Jumat, September 20, 2024
38.1 C
Palangkaraya

Dahulunya Lahan Masih Semak Belukar, Bangunan Beratap Pelepah Kelapa

Masjid tertua di Kota Cantik Palangka Raya yakni Masjid Nurul Hikmah di Jalan Darmo Sugondo menjadi cikal bakal berdirinya Masjid Nurul Islam. Masjid yang terletak di Jalan A Yani Palangka Raya didirikan tahun 1967 dibangun lebih besar sehingga mampu menampung banyak jemaah.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

“DAHULUNYA tanah Masjid Nurul Islam ini kondisinya adalah penuh semak belukar. Di sini (tanah masjid) juga banyak pohon karet,” ungkap Ketua Pengurus Masjid Nurul Islam H Baihaqi saat berbincang dengan Kalteng Pos pada Selasa (5/4).

H Baihaqi pun secara pelan mulai menceritakan sejarah berdirinya Masjid Nurul Islam dari awal hingga berdiri megah dan kokoh seperti sekarang. Masjid ini, kata Baihaqi, mulai berdiri tahun 1967, pembangunan ini menyusul semakin berkembangnya syiar islam di Kota Cantik, sehingga Masjid Nurul Hikmah di Jalan Darmo Sugondo yang ketika itu menjadi pusat kegiatan keagamaan tidak mampu lagi menampung jemaah.

“Ketika itu masjid (Nurul Hikamh) tidak mampu lagi menampung jemaah. Terlebih ketika salat Jumat, sehingga harus dicari lokasi yang strategis dan membangun yang lebih luas lagi,” lanjut H Baihaqi.  

Baca Juga :  PMI Kalteng Juara II Jumbara PMR Nasional 2023

Mantan Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palangka Raya ini menambahkan, pada tahun 1967 berdasarkan hasil swadaya masyarakat, berhasil membeli tanah di Jalan Ahmad Yani tempat pembangunan Masjid Nurul Islam. “Ukuran tanah yang dibeli 100 meter x 125 meter. Saat itu (tahun 1967) harga tanah Rp3.500 per meternya,” terang H Baihaqi.

Masjid Nurul Islam dibangun tahun 1967, setahun kemudian yakni pada 1968 masjid sudah bisa digunakan sebagai tempat menjalankan ibadah. Ketika itu kata H Baihaqi, dirinya masih berusia empat tahun. “Bangunan awal masjid memanglah beton, akan tetapi pada awal operasional masih menggunakan atap pelepah kelapa dan masih berlantaikan tanah,”terang H Baihaqi.

Kini, usia Masjid Nurul Islam lebih dari setengah abad atau sekitar 55 tahun. Wajah masjid pun ikut berubah seiiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya pembangunan. Kiri kanan masjid berdiri kantor perbankan, belakang bangunan merupakan permukiman penduduk dan depan masjid ada pasar dan menjadi pusat perekonomian ibu kota.

Masjid Nurul Islam pun terus berbenah dan berubah sehingga berdiri megah. Bagian dalam masjid dilengkap penyejuk (Air Conditioner/AC). Ada juga karpet merah yang empuk juga menjadi salah satu tempat sujud idaman yang empuk buat jemaah masjid, dengan langit-langit diberi khiasan kaligrafi setiap dua shaf salat juga menjadi daya tarik tersendiri.

Baca Juga :  Api Muncul dari Lantai Bangunan

Dengan warna ruang masjid krem dan hijau untuk lafadz-lafadz doa, dipadukan dengan warna warni kaligrafi di atapnya, tentunya membuat anak-anak merasa nyaman dalam menjalankan kewajiban ibadah. Meskipun disaat bersamaan ada pembangunan menara masjid yang mencapai progres 90 persen. Namun tidak membuat para jemaah terganggu ibadahnya karena hanya bagian finishingnya saja yang dikerjakan.

“Kalau ditanya berapa kali rehab, saya agak lupa maklum sudah berumur, akan tetapi hal yang baru kami lakukan saat ini adalah pembangunan menara yang sudah mencapai progres 90 persen,” tuturnya.

Adapun yang menjadi imam besar masjid dari masa ke masa adalah KH Madjedi, KH Busro Kholid, KH Abdul Wahid Qosimi dan Drs KH Anwar Isya LC.  “Kalau makna nama masjid sendiri adalah bahwa masjid ini adalah saudara dari masjid Nurul Hikmah di Jalan Darmo Sugondo,” pungkasnya. (bersambung/ala

Masjid tertua di Kota Cantik Palangka Raya yakni Masjid Nurul Hikmah di Jalan Darmo Sugondo menjadi cikal bakal berdirinya Masjid Nurul Islam. Masjid yang terletak di Jalan A Yani Palangka Raya didirikan tahun 1967 dibangun lebih besar sehingga mampu menampung banyak jemaah.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

“DAHULUNYA tanah Masjid Nurul Islam ini kondisinya adalah penuh semak belukar. Di sini (tanah masjid) juga banyak pohon karet,” ungkap Ketua Pengurus Masjid Nurul Islam H Baihaqi saat berbincang dengan Kalteng Pos pada Selasa (5/4).

H Baihaqi pun secara pelan mulai menceritakan sejarah berdirinya Masjid Nurul Islam dari awal hingga berdiri megah dan kokoh seperti sekarang. Masjid ini, kata Baihaqi, mulai berdiri tahun 1967, pembangunan ini menyusul semakin berkembangnya syiar islam di Kota Cantik, sehingga Masjid Nurul Hikmah di Jalan Darmo Sugondo yang ketika itu menjadi pusat kegiatan keagamaan tidak mampu lagi menampung jemaah.

“Ketika itu masjid (Nurul Hikamh) tidak mampu lagi menampung jemaah. Terlebih ketika salat Jumat, sehingga harus dicari lokasi yang strategis dan membangun yang lebih luas lagi,” lanjut H Baihaqi.  

Baca Juga :  PMI Kalteng Juara II Jumbara PMR Nasional 2023

Mantan Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palangka Raya ini menambahkan, pada tahun 1967 berdasarkan hasil swadaya masyarakat, berhasil membeli tanah di Jalan Ahmad Yani tempat pembangunan Masjid Nurul Islam. “Ukuran tanah yang dibeli 100 meter x 125 meter. Saat itu (tahun 1967) harga tanah Rp3.500 per meternya,” terang H Baihaqi.

Masjid Nurul Islam dibangun tahun 1967, setahun kemudian yakni pada 1968 masjid sudah bisa digunakan sebagai tempat menjalankan ibadah. Ketika itu kata H Baihaqi, dirinya masih berusia empat tahun. “Bangunan awal masjid memanglah beton, akan tetapi pada awal operasional masih menggunakan atap pelepah kelapa dan masih berlantaikan tanah,”terang H Baihaqi.

Kini, usia Masjid Nurul Islam lebih dari setengah abad atau sekitar 55 tahun. Wajah masjid pun ikut berubah seiiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya pembangunan. Kiri kanan masjid berdiri kantor perbankan, belakang bangunan merupakan permukiman penduduk dan depan masjid ada pasar dan menjadi pusat perekonomian ibu kota.

Masjid Nurul Islam pun terus berbenah dan berubah sehingga berdiri megah. Bagian dalam masjid dilengkap penyejuk (Air Conditioner/AC). Ada juga karpet merah yang empuk juga menjadi salah satu tempat sujud idaman yang empuk buat jemaah masjid, dengan langit-langit diberi khiasan kaligrafi setiap dua shaf salat juga menjadi daya tarik tersendiri.

Baca Juga :  Api Muncul dari Lantai Bangunan

Dengan warna ruang masjid krem dan hijau untuk lafadz-lafadz doa, dipadukan dengan warna warni kaligrafi di atapnya, tentunya membuat anak-anak merasa nyaman dalam menjalankan kewajiban ibadah. Meskipun disaat bersamaan ada pembangunan menara masjid yang mencapai progres 90 persen. Namun tidak membuat para jemaah terganggu ibadahnya karena hanya bagian finishingnya saja yang dikerjakan.

“Kalau ditanya berapa kali rehab, saya agak lupa maklum sudah berumur, akan tetapi hal yang baru kami lakukan saat ini adalah pembangunan menara yang sudah mencapai progres 90 persen,” tuturnya.

Adapun yang menjadi imam besar masjid dari masa ke masa adalah KH Madjedi, KH Busro Kholid, KH Abdul Wahid Qosimi dan Drs KH Anwar Isya LC.  “Kalau makna nama masjid sendiri adalah bahwa masjid ini adalah saudara dari masjid Nurul Hikmah di Jalan Darmo Sugondo,” pungkasnya. (bersambung/ala

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/