Bincang-Bincang dengan Prof. Dr. H.M. Norsanie Darlan
TERPAMPANG plang bertuliskan Prof Norsanie Corner di lantai tiga perpustakaan Universitas Palangka Raya (UPR). Jumat (4/2), penulis mencoba memasuki ruangan yang dipenuhi buku yang tertata rapi pada tiga rak bertingkat itu.
Penulis mendapati buku berwarna putih berukuran sedang berjudul Modernisasi untuk Menjangkau Jabal Nur yang ditulis Profesor Norsanie Darlan. Ternyata tidak hanya satu buku itu saja. Seluruh buku yang tersusun rapi itu merupakan karya Prof. Dr. H.M. Norsanie Darlan, M.S., P.H.
Bermacam-macam ukuran dan ketebalannya. Namun hampir keseluruhan didominasi oleh tulisan tentang budaya.
Norsanie merupakan dosen Antropolgi di universitas tertua di Kalteng, UPR. Hobinya memang menulis. Sesuai basic-nya sebagai antropolog, maka tulisan serta penelitiannya lebih banyak difokuskan pada bidang kebudayaan. Kegemarannya menulis ini tidak serta-merta muncul saat telah menjadi seorang antropolog, tapi sudah digelutinya sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), 51 tahun yang lalu.
“Saya hobi menulis sejak masih SMP di Kapuas pada 1971 lalu, saat itu pernah menulis di salah satu media cetak kala saya sebagai pengurus OSIS,” ucapnya saat dibincangi Kalteng Pos.
Pria yang lahir di Anjir Sarapat, Kabupaten Kapuas, 14 Oktober 1956 lalu ini merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Ia telah melalui perjalanan panjang menempuh pendidikan dan memulai gelar sarjana di UPR pada Fakultas Ilmu Pendidikan. Hingga menjelang masa pensiun kariernya, ia mengabdi sebagai Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Perpustakaan UPR.
Ingin memberikan kontribusinya untuk UPR, ia pun kemudian menyumbangkan buku-buku yang ditulisnya dalam ratusan judul maupun puluhan penelitian. Pada satu ruangan khusus di perpustakaan UPR, bisa ditemui Prof Norsanie Corner. Disitulah 6.300 buku terkumpul, yang ia sumbangkan untuk UPR.
“Di luar negeri sudah biasa, apabila ada seorang profesor memiliki banyak buku dan memiliki perpustakaan khusus untuk buku-bukunya, menjelang saya pensiun saya ingin memberikan buku-buku ini untuk UPR, saya serahkan secara simbolis pada 17 Agustus 2021 lalu,” kata pria yang menyelesaikan gelar doktor di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung 2002 lalu.
Tidak dengan alasan, buku-buku dan penelitian yang ia kumpulkan itu suatu saat nanti akan bermanfaat untuk generasi Kalteng, khususnya para mahasiswa UPR. Lantaran, buku-buku yang ditulis lebih banyak terkait kebudayaan, khususnya kebudayaan Kalteng. Sudah tentu akan sangat bermanfaat beberapa tahun ke depan. Baik sebagai sumber pengetahuan maupun referensi penelitian.
“Saya punya pemikiran, suatau saat akan bermanfaat buku-buku saya itu, bahkan saat ini saja pada beberapa penelitian sudah ada yang menggunakan buku saya,” bebernya.
Kini buku-buku karya pemikirannya tak hanya ada di UPR. Bahkan menyebar di beberapa perguruan tinggi di Kota Palangka Raya, lembaga organisasi, hingga universitas di Pulau Jawa dan Aceh. Ia juga pernah menyumbangkan bukunya untuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng beberapa tahu lalu.
Sejak menjadi asisten dosen, Norsenie sudah aktif meneliti kebudayaan di beberapa daerah pedalaman Kalteng. Terakhir pada 2021, ia me-launching hasil penelitian tentang peran Musem Balanga dalam upaya pelestarian budaya Dayak di Palangka Raya.
“Saya sudah meneliti sejak jadi asisten dosen, memang tidak mudah melakukan penelitian, harus ke lapangan mengumpulkan data, tentunya dengan pendekatan-pendekatan,” sebutnya.
Norsanie memulai kariernya pada usia 18 tahun sebagai tenaga administratif. Bekerja sebagai tenaga honorer di tata usaha FIP UNPAR. Selain Kalteng, ia juga sudah melakukan penelitian di berbagai provinsi di Indonesia. Di antaranya Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, dan Banten.
Norsanie yang saat ini masih aktif mengajar juga sering memaparkan makalah, terutama dari hasil-hasil penelitiannya di beberapa daerah, seperti Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Malang, Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, dan daerah lainnya.
Pada 2005 lalu, Lembaga Administrasi Negara (LAN) melaksanakan seminar antarnegara, dengan menghadirkan pemakalah dari Malaysia dan Indonesia. Saat itu Norsanie mendapat kesempatan mewakili Indonesia atas nama UPR. Kemudian pada 2011 ia pun dipercaya menjadi pemakalah pada seminar internasional mewakili Asia. Ia juga pernah menjalani kunjungan kerja antarnegara, seperti Thailand, Yordania, Mesir, Israel, Arab Saudi, Palestina, dan beberapa negara lainnya.
Buku berjudul Modernisasi untuk Menjangkau Jabal Nur merupakan tulisan Norsanie pada 2015 lalu. Buku itu merupakan hasil penelitiannya atas konsep yang disampaikan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia untuk membangun proyek cable car atau kereta gantung di Jabal Nur, Kota Mekkah.
“Buku penelitian itu tersedia dalam tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris,” ucapnya.
Karya yang tertuang dalam buku itu terinspirasi dari beberapa kali melaksanakan ibadah haji. Ia menyadari bahwa untuk sampai ke Jabal Nur, jemaah haji masih harus melewati medan yang cukup berat. Dari pengalamannya itu, ia pun memberi masukan dan ide untuk membangun kereta gantung, yang ia tuangkan melalui penelitian dan buku.
“Saat ini saya diapresiasi, masukan itu diterima dengan baik oleh Pemerintah Arab Saudi, kemudian saya dihadiahi naik haji gratis dengan seluruh fasilitas disiapkan,” kisah bapak dua anak ini. (*/bersambung/ce/ala/ko)