Jumat, November 22, 2024
30.8 C
Palangkaraya

40 Sapi Terkonfirmasi PMK, Kobar Lockdown Kandang

Perketat Pengawasan terhadap Hewan Kurban dari Luar Kalteng

PALANGKA RAYA-Para peternak sapi di Kalteng dikejutkan dengan meluasnya penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang awalnya hanya terdeteksi di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng Riza Rahmadi menyebut, pihaknya telah melakukan penelusuran terkait masuknya hewan ternak ke wilayah Kalteng. Hasilnya, ditemukan 40 ekor sapi yang terkonfirmasi positif PMK.

Dikatakannya, selama ini hewan ternak seperti sapi dan kambing yang beredar di Kalteng sebagian besar didatangkan dari beberapa wilayah di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Apalagi jarak Kalteng dengan Jatim cukup dekat dan transportasinya pun mudah.

“Dengan ditemukannya kasus PMK di Jatim, kami mengambil kebijakan khususnya terhadap hewan ternak yang kemungkinan sudah masuk ke wilayah Kalteng,” katanya, kemarin.

Menurutnya ada sejumlah hewan ternak yang masuk ke wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) melalui Pelabuhan Kumai. Hasil dari penelusuran ditemukan 38 ekor sapi di Kecamatan Arut Selatan dan 2 ekor di Pangkalan Lada terkonfirmasi positif PMK.

“40 ekor sapi ini terkonfirmasi positif berdasarkan hasil tes laboratorium di pusat veteriner Jawa Timur,” ucapnya.

Informasi soal sapi-sapi yang terkonfirmasi positif PMK diketahui pada 8 Mei lalu. Sebelumnya pada 6 Mei tim dokter hewan diterjunkan ke wilayah Kobar untuk mengambil sejumlah sampel.

“Setelah kami ambil sampel dan kirim ke Surabaya, pada 8 Mei diterima hasil pemeriksaan laboratoriumnya,” sebutnya.

Riza menyebut, saat ini empat dari puluhan sapi terkonfimasi positif PMK itu sudah dinyatakan sembuh. Meski demikian, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan terhadap penyakit ini dengan melakukan lockdown kandang.

“Sebanyak 40 sapi yang positif PMK itu dari tiga kandang peternakan. Tiga peternakan itu sudah dilakukan lockdown kandang. Jadi tidak ada pergerakan hewan yang keluar dari tiga kandang itu,” tegasnya.

Selain itu juga dilakukan penyemprotan disinfektan pada kadang-kadang yang sudah terkontaminasi, bahkan seluruh kandang yang ada di wilayah Kobar.

Menyikapai wabah ini, Pemko Palangka Raya dan Pemprov Kalteng melakukan pengawasan terhadap alur keluar masuk ternak sapi di Palangka Raya, karena tidak lama lagi akan ada perayaan Hari Kurban atau Hari Raya Iduladha. Untuk menekan penyebaran PMK ini, Rabu (18/5) Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Palangka Raya bersama Satgas Provinsi Kalteng melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah ternak sapi yang akan dijadikan kurban nanti. Ada dua lokasi kandang peternakan sapi yang dikunjungi tim. Yakni milik Sukiran di Jalan Mahir Mahar dan milik H Tresno di Kelurahan Kalampangan.

Baca Juga :  Pencegahan dan Penegakan Hukum soal Karhutla Masih Lemah

Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya Ir Sumardi mengatakan, pemeriksaan dan pemantauan yang dilakukan tim kali ini untuk memantau kondisi ternak sapi yang baru didatangkan dari wilayah Kupang, NTT.

“Kupang merupakan salah satu daerah yang masih bebas dari wabah PMK,” ucap Sumardi.

Diterangkannya, jumlah sapi kurban yang didatangkan dari Kupang mencapai 150 ekor. Sesuai aturan yang diberlakukan saat ini, lanjut Sumardi, sapi yang didatangkan dari luar Kalteng sudah menjalani proses karantina. Setibanya di Kota Palangka Raya, diperiksa lagi kesehatan hewan-hewan kurban itu.

“Ini untuk memastikan kondisi klinis dari sapi yang baru didatangkan,” ujarnya.  

Dikatakan Sumardi, sapi-sapi maupun alat kendaraan yang mengakut ke Kota Palangka Raya disemprot disinfektan. Tujuannya untuk membunuh virus yang mungkin saja ada terbawa karena menempel pada alat transportasi atau pada ternak sapi itu sendiri. Meski kondisi seluruh sapi yang didatangkan dari Kupang terpantau sehat, pihaknya tetap meminta kepada para peternak untuk tidak langsung menjual sapi-sapi tersebut ke masyarakat.

“Ternak-ternak yang baru datang ini akan kami pantau lagi selama satu minggu, jadi jangan didistribusikan dahulu ke masyarakat,” ucap Sumardi.

Diterangkannya, sejauh ini sapi-sapi kurban yang sudah masuk ke Palangka Raya mencapai 400 ekor. Sedangkan untuk hewan kurban lainnya seperti kambing dan domba, belum ada datanya.

“Yang ada cuma yang lokalan saja, sekitar 350 ekor yang ada di masyarakat, yakni pada petani peternak di sekitar kota,” ujarnya sembari menerangkan kebutuhan sapi kurban per tahun untuk wilayah kota biasanya mencapai lebih dari 1.000 ekor.

Meski saat ini Palangka Raya masih kekurangan stok sapi kurban, Sumardi optimistis dalam sisa waktu yang ada, jumlah persediaan sapi kurban bisa tercukupi, walau nanti jumlah stok sapi kurban yang disiapkan oleh pihak pengusaha dan pedagang ternak kemungkinan tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

“Masih ada cukup waktu bagi para pedagang untuk mendatangkan lagi stok sapi kurban dari luar kota,” ujar Sumardi.

Baca Juga :  Hasil Seleksi Diumumkan 12 September

Sebelum munculnya wabah PMK, lanjutnya, para pedagang hewan kurban di Palangka Raya biasanya memasoknya dari sejumlah daerah, seperti Jawa Timur, NTT, NTB, Bali, dan wilayah Sulawesi Selatan.

Karena saat ini Jawa Timur menerapkan lockdown, maka para pengusaha dan peternak sapi kurban memesannya dari daerah lain yang masih bebas dari wabah PMK.

“Salah satunya dari Kupang, NTT, walaupun agak jauh dan memerlukan waktu yang lama dalam perjalanan (pengiriman),” ujar Sumardi.

Dia berharap masyarakat Palangka Raya bisa memaklumi jika nantinya terjadi kenaikan harga untuk hewan sapi kurban. Namun Sumardi meyakini kenaikan harga masih bisa terjangkau oleh daya beli masyarakat. “Karena keterbatasan stok, mungkin nanti harganya agak lebih mahal, tapi masih terjangkau oleh masyarakat, tentu harganya disesuaikan dengan kondisi fisik ternak,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalteng Riza Rahmadi menyebut, pihaknya melakukan monitoring kebutuhan sapi kurban yang dipasok dari NTTdan daerah lainnya untuk dilakukan karantina selama 14 hari. Sehingga selain dipersiapkan untuk kebutuhan permintaan daging sapi, juga untuk kebutuhan hewan kurban Iduladha 9 Juli mendatang.

“Jika ditemukan gejala klinis, para peternak diharapkan segera melapor ke pemerintah provinsi untuk ditindaklanjuti, termasuk yang di kabupaten/kota,” katanya.

Pihaknya juga mengawasi titik-titik penyebaran hewan, untuk selanjutnya dilakukan pengawasan oleh dinas terkait atau satgas. “Penyakit itu hanya menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, tapi tidak menyerah kepada manusia,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala UPT Puskeswan Kota Palangka Raya drh Eko Hari Y mengatakan, pengecekan lapangan dilakukan dalam rangka pencegahan penularan PMK, bersama tim karantina, DTPHP provinsi, Dinas Peternakan Kota Palangka Raya, kepolisian, dan lainnya.

“Kami juga melakukan upaya pencegahan dengan pemeriksaan klinis, walau ternak-ternak itu dinyatakan tidak ditemukan gejala klinis selama karantina selama 14 hari, termasuk pengawasan tempat penerima ternak selama lima hari,” jelasnya.

Pihaknya juga melakukan penyemprotan cairan disinfektan dan akan menyampaikan kepada pemilik. Jika ditemukan adanya gejala klinis di kemudian hari yang menyerupai gejala PMK (keluar air liur, cenderung tidur, pincang, dan lainnya) maka segera dilaporkan untuk ditindaklanjuti. Jika ditemukan ada indikasi-indikasi seperti itu, maka pihaknya akan melapor kepada satgas provinsi dan mengambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium. (abw/sja/nue/ce/ala/ko)

Perketat Pengawasan terhadap Hewan Kurban dari Luar Kalteng

PALANGKA RAYA-Para peternak sapi di Kalteng dikejutkan dengan meluasnya penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang awalnya hanya terdeteksi di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng Riza Rahmadi menyebut, pihaknya telah melakukan penelusuran terkait masuknya hewan ternak ke wilayah Kalteng. Hasilnya, ditemukan 40 ekor sapi yang terkonfirmasi positif PMK.

Dikatakannya, selama ini hewan ternak seperti sapi dan kambing yang beredar di Kalteng sebagian besar didatangkan dari beberapa wilayah di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Apalagi jarak Kalteng dengan Jatim cukup dekat dan transportasinya pun mudah.

“Dengan ditemukannya kasus PMK di Jatim, kami mengambil kebijakan khususnya terhadap hewan ternak yang kemungkinan sudah masuk ke wilayah Kalteng,” katanya, kemarin.

Menurutnya ada sejumlah hewan ternak yang masuk ke wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) melalui Pelabuhan Kumai. Hasil dari penelusuran ditemukan 38 ekor sapi di Kecamatan Arut Selatan dan 2 ekor di Pangkalan Lada terkonfirmasi positif PMK.

“40 ekor sapi ini terkonfirmasi positif berdasarkan hasil tes laboratorium di pusat veteriner Jawa Timur,” ucapnya.

Informasi soal sapi-sapi yang terkonfirmasi positif PMK diketahui pada 8 Mei lalu. Sebelumnya pada 6 Mei tim dokter hewan diterjunkan ke wilayah Kobar untuk mengambil sejumlah sampel.

“Setelah kami ambil sampel dan kirim ke Surabaya, pada 8 Mei diterima hasil pemeriksaan laboratoriumnya,” sebutnya.

Riza menyebut, saat ini empat dari puluhan sapi terkonfimasi positif PMK itu sudah dinyatakan sembuh. Meski demikian, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan terhadap penyakit ini dengan melakukan lockdown kandang.

“Sebanyak 40 sapi yang positif PMK itu dari tiga kandang peternakan. Tiga peternakan itu sudah dilakukan lockdown kandang. Jadi tidak ada pergerakan hewan yang keluar dari tiga kandang itu,” tegasnya.

Selain itu juga dilakukan penyemprotan disinfektan pada kadang-kadang yang sudah terkontaminasi, bahkan seluruh kandang yang ada di wilayah Kobar.

Menyikapai wabah ini, Pemko Palangka Raya dan Pemprov Kalteng melakukan pengawasan terhadap alur keluar masuk ternak sapi di Palangka Raya, karena tidak lama lagi akan ada perayaan Hari Kurban atau Hari Raya Iduladha. Untuk menekan penyebaran PMK ini, Rabu (18/5) Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Palangka Raya bersama Satgas Provinsi Kalteng melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah ternak sapi yang akan dijadikan kurban nanti. Ada dua lokasi kandang peternakan sapi yang dikunjungi tim. Yakni milik Sukiran di Jalan Mahir Mahar dan milik H Tresno di Kelurahan Kalampangan.

Baca Juga :  Pencegahan dan Penegakan Hukum soal Karhutla Masih Lemah

Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya Ir Sumardi mengatakan, pemeriksaan dan pemantauan yang dilakukan tim kali ini untuk memantau kondisi ternak sapi yang baru didatangkan dari wilayah Kupang, NTT.

“Kupang merupakan salah satu daerah yang masih bebas dari wabah PMK,” ucap Sumardi.

Diterangkannya, jumlah sapi kurban yang didatangkan dari Kupang mencapai 150 ekor. Sesuai aturan yang diberlakukan saat ini, lanjut Sumardi, sapi yang didatangkan dari luar Kalteng sudah menjalani proses karantina. Setibanya di Kota Palangka Raya, diperiksa lagi kesehatan hewan-hewan kurban itu.

“Ini untuk memastikan kondisi klinis dari sapi yang baru didatangkan,” ujarnya.  

Dikatakan Sumardi, sapi-sapi maupun alat kendaraan yang mengakut ke Kota Palangka Raya disemprot disinfektan. Tujuannya untuk membunuh virus yang mungkin saja ada terbawa karena menempel pada alat transportasi atau pada ternak sapi itu sendiri. Meski kondisi seluruh sapi yang didatangkan dari Kupang terpantau sehat, pihaknya tetap meminta kepada para peternak untuk tidak langsung menjual sapi-sapi tersebut ke masyarakat.

“Ternak-ternak yang baru datang ini akan kami pantau lagi selama satu minggu, jadi jangan didistribusikan dahulu ke masyarakat,” ucap Sumardi.

Diterangkannya, sejauh ini sapi-sapi kurban yang sudah masuk ke Palangka Raya mencapai 400 ekor. Sedangkan untuk hewan kurban lainnya seperti kambing dan domba, belum ada datanya.

“Yang ada cuma yang lokalan saja, sekitar 350 ekor yang ada di masyarakat, yakni pada petani peternak di sekitar kota,” ujarnya sembari menerangkan kebutuhan sapi kurban per tahun untuk wilayah kota biasanya mencapai lebih dari 1.000 ekor.

Meski saat ini Palangka Raya masih kekurangan stok sapi kurban, Sumardi optimistis dalam sisa waktu yang ada, jumlah persediaan sapi kurban bisa tercukupi, walau nanti jumlah stok sapi kurban yang disiapkan oleh pihak pengusaha dan pedagang ternak kemungkinan tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

“Masih ada cukup waktu bagi para pedagang untuk mendatangkan lagi stok sapi kurban dari luar kota,” ujar Sumardi.

Baca Juga :  Hasil Seleksi Diumumkan 12 September

Sebelum munculnya wabah PMK, lanjutnya, para pedagang hewan kurban di Palangka Raya biasanya memasoknya dari sejumlah daerah, seperti Jawa Timur, NTT, NTB, Bali, dan wilayah Sulawesi Selatan.

Karena saat ini Jawa Timur menerapkan lockdown, maka para pengusaha dan peternak sapi kurban memesannya dari daerah lain yang masih bebas dari wabah PMK.

“Salah satunya dari Kupang, NTT, walaupun agak jauh dan memerlukan waktu yang lama dalam perjalanan (pengiriman),” ujar Sumardi.

Dia berharap masyarakat Palangka Raya bisa memaklumi jika nantinya terjadi kenaikan harga untuk hewan sapi kurban. Namun Sumardi meyakini kenaikan harga masih bisa terjangkau oleh daya beli masyarakat. “Karena keterbatasan stok, mungkin nanti harganya agak lebih mahal, tapi masih terjangkau oleh masyarakat, tentu harganya disesuaikan dengan kondisi fisik ternak,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalteng Riza Rahmadi menyebut, pihaknya melakukan monitoring kebutuhan sapi kurban yang dipasok dari NTTdan daerah lainnya untuk dilakukan karantina selama 14 hari. Sehingga selain dipersiapkan untuk kebutuhan permintaan daging sapi, juga untuk kebutuhan hewan kurban Iduladha 9 Juli mendatang.

“Jika ditemukan gejala klinis, para peternak diharapkan segera melapor ke pemerintah provinsi untuk ditindaklanjuti, termasuk yang di kabupaten/kota,” katanya.

Pihaknya juga mengawasi titik-titik penyebaran hewan, untuk selanjutnya dilakukan pengawasan oleh dinas terkait atau satgas. “Penyakit itu hanya menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, tapi tidak menyerah kepada manusia,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala UPT Puskeswan Kota Palangka Raya drh Eko Hari Y mengatakan, pengecekan lapangan dilakukan dalam rangka pencegahan penularan PMK, bersama tim karantina, DTPHP provinsi, Dinas Peternakan Kota Palangka Raya, kepolisian, dan lainnya.

“Kami juga melakukan upaya pencegahan dengan pemeriksaan klinis, walau ternak-ternak itu dinyatakan tidak ditemukan gejala klinis selama karantina selama 14 hari, termasuk pengawasan tempat penerima ternak selama lima hari,” jelasnya.

Pihaknya juga melakukan penyemprotan cairan disinfektan dan akan menyampaikan kepada pemilik. Jika ditemukan adanya gejala klinis di kemudian hari yang menyerupai gejala PMK (keluar air liur, cenderung tidur, pincang, dan lainnya) maka segera dilaporkan untuk ditindaklanjuti. Jika ditemukan ada indikasi-indikasi seperti itu, maka pihaknya akan melapor kepada satgas provinsi dan mengambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium. (abw/sja/nue/ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/