Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Katingan Tanggap Darurat, Banjir Telan Korban Jiwa

Bayi 11 Bulan Terlepas dari Gendongan, Meninggal Terseret Arus Deras

KASONGAN-Tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Katingan beberapa hari terakhir membuat sebagian daerah di Katingan direndam banjir. Meskipun tak separah tahun lalu, tapi dampaknya telah menimbulkan korban jiwa. Seorang bayi berusia sekitar 11 bulan, Selmi, ditemukan meninggal setelah sebelumnya tenggelam di rumah orang tuanya, Desa Dehes, Kecamatan Sanaman Mantikei, Minggu (7/8).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Katingan Roby, ketika dikonfirmasi membenarkan perihal adanya orang tenggelam akibat bencana banjir.

“Informasi yang kami dapatkan, waktu banjir di Desa Dehes, bayi itu digendong oleh ibunya di atas katil (tempat mengungsi). Tiba-tiba bayi itu terlepas dari gendongan, lalu jatuh ke air. Karena kuatnya arus air, korban terseret. Akhirnya ditemukan di belakang rumah orang tuanya dalam kondisi telah meninggal,” kata Roby kepada Kalteng Pos, Senin (8/8).

Banjir yang terjadi kali ini, ungkap Roby, melanda beberapa kecamatan. Mulai dari wilayah utara seperti Kecamatan Petak Malai, Sanaman Mantikei, dan Kecamatan Katingan Tengah. Saat ini banjir bergerak menuju wilayah tengah dan hilir, seperti Kecamatan Pulau Malan, Tewang Sangalang Garing, Katingan Hilir, dan Desa Handiwung di Kecamatan Tasik Payawan.

“Air memang tidak terlalu tinggi. Namun pada titik tertentu di dataran rendah, ketinggian air berkisar 20 sentimeter hingga 150 sentimeter dari permukaan tanah. Seperti yang terjadi di Desa Samba Bakumpai, Kecamatan Katingan Tengah kemarin. Airnya sangat tinggi. Demikian juga yang terjadi di desa lain seperti Desa Labehu,” ungkapnya.

Namun untuk tiga kecamatan di wilayah utara, seperti Petak Malai, Sanaman Mantikei, dan Katingan Tengah saat ini banjir telah surut, walau masih terlihat ada genangan air pada beberapa titik tertentu. “Jadi sekarang air bergeser ke wilayah tengah dan bahkan masuk ke wilayah hilir. Untuk Kecamatan Kamipang, kami masih belum mendapat informasi hari ini (Senin, red). Untuk di wilayah tengah dan hilir, kondisinya telah terendam banjir pada beberapa titik ruas jalan kabupaten dan desa, tapi sejauh ini masih bisa dilewati,” ujarnya.

Baca Juga :  BPDPKS Beri Pelatihan kepada 255 Petani Sawit Kotim dan Kobar

Pria yang sebelumnya pernah menduduki berbagai jabatan strategis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Katingan ini juga menyampaikan, banjir kali ini begitu cepat terjadi, tapi cepat pula surut. “Seperti banjir bandang,” jelasnya kepada wartawan.

Data sementara korban terdampak bencana banjir di tiga kecamatan wilayah utara sedikitnya 2.100 kepala keluarga (KK), dengan jumlah rumah yang terendam sekitar 900. ”Namun untuk sementara data ini masih belum divalidasi. Bisa terjadi perubahan data. Makanya nanti kami gelar rapat,” terangnya.

Menyikapi kondisi ini, kata Roby, sejak 6 Agustus lalu Pemerintah Kabupaten Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat banjir untuk tiga kecamatan di wilayah utara. Dengan adanya status ini, maka semua organisasi perangkat daerah di Kabupaten Katingan yang bertugas melakukan penyelamatan, evaluasi, dan penyediaan kebutuhan dasar, wajib bergerak ke mana pun diperlukan. “Namun jika tidak diperlukan, ya tidak bisa bergerak. Seperti misalnya mereka tidak perlu dapur umum, maka tidak perlu kami bangun. Apalagi di bagian utara sekarang sudah surut. Meski demikian, setelah banjir kemarin, ada banyak korban terdampak yang kehabisan beras. Jadi tetap kami bantu jika mereka memerlukan, karena sampai saat ini status tiga kecamatan di wilayah utara itu masih tanggap darurat,” ujarnya.

Mengenai cuaca di wilayah Kabupaten Katingan, menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Katingan ini, berdasarkan prediksi BMKG intensitas hujan sudah mengalami penurunan, terutama di wilayah utara. “Tapi masih ada potensi hujan, artinya tidak hilang. Sebenarnya periode Juli-Agustus ini adalah musim kemarau, tapi karena adanya Le Nina dan pengaruh arah angin, sehingga masih bisa terjadi hujan. Oleh sebab itu, kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama daerah-daerah yang saat ini terdampak banjir, jangan sampai ada korban lagi,” tandasnya.

Baca Juga :  Dorong Pengembangan Sektor Wisata, Tuntaskan Infrastruktur Antardesa

Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Falery Tuwan mengatakan, saat ini ada dua kabupaten di Kalteng yang dilanda bencana banjir, yakni Kabupaten Katingan dan Kabupaten Gunung Mas (Gumas). Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, sedangkan Gumas masih terus dipantau perkembangannya.

“Memang saat ini ada dua daerah yang dilanda banjir, pagi ini (kemarin, red) saya menerima tembusan dari Kabupaten Katingan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir,” katanya saat diwawancarai di Aula Jayang Tingang Kantor Gubernur Kalteng, Senin (8/8).

Diungkapkannya, saat ini pihaknya juga terus memantau perkembangan banjir yang terjadi di wilayah Gumas. Pihaknya mengapresiasi langkah Pemkab Katingan yang dengan langsung menetapkan status tanggap darurat bencana banjir.

“Dengan adanya penetapan tanggap darurat bencana banjir ini, berarti Pemkab Katingan sudah berhati-hati dengan cuaca ekstrem saat ini,” ungkapnya.

Lebih lanjuta ia menjelaskan, daerah yang saat ini dilanda banjir, sebelumnya memang sudah ada yang tergenang banjir. Airnya merupakan kiriman dari wilayah hulu karena terjadi intensitas hujan cukup tinggi. Untuk itu, langkah yang harus dilakukan untuk pengamanan yakni evakuasi warga. Jika memang jumlah pengungsi cukup banyak, maka akan didirikan tenda-tenda pengungsian.

“Pemprov Kalteng juga akan terlibat dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak bencana banjir ini,” tegasnya.

Untuk penanganan di daerah, tim reaksi cepat masing-masing kabupaten sudah melakukan prosedur pengamanan, pendataan di daerah banjir, dan membantu masyarakat setempat yang terdampak. Pihaknya berharap agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana banjir, mengikuti imbauan yang diberikan pemerintah melalui sosialisasi.

“Pemerintah sebisa mungkin mengingatkan warga di tempat rawan banjir agar siap-siap menyelamatkan diri jika terjadi hujan lebat yang berpotensi terjadi banjir,” ujarnya. (eri/abw/ce/ala/ko)

Bayi 11 Bulan Terlepas dari Gendongan, Meninggal Terseret Arus Deras

KASONGAN-Tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Katingan beberapa hari terakhir membuat sebagian daerah di Katingan direndam banjir. Meskipun tak separah tahun lalu, tapi dampaknya telah menimbulkan korban jiwa. Seorang bayi berusia sekitar 11 bulan, Selmi, ditemukan meninggal setelah sebelumnya tenggelam di rumah orang tuanya, Desa Dehes, Kecamatan Sanaman Mantikei, Minggu (7/8).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Katingan Roby, ketika dikonfirmasi membenarkan perihal adanya orang tenggelam akibat bencana banjir.

“Informasi yang kami dapatkan, waktu banjir di Desa Dehes, bayi itu digendong oleh ibunya di atas katil (tempat mengungsi). Tiba-tiba bayi itu terlepas dari gendongan, lalu jatuh ke air. Karena kuatnya arus air, korban terseret. Akhirnya ditemukan di belakang rumah orang tuanya dalam kondisi telah meninggal,” kata Roby kepada Kalteng Pos, Senin (8/8).

Banjir yang terjadi kali ini, ungkap Roby, melanda beberapa kecamatan. Mulai dari wilayah utara seperti Kecamatan Petak Malai, Sanaman Mantikei, dan Kecamatan Katingan Tengah. Saat ini banjir bergerak menuju wilayah tengah dan hilir, seperti Kecamatan Pulau Malan, Tewang Sangalang Garing, Katingan Hilir, dan Desa Handiwung di Kecamatan Tasik Payawan.

“Air memang tidak terlalu tinggi. Namun pada titik tertentu di dataran rendah, ketinggian air berkisar 20 sentimeter hingga 150 sentimeter dari permukaan tanah. Seperti yang terjadi di Desa Samba Bakumpai, Kecamatan Katingan Tengah kemarin. Airnya sangat tinggi. Demikian juga yang terjadi di desa lain seperti Desa Labehu,” ungkapnya.

Namun untuk tiga kecamatan di wilayah utara, seperti Petak Malai, Sanaman Mantikei, dan Katingan Tengah saat ini banjir telah surut, walau masih terlihat ada genangan air pada beberapa titik tertentu. “Jadi sekarang air bergeser ke wilayah tengah dan bahkan masuk ke wilayah hilir. Untuk Kecamatan Kamipang, kami masih belum mendapat informasi hari ini (Senin, red). Untuk di wilayah tengah dan hilir, kondisinya telah terendam banjir pada beberapa titik ruas jalan kabupaten dan desa, tapi sejauh ini masih bisa dilewati,” ujarnya.

Baca Juga :  BPDPKS Beri Pelatihan kepada 255 Petani Sawit Kotim dan Kobar

Pria yang sebelumnya pernah menduduki berbagai jabatan strategis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Katingan ini juga menyampaikan, banjir kali ini begitu cepat terjadi, tapi cepat pula surut. “Seperti banjir bandang,” jelasnya kepada wartawan.

Data sementara korban terdampak bencana banjir di tiga kecamatan wilayah utara sedikitnya 2.100 kepala keluarga (KK), dengan jumlah rumah yang terendam sekitar 900. ”Namun untuk sementara data ini masih belum divalidasi. Bisa terjadi perubahan data. Makanya nanti kami gelar rapat,” terangnya.

Menyikapi kondisi ini, kata Roby, sejak 6 Agustus lalu Pemerintah Kabupaten Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat banjir untuk tiga kecamatan di wilayah utara. Dengan adanya status ini, maka semua organisasi perangkat daerah di Kabupaten Katingan yang bertugas melakukan penyelamatan, evaluasi, dan penyediaan kebutuhan dasar, wajib bergerak ke mana pun diperlukan. “Namun jika tidak diperlukan, ya tidak bisa bergerak. Seperti misalnya mereka tidak perlu dapur umum, maka tidak perlu kami bangun. Apalagi di bagian utara sekarang sudah surut. Meski demikian, setelah banjir kemarin, ada banyak korban terdampak yang kehabisan beras. Jadi tetap kami bantu jika mereka memerlukan, karena sampai saat ini status tiga kecamatan di wilayah utara itu masih tanggap darurat,” ujarnya.

Mengenai cuaca di wilayah Kabupaten Katingan, menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Katingan ini, berdasarkan prediksi BMKG intensitas hujan sudah mengalami penurunan, terutama di wilayah utara. “Tapi masih ada potensi hujan, artinya tidak hilang. Sebenarnya periode Juli-Agustus ini adalah musim kemarau, tapi karena adanya Le Nina dan pengaruh arah angin, sehingga masih bisa terjadi hujan. Oleh sebab itu, kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama daerah-daerah yang saat ini terdampak banjir, jangan sampai ada korban lagi,” tandasnya.

Baca Juga :  Dorong Pengembangan Sektor Wisata, Tuntaskan Infrastruktur Antardesa

Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Falery Tuwan mengatakan, saat ini ada dua kabupaten di Kalteng yang dilanda bencana banjir, yakni Kabupaten Katingan dan Kabupaten Gunung Mas (Gumas). Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, sedangkan Gumas masih terus dipantau perkembangannya.

“Memang saat ini ada dua daerah yang dilanda banjir, pagi ini (kemarin, red) saya menerima tembusan dari Kabupaten Katingan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir,” katanya saat diwawancarai di Aula Jayang Tingang Kantor Gubernur Kalteng, Senin (8/8).

Diungkapkannya, saat ini pihaknya juga terus memantau perkembangan banjir yang terjadi di wilayah Gumas. Pihaknya mengapresiasi langkah Pemkab Katingan yang dengan langsung menetapkan status tanggap darurat bencana banjir.

“Dengan adanya penetapan tanggap darurat bencana banjir ini, berarti Pemkab Katingan sudah berhati-hati dengan cuaca ekstrem saat ini,” ungkapnya.

Lebih lanjuta ia menjelaskan, daerah yang saat ini dilanda banjir, sebelumnya memang sudah ada yang tergenang banjir. Airnya merupakan kiriman dari wilayah hulu karena terjadi intensitas hujan cukup tinggi. Untuk itu, langkah yang harus dilakukan untuk pengamanan yakni evakuasi warga. Jika memang jumlah pengungsi cukup banyak, maka akan didirikan tenda-tenda pengungsian.

“Pemprov Kalteng juga akan terlibat dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak bencana banjir ini,” tegasnya.

Untuk penanganan di daerah, tim reaksi cepat masing-masing kabupaten sudah melakukan prosedur pengamanan, pendataan di daerah banjir, dan membantu masyarakat setempat yang terdampak. Pihaknya berharap agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana banjir, mengikuti imbauan yang diberikan pemerintah melalui sosialisasi.

“Pemerintah sebisa mungkin mengingatkan warga di tempat rawan banjir agar siap-siap menyelamatkan diri jika terjadi hujan lebat yang berpotensi terjadi banjir,” ujarnya. (eri/abw/ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/