PALANGKA RAYA-Perebutan suara di pemilihan gubernur (pilgub) Kalimantan Tengah (Kalteng) diprediksi akan berlangsung ketat. Empat pasang calon harus mampu menjaga basis massa demi meraup suara sebanyak-banyaknya.
Sesuai aturan yang ditetapkan, peraih suara tertinggilah yang dinyatakan menang dan tidak ada putaran kedua pemilihan.
Pengamat politik Kalteng Farid Zaky mengatakan, sangat wajar jika para bakal calon saat ini menyosialisasikan diri di daerah-daerah yang memiliki lumbung suara atau basis massa.
Farid mengingatkan kepada kandidat untuk terlebih dahulu memastikan kemenangan di daerah asal masing-masing.
“Misalnya Nadalsyah Koyem dan Supian Hadi harus terlebih dahulu mengamankan kandangnya, yakni Barito Utara dan Kotawaringin Timur. Atau misalnya Abdul Razak dan Sri Suwanto harus bisa mengamankan Kota Palangka Raya dengan menyapu bersih suara, karena di situ ada Fairid juga,” ucap Farid kepada Kalteng Pos, Selasa (17/9).
Selain itu, Willy M Yoseph harus bisa memenangkan perolehan suara di wilayah asalnya, Murung Raya. Bahkan kalau ia mampu, harus bisa menggaet suara hingga ke daerah Barito Selatan.
Di situ akan terjadi irisan suara dengan Koyem. Bakal terjadi adu kekuatan di daerah DAS Barito. Selanjutnya, Abdul Razak tentu memiliki kantong suara di Kotawaringin Barat.
Tentu akan terjadi perebutan suara dengan Agustiar Sabran.
“Nah, yang menjadi fokus utama dan pengamanan suara adalah kandang sendiri,” tegasnya.
Lebih lanjut Farid menjelaskan, khusus daerah yang bukan menjadi basis para bakal calon, harus ada tindakan pendekatan dengan masyarakat setempat untuk bisa meraup suara.
Misalnya, Abdul Razak blusukan ke Kapuas, Pulang Pisau, maupun Kotawaringin Timur. Atau kegiatan yang mampu mengumpulkan massa, seperti diskusi Q Desak yang dicanangkan pasangan Willy-Habib. Bahkan deklarasi besar-besaran, seperti yang dilakukan pasangan Koyem-SHD di Kapuas.
“Maka harus cari cara untuk menarik simpatisan, seperti mengadakan acara jalan sehat berhadiah, blusukan ke tempat-tempat keramaian, atau mengadakan konser maupun tablig akbar dengan mendatangkan penceramah kondang,” tuturnya.
Menurut Farid, untuk meraih simpatisan di kabupaten yang memiliki jumlah penduduk sedikit, seperti Lamandau, Sukamara, Barito Timur, Gunung Mas, dan beberapa daerah lain, bisa dilakukan dengan sistem zonasi.
“Misalnya, apabila gebrakan dilakukan di Kotawaringin Barat karena marketnya di sana, maka Lamandau dan Sukamara akan mendapatkan impact-nya dan dianggap sudah dilakukan kampanye. Bukan tidak dianggap, tetapi dipandang sudah mendapatkan dampak elektoral,” jelasnya.
Hal serupa juga berlaku untuk daerah Kotawaringin Timur yang akan berdampak pada Seruyan, Palangka Raya berdampak pada Gunung Mas dan Katingan, dan Kapuas akan berdampak pada Pulang Pisau.
Selanjutnya bisa diturunkan mesin partai untuk menghimpun suara di daerah-daerah itu, karena pendekatannya lebih pada sosiokultural.
“Misalnya, daerah-daerah yang banyak transmigrannya, bisa diutus orang yang kejawaannya kuat atau bisa juga seperti Sri Suwanto maupun Edy Pratowo yang turun ke sana kalau ingin menggunakan tenaga wakilnya. Kalau banyak orang Dayaknya, maka bisa diturunkan orang dengan unsur kedayakan yang kuat,” ungkapnya.
Cara lainnya yakni dengan menghadiri acara keagamaan seperti maulid. Tim sukses bisa menurunkan sosok yang keislamannya kuat, seperti Habib Ismail maupun Sri Suwanto, atau dua-duanya baik calon gubernur maupun wakil gubenur.
Menurut Farid, paslon dapat meraih kemenangan jika berhasil menguasai basis suara. Berdasarkan DPS, Kotim memiliki 310.242 pemilih, Kapuas 295.443 pemilih, Kota Palangka Raya 218.567 pemilih, dan Kobar 201.816 pemilih.
Total suara pada keempat wilayah ini mencapai lebih dari sejuta pemilih, alias sudah melebihi 50 persen dari total pemilih di Kalteng.
“Empat kabupaten tersebut melebihi jumlah DPS Kabupaten Katingan, Barito Utara, Seruyan, Pulang Pisau, Barito Selatan, Gunung Mas, Barito Timur, Murung Raya, Lamandau, dan Sukamara, yang jika dikumpulkan hanya mencapai 900 ribu lebih pemilih,” bebernya
Namun hal itu tidak sesederhana apa yang diinginkan. Sebab, para bakal calon gubernur maupun wakil gubernur memilki keterwakilannya.
“Misalnya lumbung suara di Kotim itu ada SHD, Kotawaringin Barat ada Agustiar dan Abdul Razak, DAS Barito ada Willy dan Nadalsyah, Pulang Pisau dan Kapuas akan diperebutkan oleh Habib Ismail dan Edy Pratowo. Belum lagi keterwakilan berdasarkan faktor lainnya. Sehingga persaingan sengit akan tersaji pada pilkada kali ini,” pungkasnya. (irj/ce/ala)