Kamis, September 19, 2024
37.9 C
Palangkaraya

Melihat Tradisi Baayun di Palangka Raya saat Maulid Nabi

PALANGKA RAYA–Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw tidak hanya merupakan momen spiritual, tetapi juga menampilkan kekayaan tradisi dan budaya yang berbeda di tiap daerah.

Salah satunya adalah tradisi Baayun Maulid, yang merupakan tradisi mengayun bayi sebagai bagian dari perayaan maulid nabi. Baayun berarti mengayun atau membuai bayi, sementara maulid merujuk pada kelahiran Nabi Muhammad saw.

Tahun ini, kegiatan tersebut dilaksanakan di halaman Masjid Baburrahmah, Jalan Jati, Kota Palangka Raya, Senin (16/9).

Ustaz Taufik Ramlan selaku ketua panitia kegiatan menjelaskan, dalam tradisi Baayun Maulid biasanya bayi atau anak ditempatkan di ayunan yang terbuat dari tiga lapis kain dan dihiasi janur.

Orang tua menyiapkan berbagai bahan seperti beras, gula, nyiur, dan binggul (uang receh) serta hiasan lainnya untuk melengkapi ayunan.

Baca Juga :  5 Anggota Polda Kalteng Diberhentikan Tidak Hormat, Ini Kasusnya

Selama pengayunan diiringi dengan pembacaan syair, ceramah, dan doa sebagai bentuk permohonan dan harapan untuk kesehatan dan keselamatan bayi.

“Dalam tradisi ini digunakan tiga lapis kain, yaitu kain jarik, kain pinduduk, dan kain kuning yang dihiasi dengan janur di atasnya. Tujuannya adalah agar anak tersebut terlindungi dan kuat menghadapi tantangan di masa depan,” ucap Ustaz Taufik.

Suasana Baayun Maulid tampak tenang. Tak ada suara tangisan bayi yang terdengar. Hanya tawa dan candaan anak-anak yang duduk di ayunan sambil dikipasi ibu mereka.

Sementara itu, para orang tua tampak khusyuk mendengarkan ceramah yang disampaikan Ustaz Haji Muhammad Rusli.

Salah satu peserta, Nurul Jamila, tampak hati-hati mengayun putrinya, Hafizah Nur Khalisah, yang baru berusia 2 bulan.

Baca Juga :  Tim Call Center 112 Evakuasi Beruk Liar

Perempuan berusia 40 tahun itu mengaku telah menanti kehadiran sang buah hati selama 10 tahun pernikahan. Melalui tradisi ini, ia berharap ada keberkahan, sehingga anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, salihah, dan berbakti pada orang tua.

“Semoga anak saya sehat, panjang umur, dan menjadi anak yang salihah,” ucap Nurul.

Tradisi Baayun Maulid yang diselenggarakan di Masjid Baburrahmah kali ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga simbol doa dan harapan para orang tua bagi anak-anak mereka, seraya merayakan kecintaan terhadap Nabi Muhammad saw. (mut/ce/ala)

PALANGKA RAYA–Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw tidak hanya merupakan momen spiritual, tetapi juga menampilkan kekayaan tradisi dan budaya yang berbeda di tiap daerah.

Salah satunya adalah tradisi Baayun Maulid, yang merupakan tradisi mengayun bayi sebagai bagian dari perayaan maulid nabi. Baayun berarti mengayun atau membuai bayi, sementara maulid merujuk pada kelahiran Nabi Muhammad saw.

Tahun ini, kegiatan tersebut dilaksanakan di halaman Masjid Baburrahmah, Jalan Jati, Kota Palangka Raya, Senin (16/9).

Ustaz Taufik Ramlan selaku ketua panitia kegiatan menjelaskan, dalam tradisi Baayun Maulid biasanya bayi atau anak ditempatkan di ayunan yang terbuat dari tiga lapis kain dan dihiasi janur.

Orang tua menyiapkan berbagai bahan seperti beras, gula, nyiur, dan binggul (uang receh) serta hiasan lainnya untuk melengkapi ayunan.

Baca Juga :  5 Anggota Polda Kalteng Diberhentikan Tidak Hormat, Ini Kasusnya

Selama pengayunan diiringi dengan pembacaan syair, ceramah, dan doa sebagai bentuk permohonan dan harapan untuk kesehatan dan keselamatan bayi.

“Dalam tradisi ini digunakan tiga lapis kain, yaitu kain jarik, kain pinduduk, dan kain kuning yang dihiasi dengan janur di atasnya. Tujuannya adalah agar anak tersebut terlindungi dan kuat menghadapi tantangan di masa depan,” ucap Ustaz Taufik.

Suasana Baayun Maulid tampak tenang. Tak ada suara tangisan bayi yang terdengar. Hanya tawa dan candaan anak-anak yang duduk di ayunan sambil dikipasi ibu mereka.

Sementara itu, para orang tua tampak khusyuk mendengarkan ceramah yang disampaikan Ustaz Haji Muhammad Rusli.

Salah satu peserta, Nurul Jamila, tampak hati-hati mengayun putrinya, Hafizah Nur Khalisah, yang baru berusia 2 bulan.

Baca Juga :  Tim Call Center 112 Evakuasi Beruk Liar

Perempuan berusia 40 tahun itu mengaku telah menanti kehadiran sang buah hati selama 10 tahun pernikahan. Melalui tradisi ini, ia berharap ada keberkahan, sehingga anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, salihah, dan berbakti pada orang tua.

“Semoga anak saya sehat, panjang umur, dan menjadi anak yang salihah,” ucap Nurul.

Tradisi Baayun Maulid yang diselenggarakan di Masjid Baburrahmah kali ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga simbol doa dan harapan para orang tua bagi anak-anak mereka, seraya merayakan kecintaan terhadap Nabi Muhammad saw. (mut/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/