Jumat, September 20, 2024
38.1 C
Palangkaraya

Kalteng Daerah Tertular PMK

PALANGKA RAYA – Sebanyak 11 dari 20 ekor sapi di Kotawaringin Barat (Kobar) dinyatakan suspek penyakit mulut dan kuku (PMK). Diketahui bahwa sapi-sapi itu sebelumnya didatangkan dari Jawa Timur bersama 130 ekor sapi lainnya. Sementara saat ini wilayah Jawa Timur merupakan daerah wabah PMK.

Terkait itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kobar Rosehan Pribadi melalui sekretarisnya Haryo Prabowo mengatakan, pihaknya sudah melakukan upaya pengobatan terhadap sapi yang dinyatakan suspek.“Sampai saat ini memang belum ditemukan adanya ternak yang mati akibat PKM,” ujarnya.

Informasi yang didapat dari Balai Karantina Pertanian Wilayah Kerja Pangkalan Bun, jalur masuk ternak ke Palabuhan Kumai dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah ditutup.“Kami akan bersinergi dengan pihak Balai untuk mengawasi lalu lintas kapal pengangut ternak. DPKH juga memiliki check point di Pelabuhan Kumai untuk pengawasan,” katanya, Rabu (11/5).

Baca Juga :  Lembaga Adat Mitra Strategis Pemda

Dengan ditemukannya kasus PMK di Kabupaten Kobar, Provinsi Kalteng ditetapkan sebagai daerah tertular PMK.“Karena secara klinis (penyakit, red) itu muncul di Kabupaten Kobar, di kandang penampungan sapi potong yang didatangkan dari daerah Jawa Timur,” ucap Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia atau PDHI Kalimantan Tengah, drh Eko Hari Yuwono kepada Kalateng Pos, Rabu (11/5).

Eko menyebut, PMK ini tergolong penyakit hewan yang cepat menular. Bisa melalui kontak langsung antarhewan yang sehat dengan hewan penderita, maupun melalui sarana yang terkontaminasi hewan tertular atau melalui udara.

“Tingkat penularannya cepat, tapi tingkat kematian ternak kecil, antara 10-15 persen. Beda dengan penyakit ASF pada babi yang tingkat kematiannya bisa sampai 98 persen,” terangnya.

Baca Juga :  Katingan dan Barito Utara Juara Besei Kambe

Untuk mengantisipasi penyakit PMK ini, Eko menyarankan kepada peternak untuk menerapkan biosekuriti kandang yang ketat dan menjaga kebersihan kandang ternak secara maksimal.

Disarankan bagi para peternak untuk memperhatikan asal-usul ternak yang dibeli.Ternak yang terjangkit PMK biasanya diberikan obat antibiotik, suplemen vitamin, dan obat penurun panas.

“Untuk diketahui, ternak yang telah mendapatkan pengobatan dan terlihat sembuh dari berbagai gejala sekunder PMK, tidak lantas membuat ternak tersebut bebas dari PMK. Di dalam tubuh ternak masih ada virusnya, jadi masih ada potensi menjadi pembawa atau penular PMK ke ternak lain,” bebernya.

PALANGKA RAYA – Sebanyak 11 dari 20 ekor sapi di Kotawaringin Barat (Kobar) dinyatakan suspek penyakit mulut dan kuku (PMK). Diketahui bahwa sapi-sapi itu sebelumnya didatangkan dari Jawa Timur bersama 130 ekor sapi lainnya. Sementara saat ini wilayah Jawa Timur merupakan daerah wabah PMK.

Terkait itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kobar Rosehan Pribadi melalui sekretarisnya Haryo Prabowo mengatakan, pihaknya sudah melakukan upaya pengobatan terhadap sapi yang dinyatakan suspek.“Sampai saat ini memang belum ditemukan adanya ternak yang mati akibat PKM,” ujarnya.

Informasi yang didapat dari Balai Karantina Pertanian Wilayah Kerja Pangkalan Bun, jalur masuk ternak ke Palabuhan Kumai dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah ditutup.“Kami akan bersinergi dengan pihak Balai untuk mengawasi lalu lintas kapal pengangut ternak. DPKH juga memiliki check point di Pelabuhan Kumai untuk pengawasan,” katanya, Rabu (11/5).

Baca Juga :  Lembaga Adat Mitra Strategis Pemda

Dengan ditemukannya kasus PMK di Kabupaten Kobar, Provinsi Kalteng ditetapkan sebagai daerah tertular PMK.“Karena secara klinis (penyakit, red) itu muncul di Kabupaten Kobar, di kandang penampungan sapi potong yang didatangkan dari daerah Jawa Timur,” ucap Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia atau PDHI Kalimantan Tengah, drh Eko Hari Yuwono kepada Kalateng Pos, Rabu (11/5).

Eko menyebut, PMK ini tergolong penyakit hewan yang cepat menular. Bisa melalui kontak langsung antarhewan yang sehat dengan hewan penderita, maupun melalui sarana yang terkontaminasi hewan tertular atau melalui udara.

“Tingkat penularannya cepat, tapi tingkat kematian ternak kecil, antara 10-15 persen. Beda dengan penyakit ASF pada babi yang tingkat kematiannya bisa sampai 98 persen,” terangnya.

Baca Juga :  Katingan dan Barito Utara Juara Besei Kambe

Untuk mengantisipasi penyakit PMK ini, Eko menyarankan kepada peternak untuk menerapkan biosekuriti kandang yang ketat dan menjaga kebersihan kandang ternak secara maksimal.

Disarankan bagi para peternak untuk memperhatikan asal-usul ternak yang dibeli.Ternak yang terjangkit PMK biasanya diberikan obat antibiotik, suplemen vitamin, dan obat penurun panas.

“Untuk diketahui, ternak yang telah mendapatkan pengobatan dan terlihat sembuh dari berbagai gejala sekunder PMK, tidak lantas membuat ternak tersebut bebas dari PMK. Di dalam tubuh ternak masih ada virusnya, jadi masih ada potensi menjadi pembawa atau penular PMK ke ternak lain,” bebernya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/