Jumat, November 22, 2024
23.5 C
Palangkaraya

MURUNG RAYA

Serius Tangani Karhutla

PURUK CAHU-Kebakaran Hutan dan Lahan Karhutla (Karhutla) masih menjadi permasalahan yang serius di Kabupaten Murung Raya (Mura). Perilaku membakar hutan untuk mencari keuntungan jangka pendek ini harus dihentikan. Hal itu ditegaskan Bupati Mura Perdie M Yoseph.

 

Ia berharap hal terpenting dalam proses ini adalah meninggalkan kebiasaan dan perilaku tersebut dan mengembangkan paradigma baru mengenai pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan dan melindungi kelestarian lingkungan dan keanekaragaman yang dimilikinya.

 

“Perubahan ini perlu dilakukan baik oleh masyarakat yang masih mengelola lahan secara tradisional, maupun pengusaha perkebunan, pertanian, pertambangan dan pemerintah daerah,” kata Bupati Perdie, pekan lalu.

 

Bupati dua periode ini melanjutkan, kebakaran hutan dan lahan di Kalteng khususnya di Murung Raya merupakan kejadian yang berulang-ulang setiap tahunnya, terutama pada musim kemarau.  Kebakaran hutan dan gambut ini bukan hanya berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, tetapi juga berdampak pada perekonomian masyarakat.

Baca Juga :  12 TKA PT MPP Hanya Punya Paspor Kunjungan

“Dan tentu saja melepaskan emisi karbon (CO2) ke udara, yang menyumbang masalah perubahan iklim, yakni timbulnya kabut asap,” imbuhnya.

 

Bupati juga meminta agar memantapkan sinergitas dan mengembangkan kerangka partisipatif antara Pemerintah daerah bersama stakeholder terkait serta pengintegrasian teknologi modern dalam pengendalian dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

 

Dijelaskan ada empat poin penting dalam penanganan pencegahan Karhutla di wilayah Mura. Pertama prioritaskan pencegahan melalui deteksi dini, kedua gencar melakukan patroli serta edukasi kepada masyarakat daerah rawan Karhutla. Kemudian mengontrol sampai tingkat bawah baik itu kades, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama serta masyarakat itu sendiri. Serta melakukan antisipasi sebelum api membesar dan lakukan penegakan hukum dengan mengedepankan kearifan lokal masyarakat. (dad/ala)

Baca Juga :  Woro-Woro! Beras Karau dan Pulen Dijual Murah

PURUK CAHU-Kebakaran Hutan dan Lahan Karhutla (Karhutla) masih menjadi permasalahan yang serius di Kabupaten Murung Raya (Mura). Perilaku membakar hutan untuk mencari keuntungan jangka pendek ini harus dihentikan. Hal itu ditegaskan Bupati Mura Perdie M Yoseph.

 

Ia berharap hal terpenting dalam proses ini adalah meninggalkan kebiasaan dan perilaku tersebut dan mengembangkan paradigma baru mengenai pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan dan melindungi kelestarian lingkungan dan keanekaragaman yang dimilikinya.

 

“Perubahan ini perlu dilakukan baik oleh masyarakat yang masih mengelola lahan secara tradisional, maupun pengusaha perkebunan, pertanian, pertambangan dan pemerintah daerah,” kata Bupati Perdie, pekan lalu.

 

Bupati dua periode ini melanjutkan, kebakaran hutan dan lahan di Kalteng khususnya di Murung Raya merupakan kejadian yang berulang-ulang setiap tahunnya, terutama pada musim kemarau.  Kebakaran hutan dan gambut ini bukan hanya berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, tetapi juga berdampak pada perekonomian masyarakat.

Baca Juga :  12 TKA PT MPP Hanya Punya Paspor Kunjungan

“Dan tentu saja melepaskan emisi karbon (CO2) ke udara, yang menyumbang masalah perubahan iklim, yakni timbulnya kabut asap,” imbuhnya.

 

Bupati juga meminta agar memantapkan sinergitas dan mengembangkan kerangka partisipatif antara Pemerintah daerah bersama stakeholder terkait serta pengintegrasian teknologi modern dalam pengendalian dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

 

Dijelaskan ada empat poin penting dalam penanganan pencegahan Karhutla di wilayah Mura. Pertama prioritaskan pencegahan melalui deteksi dini, kedua gencar melakukan patroli serta edukasi kepada masyarakat daerah rawan Karhutla. Kemudian mengontrol sampai tingkat bawah baik itu kades, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama serta masyarakat itu sendiri. Serta melakukan antisipasi sebelum api membesar dan lakukan penegakan hukum dengan mengedepankan kearifan lokal masyarakat. (dad/ala)

Baca Juga :  Woro-Woro! Beras Karau dan Pulen Dijual Murah

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/