BENCANA banjir di Katingan terus bergeser. Setelah merendam wilayah Kecamatan Katingan Hilir, Kota Kasongan, kini air sudah mulai menuju arah puncaknya banjir. Mulai dari wilayah Kecamatan Tasik Payawang, Kecamatan Kamipang hingga Desa Tumbang Bulan, Kecamatan Mendawai.
“Di Desa Tumbang Bulan, air naik 10 sampai 15 sentimeter. Ketinggian air bakal naik terus,” kata Plt Camat Mendawai Purwoko, Kamis (9/9).
Dia juga mengungkapkan, dari hasil pengecekan mereka, sedikitnya terdapat 25 rumah warga yang sudah dimasuki air. Di wilayah Desa Tumbang Bulan ini, dari pengalaman sebelumnya, air bakal lebih lama bertahan. “Karena Desa Tumbang Bulan ini masuk daerah pasang surut. Sekarang kami menyerahkan bantuan untuk dapur umum,” ujarnya.
Sementara terkait bencana banjir di Kasongan, kondisi air perlahan surut. Meski demikian, pada lokasi-lokasi dataran rendah, air masih tergenang cukup tinggi. Termasuk jalur trans Kalimantan, Kasongan-Palangka Raya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Katingan Roby mengatakan, bencana banjir di wilayah Kecamatan Katingan Hilir, khususnya daerah Kota Kasongan merendam permukiman penduduk, jalan, hingga tempat maupun fasilitas umum. “Sekitar 80 persen rumah warga di Kasongan ini terendam air. Kita bersyukur bahwa saat ini air sudah mulai surut, tapi penurunannya masih lambat. Setelah Katingan Hilir, kami fokus ke wilayah hilir, karena air sudah masuk ke wilayah hilir yang menjadi tempat puncaknya bencana banjir selama ini. Kami berharap tidak ada lagi hujan di wilayah hulu,” tandasnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir sejak Rabu (8/9). Sehari setelahnya, Pemprov Kalteng menggelar Apel Siaga Bencana Banjir, sekaligus memberangkatkan bantuan untuk masyarakat terdampak banjir di Kabupaten Katingan.
Apel siaga dan pelepasan bantuan dilaksanakan di halaman Kantor Gubernur Kalteng, dihadiri Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, Kapolda Irjen Pol Dedi Prasetyo, Danrem 102/Pjg Brigjen TNI Purwo S, dan Kajati Kalteng Imam Wijaya.
“Memang saat ini dari sebelas kabupaten/kota yang terdampak banjir, banjir terparah ada di Kabupaten Katingan,” kata gubernur.
Pihaknya menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat karena fokus bantuan saat ini diberikan untuk masyarakat Katingan. Namun, pihaknya tetap akan memperhatikan dan menyiapkan bantuan bagi sebelas kabupaten/kota lainnya yang juga mengalami bencana banjir.
“Banjir terparah terjadi di Katingan, jadi kalau ada perlakuan khusus untuk Katingan, mohon pengertiannya, untuk itu kami minta maaf kepada bupati dan masyarakat di kabupaten lain yang juga terdampak banjir, kami tetap akan menyiapkan bantuan ke daerah lain yang belum dapat,” ucapnya saat diwawancarai di sela-sela peninjauan sarana dan prasarana (sarpras) penanggulangan bencana banjir.
Bantuan yang dilepas oleh gubernur dan diberangkatkan ke Katingan kemarin sebanyak 2.000 paket, dengan masing-masing paket senilai Rp500 ribu, sama seperti paket yang diserahkan ke Kotim pada Senin lalu. Paket tersebut berisikan beras 20 kilogram dan makanan lainnya. Pemprov juga membagikan susu untuk ibu hamil, makanan siap saji, dan vitamin untuk masyarakat.
“Bantuan ini jangan numpuk di gudang, karena kami akan mengirimkannya secara berangsur-angsur, totalnya sekitar 10.000 paket,” tutur Sugianto.
Gubernur menyebut bahwa pada Rabu sore (8/9) pihaknya sudah mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak terkait seperti forkopimda, BPK, BPKP, dan lainnya. Bantuan yang disalurkan oleh provinsi akan terus diawasi. Akan ada penegakan hukum terhadap oknum atau pihak yang berani menyelewengkan bantuan itu.
“Saya minta semua pihak melakukan pengawasan, jangan ditumpuk di gudang dan juga jangan disalahgunakan,” tegasnya.
Pada daerah yang mengalami banjir terparah memang terdapat beberapa akses atau jalur yang terputus. Namun sejauh ini masih bisa ditempuh oleh petugas untuk menyalurkan bantuan. Jika nanti betul-betul tidak dapat dilewati, maka akan dilakukan dengan cara lain. Misalnya, penyaluran bantuan melalui jalur udara.
“Namun menurut laporan di lapangan, air sudah mulai turun, mudah-mudahan dalam waktu tiga atau empat hari ke depan sudah surut,” ungkapnya.
Pada momen yang sama, gubernur juga memberangkatkan personel ke lokasi bencana banjir di Katingan. “Personel yang kami kerahkan tidak terbatas, kami bantu mengatasi kekurangan petugas yang ada di kabupaten, tentunya bersinergi dengan TNI dan Polri,” tutur gubernur.
Sementara itu, berdasarkan arahan dari gubernur, Pj Sekda Kalteng Nuryakin mengeluarkan surat perintah kepada lima pejabat eselon II yang ditugaskan sebagai koordinator lapangan dalam rangka dukungan penanganan bencana banjir di Kabupaten Katingan. Pj Sekda Kalteng Nuryakin mengatakan bahwa lima pejabat tersebut ditugaskan selama lima hari terhitung sejak tanggal 9 hingga 13 September.
“Dalam melaksanakan tugas koordinator lapangan dapat menugaskan dua orang pejabat eselon III dari perangkat daerah (PD) yang dipimpinnya,” kata Nuryakin.
Ia menyebut, tugas yang harus dilaksanakan yakni membuat laporan tertulis kepada gubernur melalui sekda mengenai hasil pelaksanaan tugas. Anggaran dalam pelaksanan tugas ini dibebankan kepada DPA masing-masing PD.
“Mereka harus mengoordinasikan upaya penanganan darurat yang dilaksanakan di lapangan sesuai kebutuhan dengan seluruh perangkat pemerintah di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan,” ucapnya.
Sementara, Kapolda Kalteng Irjen Pol Dedi Prasetyo bersama Danrem 102/Pjg Brigjen TNI Purwo Sudaryanto didampingi Wakil Bupati (Wabup) Katingan Sunardi Lintang mengunjungi lokasi pengungsian di Taman Religi Kasongan, Kabupaten Katingan.
Puluhan paket sembako, susu bayi, beras, serta obat-obatan dibagikan kepada pengungsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tak hanya itu, Polda Kalteng juga menurunkan tim trauma healing untuk menghibur anak-anak yang mengungsi. “Kami menerjunkan tim trauma healing untuk membantu menghilangkan trauma pada anak-anak korban banjir. Di samping itu, kami juga membagikan bantuan dari Pemprov Kalteng yang tadi dilepas langsung oleh Gubernur H Sugianto Sabran,” ucap Dedi.
Hutan yang Rusak Harus Direhabilitasi
Bencana banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kalteng saat ini mendapat sorotan dari Green Peace. Menurut mereka, banjir yang terjadi diakibatkan oleh tingkat kerusakan alam yang dinilai sudah parah. Kerusakan alam yang parah itu disebabkan oleh aktivitas eksplorasi alam dengan alasan ekonomi yang dilakukan secara besar-besaran di sejumlah daerah, baik itu kawasan hutan maupun wilayah pertambangan, yang berujung pada kehancuran hutan dan alam di Kalteng ini.
“Banjir di Kalteng merupakan akumulasi dari kegagalan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam dan kerakusan para perusak hutan dan investor yang hanya mau mengambil keuntungan tanpa memikirkan dampaknya,” ujar Juru Kampanye Green Peace Indonesia Arie Rompas saat dihubungi Kalteng Pos.
Kawasan hutan dan alam di Kalteng sudah terdegradasi akibat pembangunan maupun eksplorasi alam yang terjadi bertahun-tahun, yang dilakukan tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam.
Selain itu, lanjutnya, pelaksanaan pembangunan di tingkat kabupaten maupun provinsi, kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan maupun hutan. Menurut Arie, berkaca pada kebiasaan yang terjadi beberapa tahun lalu, banjir di Kalteng biasanya terjadi saat puncak musim hujan, yakni pada Januari hingga Februari.
Namun, bencana banjir di sebagian besar wilayah Kalteng saat ini justru terjadi pada awal musim hujan. “Ini baru mau masuk musim penghujan, tapi sudah banyak daerah di Kalteng mengalami banjir. Itu menandakan tingkat kerusakan alam sudah sedemikian parah di hampir seluruh wilayah Kalteng,” ucap Arie.
Karena itu, Arie mendesak pemerintah segera melakukan upaya untuk menghentikan kerusakan hutan dan alam di wilayah Kalteng. Salah satu usulan yang disampaikan Arie adalah dengan melakukan evaluasi dan mencabut izin investasi yang terbukti menjadi penyebab kerusakan alam dan hutan di Kalteng.
“Pemerintah harus segera menghentikan izin investasi yang justru menimbulkan kerusakan hutan (deforestation) di wilayah Kalteng,” tegas Arie. (abw/eri/sja/ce/ram)