Jumat, September 20, 2024
38.1 C
Palangkaraya

Masjid Direnovasi Total, Tak Ada Lagi Keaslian Bangunan

MASJID Jami Assalam yang terletak di Jalan Iskandar, Kelurahan Mentawa Baru Ketapang merupakan masjid pertama yang dibangun di Kotawaringin Timur (Kotim). Siapa yang menyangka masjid yang dibangun tahun 1876 itu, awalnya hanya berukuran 4×5 meter.

Seiiring berjalannya waktu, pada 1928 bangunan masjid diperluas menjadi 18×32 meter. Saya (penulis) diperlihatkan dokumentasi tersisa dari bangunan lawas masjid ini. Foto hitam putih itu dipajang di dalam masjid. Tertulis jelas pada foto itu; “Masdjid Djami Tempo Doeloe Tahun 1928”. Di dalam foto itu tampak banyak anak dan orang dewasa yang mengenakan peci hitam berfoto di depan masjid. Beberapa orang lagi berada di atap masjid.

Salah satu pengurus Masjid Jami Assalam, H Misranie Saleh saat ditemui Kamis (7/4), bercerita panjang lebar mengenai kondisi Masjid Jami Assalam. Ia mengatakan, dahulunya bangunan masjid ini hanya terbuat dari kayu biasa, dengan daya tampung jemaah sedikit. Posisi bangunan dapat dilihat langsung dari Sungai Mentaya. Namun seiring makin padatnya permukiman dan banyak bangunan rumah berdiri di bibir sungai, pandangan ke arah masjid dari tengah sungai jadi terhalang.

Baca Juga :  Aturan Terbaru Lagi, Penumpang Pesawat Cukup Tes Antigen

Masjid Jami Assalam yang memiliki luas tanah sekitar 1.500 meter persegi, hingga saat ini sudah tiga kali direnovasi. Terakhir sekitar tahun 2000 lalu. Dibuat menjadi bangunan dua tingkat, sehingga dapat menampung hingga 1.500 jemaah, dan memiliki dua tangga pada sisi kanan dan kiri masjid.

“Ukuran bangunan saat ini 34×24 meter, bangunannya jadi dua tingkat dengan ketinggian sekitar 20 meter, kalau untuk dinding maupun lantainya menggunakan marmer, dan warna bagian luarnya hijau dengan paduan warna kuning emas dan cream,” terang Misranie.

Ia mengatakan bahwa Masjid Jami Assalam memiliki mimbar yang terbuat dari kayu ulin yang diukir. Di tengah masjid terdapat empat tiang penyangga. Juga ada menara dengan tinggi sekitar 25 meter yang dibangun pada 2005 lalu. Sementara luas halaman masjid sekitar 70×70 meter.

“Selain itu, Masjid Jami Assalam juga punya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Raudhatul Atfhal (RA) yang lokasinya di samping kiri depan masjid, sekolah ini berada di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Kotim,” ungkapnya.

Baca Juga :  Razia Penjara, Ini Potret Barang Berbahaya yang Diamankan Tim Gabungan

Ia menambahkan, untuk memakmurkan Masjid Jami Assalam, pengurus sering melakukan kegiatan yang mendatangkan penceramah ternama seperti habib untuk memberikan tausiah di masjid. Penceramah diundang dari berbagai daerah, baik dari provinsi tetangga Kalimantan Selatan maupun dari Pulau Jawa.

“Bahkan beberapa pejabat Pemerintah Kabupaten Kotim maupun dari provinsi kerap datang ke masjid ini untuk melakukan kegiatan keislaman, dengan terus melakukan kegiatan memakmurkan masjid, membuat jemaah yang rutin menjalani salat di masjid ini menjadi senang, karena sebagai umat Islam tentu perlu mendalami agama lewat pengajian di masjid,” ujar Misranie.

Saat ditanya apakah Masjid Jami Assalam ini pernah diusulkan sebagai cagar budaya, ia mengatakan belum pernah. Sebab masjid yang umurnya telah mencapai 146 tahun ini sudah tiga kali direnovasi, sehingga tidak ada lagi keaslian bangunan.

“Hampir semuanya sudah berubah, tidak ada keaslian bangunan yang tertinggal, mungkin hanya sebuah curung untuk azan, itu pun sudah tidak digunakan lagi, karena saat ini sudah memakai alat pengeras suara,” sebutnya. (*/bersambung/ce/ala/ko)

MASJID Jami Assalam yang terletak di Jalan Iskandar, Kelurahan Mentawa Baru Ketapang merupakan masjid pertama yang dibangun di Kotawaringin Timur (Kotim). Siapa yang menyangka masjid yang dibangun tahun 1876 itu, awalnya hanya berukuran 4×5 meter.

Seiiring berjalannya waktu, pada 1928 bangunan masjid diperluas menjadi 18×32 meter. Saya (penulis) diperlihatkan dokumentasi tersisa dari bangunan lawas masjid ini. Foto hitam putih itu dipajang di dalam masjid. Tertulis jelas pada foto itu; “Masdjid Djami Tempo Doeloe Tahun 1928”. Di dalam foto itu tampak banyak anak dan orang dewasa yang mengenakan peci hitam berfoto di depan masjid. Beberapa orang lagi berada di atap masjid.

Salah satu pengurus Masjid Jami Assalam, H Misranie Saleh saat ditemui Kamis (7/4), bercerita panjang lebar mengenai kondisi Masjid Jami Assalam. Ia mengatakan, dahulunya bangunan masjid ini hanya terbuat dari kayu biasa, dengan daya tampung jemaah sedikit. Posisi bangunan dapat dilihat langsung dari Sungai Mentaya. Namun seiring makin padatnya permukiman dan banyak bangunan rumah berdiri di bibir sungai, pandangan ke arah masjid dari tengah sungai jadi terhalang.

Baca Juga :  Aturan Terbaru Lagi, Penumpang Pesawat Cukup Tes Antigen

Masjid Jami Assalam yang memiliki luas tanah sekitar 1.500 meter persegi, hingga saat ini sudah tiga kali direnovasi. Terakhir sekitar tahun 2000 lalu. Dibuat menjadi bangunan dua tingkat, sehingga dapat menampung hingga 1.500 jemaah, dan memiliki dua tangga pada sisi kanan dan kiri masjid.

“Ukuran bangunan saat ini 34×24 meter, bangunannya jadi dua tingkat dengan ketinggian sekitar 20 meter, kalau untuk dinding maupun lantainya menggunakan marmer, dan warna bagian luarnya hijau dengan paduan warna kuning emas dan cream,” terang Misranie.

Ia mengatakan bahwa Masjid Jami Assalam memiliki mimbar yang terbuat dari kayu ulin yang diukir. Di tengah masjid terdapat empat tiang penyangga. Juga ada menara dengan tinggi sekitar 25 meter yang dibangun pada 2005 lalu. Sementara luas halaman masjid sekitar 70×70 meter.

“Selain itu, Masjid Jami Assalam juga punya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Raudhatul Atfhal (RA) yang lokasinya di samping kiri depan masjid, sekolah ini berada di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Kotim,” ungkapnya.

Baca Juga :  Razia Penjara, Ini Potret Barang Berbahaya yang Diamankan Tim Gabungan

Ia menambahkan, untuk memakmurkan Masjid Jami Assalam, pengurus sering melakukan kegiatan yang mendatangkan penceramah ternama seperti habib untuk memberikan tausiah di masjid. Penceramah diundang dari berbagai daerah, baik dari provinsi tetangga Kalimantan Selatan maupun dari Pulau Jawa.

“Bahkan beberapa pejabat Pemerintah Kabupaten Kotim maupun dari provinsi kerap datang ke masjid ini untuk melakukan kegiatan keislaman, dengan terus melakukan kegiatan memakmurkan masjid, membuat jemaah yang rutin menjalani salat di masjid ini menjadi senang, karena sebagai umat Islam tentu perlu mendalami agama lewat pengajian di masjid,” ujar Misranie.

Saat ditanya apakah Masjid Jami Assalam ini pernah diusulkan sebagai cagar budaya, ia mengatakan belum pernah. Sebab masjid yang umurnya telah mencapai 146 tahun ini sudah tiga kali direnovasi, sehingga tidak ada lagi keaslian bangunan.

“Hampir semuanya sudah berubah, tidak ada keaslian bangunan yang tertinggal, mungkin hanya sebuah curung untuk azan, itu pun sudah tidak digunakan lagi, karena saat ini sudah memakai alat pengeras suara,” sebutnya. (*/bersambung/ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/