PALANGKA RAYA-Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya bakal merelokasi korban kebakaran di Gang Sayur ke rumah susun sederhana sewa atau rusunawa yang terletak di Jalan Pelatuk, Palangka Raya. Wacana relokasi tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi mengenai nasib para korban kebakaran yang kehilanggan tempat tinggal.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Palangka Raya Riduan mengatakan, dalam rapat tersebut telah disepakati bahwa ada 8 kamar yang tersedia untuk dihuni oleh 8 kepala keluarga (KK). Prosedur untuk mendapatkan tempat tinggal itu sangat mudah. Cukup menghubungi langsung pihak dinas perumahan, kawasan permukiman dan pertanahan (disperkimtan).
“Saya juga sudah menghubungi Pak Sumarsono selaku kepala disperkimtan, sesuai kesepakatan dalam rapat kemarin, pemko melalui disperkimtan menyediakan rusun gratis sebanyak 8 kamar yang bisa ditempati oleh 8 kepala keluarga, itu bagi yang mau, sembari mereka berupaya dan menunggu batuan dari provinsi yang dijanjikan kemarin, sehingga kami dari dinsos berkolaborasi dengan disperkimtan sepakat ada 8 kepala keluarga yang kami bantu,” kata Riduan.
Sejauh ini belum dilakukan relokasi, karena belum ada yang mendaftar. Para korban lebih memilih untuk tinggal di tempat keluarga, kos-kosan, dan bahkan menempati poskamling.
“Sebagian besar ada yang menyewa di barak dan sebagian lagi ada yang tinggal di tempat keluarga,” kata Najarudin selalu ketua RT 01, RW 27 saat ditemui di Puskesmas Pahandut, Selasa (16/4).
Najarudin sendiri mengakui ada tawaran dari pihak pemko kepada para warga korban kebakaran yang kebetulan diungsikan di posko pengungsian di Puskesmas Pahandut. Mereka yang belum memiliki tempat tinggal, sementara waktu bisa menyewa rusunawa di Jalan Pelatuk.
“Bagi yang belum dapat tempat tinggal, bisa menempati rumah susun di Jalan Pelatuk, di sana ada beberapa kamar kosong,” kata ketua RT 01/RW 27 itu menjelaskan tawaran dari pemerintah.
Namun diakui Najarudin bahwa sampai saat ini belum ada satu pun warga korban kebakaran yang menerima tawaran tersebut. Warga lebih memilih untuk tinggal di sekitar lokasi bekas tempat tinggal mereka.
“Belum ada yang mau ke sana, karena mereka masih mengemasi rumah yang terbakar kemarin, mengumpulkan barang barang mereka yang masih layak digunakan,” terang Najarudin.
“Mereka juga menunggu datangnya bantuan untuk membangun ulang tempat tinggal mereka,” tambahnya.
Menurut Najarudin, warga korban kebakaran memang sangat berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun donatur agar mereka bisa membangun tempat tinggal baru.
“Terutama mereka yang punya tanah dan rumah, memang sangat berharap ada bantuan dari pemerintah untuk pembangunan rumah di lokasi yang terbakar itu,” kata Najarudin.
Terkait bantuan bagi para korban, Najarudin menyebut sampai saat ini bantuan sembako terus berdatangan dari berbagai pihak. Salah bantuan yang sangat disyukuri para korban adalah santunan yang diberikan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran yang diserahkan melalui Wakil Gubernur H Edy Pratowo saat mengunjungi posko penampungan para korban beberapa waktu lalu.
Santunan dari gubernur itu berupa uang senilai Rp15 juta per KK. Itu sangat diperlukan para korban untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Kemarin ada bantuan santunan dari Pak Gubernur sebesar Rp 15 juta yang diserahkan melalui Pak Wakil Gubernur, alhamdulillah mereka (para korban, red) sangat bersyukur dengan bantuan itu,” tutur Najarudin.
Sementara itu, pihak pengelola Rusunawa Sesep Madu mengaku belum mengetahui soal rencana relokasi warga korban kebakaran. Hal itu disampaikan Pidnei selaku petugas rusunawa dari disperkimtan, Selasa (16/4).
“Belum ada informasi itu (relokasi ke rusunawa),” ucapnya.
Pidnei menyebut dirinya tidak tahu terkait kemungkinan informasi tersebut langsung disampaikan pemko kepada disperkimtan. “Eggak tahu kalau instruksi itu kemungkinan ada langsung (disampaikan ke dinas),” tambahnya.
Pidnei menjelaskan, di rusunawa tersebut kini dihuni sekitar 40-an KK, dari kapasitas total sekitar 96 kamar. Diterangkannya, sebagian besar kamar hunian di rusunawa berlantai empat tersebut rusak, sehingga tidak bisa dihuni. Di sebagian besar kamar hunian itu ada rembesan air dari bagian langit-langit atau plafon kamar.
“Dari total 96 kamar itu, ada banyak yang tidak layak huni,” ujarnya.
Dikatakan Pidnei, diperkirakan hanya ada 3 atau 4 kamar saja yang masih bisa ditempati di rusunawa tersebut. “Mungkin ada sekitar empat kamar saja yang bisa dihuni, itu ada di lantai tiga,” katanya.
Berdasarkan pengamatannya, kerusakan di sebagian besar kamar tersebut cukup parah. “Kami sendiri bingung rembesan ini dari mana, apakah karena hujan atau dari kamar di atasnya, karena kadang kami lihat ada kamar yang diatas tidak ada penghuninya, tapi di kamar bawah ada rembesan,” ujarnya.
Terkait fasilitas yang disediakan bagi para penghuni rusunawa, Pidnei menjelaskan tiap kamar dilengkapi dengan layanan listrik prabayar dan layanan air bersih yang dikelola oleh warga rusunawa sendiri. “Untuk air warga sendiri yang mengelola, airnya dari sumur bor,” terangnya.
Terkait biaya sewa kamar, Pidnei menyebut biaya disesuaikan dengan aturan sewa rusunawa yang tertuang dalam perda. “Sesuai perda, untuk lantai dua sewanya Rp250 ribu, lantai tiga Rp200 ribu, dan lantai paling atas Rp150 ribu,” bebernya. (mut/sja/ce/ala)