan produksi ASI.

“Cairan tersebut dapat ibu peroleh dari air mineral, jus, buah, atau sup,” bebernya

Selain itu, busui perlu membagi jumlah air yang diminum di antara waktu berbuka hingga sahur. Misalnya satu cangkir setiap setengah jam, agar busui tidak merasa terlalu kembung. Apabila selama berpuasa busui merasakan lemah, pusing, bekeringat dingin, sangat haus hingga air seni menjadi berwarna kuning pekat, dan produksi ASI berkurang, mungkin perlu mempertimbangkan kembali keputusan untuk meneruskan puasa.

Baca Juga :  Transformasi Menuju Koperasi Digital

“Kondisi si kecil yang masih menyusui pada ibu juga perlu menjadi perhatian selama ibu berpuasa. Bila bayi tampak rewel, lemas, mulut kering, buang air kecil kurang dari enam kali per hari, dan berat badan menurun, mungkin ibu perlu membatalkan puasa untuk mengembalikan produksi ASI,” ujarnya.

Sebelum mulai berpuasa, busui dapat mengawali dengan menyediakan ASI perah (ASIP) sebagai stok pengganti jika produksi ASI berkurang. Dua hari sebelum berpuasa, busui dapat mulai meningkatkan konsumsi cairan. Selama berpuasa, busui juga dianjurkan untuk waktu istirahat yang cukup agar tidak mudah kelelahan.

“Sebisa mungkin busui tidak melewatkan waktu sahur untuk menyimpan cadangan energi selama berpuasa. Susui bayi atau perah ASI pada malam hari agar produksi ASI terjaga. Bila didapati menjelang waktu berbuka bayi tampak rewel ketika menyusu, busui dapat memijat payudara agar aliran ASI lebih lancar,” sebut perempuan 30 tahun ini.

Baca Juga :  18 Juni CJH Terbang ke Arab Saudi

Dalam aturan Islam ada keringanan bagi busui untuk tidak menjalankan puasa. Namun apabila merasa mampu untuk berpuasa, maka kondisi ibu maupun si kecil perlu menjadi perhatian serius. (abw/ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/